Brakk!!!
Terdengar suara gebrakan keras dari pintu kamar Arsen.
Tiba-tiba ruang yang semula terlihat gelap itu kian memudar hingga menjadi sebuah silauan cahaya yang berhasil membawa Arsen pergi dari alam mimpinya."Oh god". bisik Arsen seraya membuang kasar nafasnya.
"Mimpi itu lagi, stay cool sen. Cuma mimpi, just a dream, calm down". gerutunya halus.
Ya, mimpi itu. Mimpi buruk yang selalu ia alami akhir-akhir ini. Pagi ini penampilan Arsen begitu kacau. Rambutnya yang acak-acakan, wajahnya yang terlihat kusut, keringat yang mencucur di wajahnya, dan tempat tidur yang sangat berantakan. Seakan-akan Arsen baru saja menyelesaikan lomba lari di dalam alam mimpinya.
Arsen pun terbangun dan terkesiap ketika ia mulai membuka lebar matanya. Seketika ia melihat sebuah sosok, entah makhluk apa itu, namun Arsen tak yakin bahwa itu adalah manusia.
Secepat kilat sosok itu terlihat berjalan menghampiri Arsen. Makhluk itu sangatlah menyeramkan.
Tatapannya yang tajam bagaikan sebilah pedang, seringai kecil dimulutnya yang terlihat menakutkan, serta rambut yang lebih mirip seperti sarang burung yang tlah lama tak berpenghuni. Melihat hal itupun Arsen semakin beringsut kedalam selimut tebalnya bermaksud untuk menyembunyikan dirinya. Semakin lama, suara derap langkah itupun semakin terdengar jelas. Dalam hening Arsen hanya terus berdoa agar ia diberikan keselamatan dari segala macam mara bahaya yang mengancamnya. Seakan tahu apa yang akan terjadi pada dirinya, Arsen semakin cepat mengkomat-kamit kan mulutnya. Niatnya hanya berdoa, namun tiba-tiba selimut tebal yang sedari tadi menjadi bentengnya tersibak dan melayang begitu saja. Arsen masih tetap memejamkan mata, ia tahu apa yang ada di depannya saat ini dapat mengancam keberlangsungan hidupnya."Astaghfirullah hal adzim, laailahaillah, allahu akbar, subhanallah, walhamdulillah, wa laaila haillallah allahu akbar"
Awalnya Luna berniat akan mengobrak-abrik tubuh adiknya itu, Luna merasa kesal karena seluruh novel-novel kesayangannya habis berantakan di lantai. Luna ingat, bahwa tadi malam Arsen sedang bermain bersama kucing kesayangannya. Dan tadi pagi, saat Luna terbangun dari tidurnya Luna melihat novel-novel dalam lemari bukunya yang telah menjadi sebuah perpustakaan kecil baginya lenyap begitu saja.
Dan betapa mengejutkannya lagi karena semua novel-novel itu tlah berubah bentuk, menjelma menjadi sebuah Benteng serta rumah kecil bagi sang kucing. Dan bisa dipastikan, tak lain tak bukan pasti itu semua ulah Arsen. Dengan emosi yang kapanpun siap meledak, Luna pun melesat menemui Arsen dan akan mengomelinya habis-habisan.
Namun, melihat Arsen dengan mata terpejam dan mulut yang terus-menerus mengucapkan doa, seketika tawa Luna pun meledak. Ia tak habis pikir dengan tingkah konyol yang dilakukan Arsen. Hingga Luna lupa akan niat awalnya menemui Arsen . Sementara Arsen semakin beringsut dan menutup wajahnya dengan bantal ketika mendengar tawa Luna. Dari sela-sela jarinya, Arsen melihat selimut yang tadi menutupi tubuhnya jatuh tergeletak begitu saja. Tiba-tiba tubuhnya terasa panas dingin. Ia tak pernah tau apa yang akan dilakukan kakaknya setelah ini."Sen bangun!! Lu harus tanggung jawab! " teriak Luna yang terdengar menggelegar.
"Tanggung jawab apaan sih kak?!lu mau gue nikahin lu? Ya kali aja broo, gue adek lu kak, inget ituu! Lu jomblo jangan ngenes-ngenes amat kali". jawab Arsen asal.
"Ngarang aja lo Sen, tuh mulut minta di sambelin hah?! Sembarangan aja kalau ngomong" jawab Luna sarkastik.
"Yaa terus apaan? "
"Lu harus tanggung jawab! Lu kan pasti yang udah ngacak-ngacak novel gua. Mana lu jadiin rumah buat si koko lagi. Lu kurang kerjaan banget coba" jawab Luna masih dengan nada tinggi.
"Gue kan sayang sama si koko, mangkanya gue buatin dia rumah, yang spesial" jawab Arsen dengan menekan kata spesial.
"Ya terus? Lu gak sayang sama gua gitu? Gua kakak lu sen!"
"B aja tuh" jawab Arsen cuek.
"Yaudah sih, tinggal beresin doang apa susahnya" jawab Luna santai.
"Yaudah beresin dong! "
"Lahh kog jadi gue yang beresin?"
"Yaudah sihh, beresin doang apa susahnya" jawab Arsen membalikkan perkataan Luna.
Luna pun mulai geram dengan kelakuan adiknya itu.
Wajah luna berubah menjadi merah padam. Jika Arsen indigo mungkin Arsen dapat melihat iblis yang mulai merasuki kakaknya."Singa betina bangun" kata Arsen pelan.
"Lu ngatain gua apaan?!"
"Bukan apa-apa kog" jawab Arsen santai
"Apaan?! " ulang Luna
"Gak ada kog nona Luna, kakak ku tersayang yang cantik nya kayak singa" jawab Arsen sambil menutup mulut. "Mati-mati !! Nih mulut nyerocos mulu" Arsen pun mati kutu.
"Hah?!! Lu ngatain gua singa?!! Dasar lu Sen! Adek yang durhaka lu! Sini luu!! Sini!! Belom pernah di ketawain orang bisu sih lu. Sini gua tebas leher lu!! "
Kata Luna dengan penuh emosi.Arsen pun berlari mengamankan dirinya dari amukan sang kakak di dalam kamar mandi.
"1.. 2.. 3.." Arsen mulai menghitung.
"Gua yakin detik kelima bom akan meledak" gerutu Arsen.
"Empat.. Li.. "
"ALKANA ARSEN BAGASKARAAAAAAAA!!!! "
teriak luna yang menggelegar bagaikan petir.
"BOM" Umpat Arsen.
🌠🌠
"Buruan, kita harus nyampe ke bandara dalam waktu 30 menit atau kita akan ketinggalan pesawat" kata Luna dengan tegas.
"Iya" jawab Arsen singkat.
"Ku harap memang ini yang terbaik" ucap Arsen dalam hati.
Hay hay.. Update lagi nihh
Gimana menurut kalian? Menarik gak sih ceritanya? Atau B aja kek katanya si Arsen :v
Sorry kalau mungkin sudut pandangnya jadi berubah
Nanti kalian pasti bakalan ngerti kog kenapa berubah😅
Okelah, thanks bgt buat kalian yg udah baca
Semoga suka dan tetap Setia baca nih cerita
Gua tunggu voment nya jangan lupa
⭐
KAMU SEDANG MEMBACA
A Star In The Darkness
JugendliteraturVectoria Aurum Meidhika, ia tlah berhasil menemukan satu bintangnya setelah sekian lama ia berlabuh mencari satu sosok bintang miliknya diantara ribuan bintang yang ada diangkasa. Satu kebodohan yg tlah ia perbuat di masa lalu yang tanpa sengaja tla...