Hilang

2 0 0
                                    


Yi Jin kecil pindah kerumah yang lebih besar dari rumah sebelumnya. Tapi ia terlihat murung. Ia hanya memegangi boneka beruangnya, dan tidak ingin turun dari mobil hitam itu. Ayahnya menyuruhnya untuk turun, ia tidak ingin. Ia ingin kembali kerumah yang dulu. Tidak, ia hanya ingin bisa bermain dengan Jung Ho. Hanya dengan Jung Ho. Akhirnya ia turun dari mobil dan memasuki rumahnya, ayahnya menyuruhnya ke kamar yang ada disebelah tangga. Ia hanya memandangi pintu itu. Ia membuka pintu coklat polos itu, kamar berwarna biru dengan hiasan yang terpajang di dinding kamarnya, tempat tidur besar yang hanya akan ia tiduri sendiri. Gorden putih yang menjuntai sampai kebawah, ia hanya memandanginya. Ia duduk di tempat tidurnya, menangis. Ia merindukan segalanya. Yi Jin berharap keluarga tidak pindah. Begitu pula dengan Ibunya. Ia menangis segugukkan.

Anak yang di tinggal Ibunya memiliki rasa sakit yang mendalam. Yi Jin tidak membencinya. Ia berpikir, setelah ia besar, ia akan mencari Ibunya. Atau ia akan tinggal dengan ibunya. Waktu pun terus berlalu, seperti roda yang terus bergelinding, Yi Jin yang kini telah beranjak dewasa tidak bisa menghilangkan kenangannya. Ia sering mengirimkan surat ke rumah Jung Ho. Namun, ia tidak pernah mendapatkan balasan. Ia hanya menunggu surat itu akan di balas oleh Jung Ho. Ia juga sering mendatangi taman bermain tempat mereka bermain. Tapi ia tidak pernah mendapatkan Jung Ho disana.

Ia menunggu. Menunggu semuanya bisa seperti dulu. Jung Ho oppa. Ibunya. Bahkan kehidupannya. Meskipun ia memiliki segalanya tapi ia selalu merasa kesepian. Hari itu salju pertama turun. Ia menunggu Jung Ho di taman bermain. Ia mengayun pelan kakinya diayunan yang ia duduki. Sudah berapa kali salju pertama turun tapi takdir tidak pernah menakdirkan ia untuk bertemu Jung Ho. Bahkan ia rela menunggu berjam-jam untuk bisa bertemu dengan orang itu.

Selagi ia menunggu, anak-anak yang menganggu nya dulu menghampirinya. Mereka tidak berani mengganggunya seperti dulu. Mereka hanya melewati Yi Jin, tanpa berkata sepatah kata pun. Atau mungkin mereka tidak mengenalinya lagi. karena waktu terlalu cepat berlalu. Namun, Yi Jin hanya mengenali satu orang. Anak itu masih terlihat sama besar badannya masih tidak berubah.

"Maaf, kalian yang dulu sering disini. Taman bermain kalian. Benarkan?" mereka hanya diam, mengernyitkan dahi lalu menganggukkan kepala. "Ah. Aku tidak akan mempermasalahkannya. Tapi. Boleh aku tahu, seseorang yang dulu datang dan berteriak pada kalian. Kim Jung Ho."

"Oh, laki-laki itu. Kami gak tahu, tapi Jung Ho sudah lama tidak tinggal dilingkungan ini."

"Apa? Dia pindah?" mereka menganggukan kepala. "Tapi setahuku, Anak itu sering datang kesini. Tapi hari ini aku tidak melihatnya."

"Dia datang kesini? Tapi kenapa dia..." Yi Jin menghentikkan omongannya, Yi Jin berpikir, mungkin besok atau lusa mereka akan bertemu. Yi Jin mengucapkan terima kasih kepada mereka. Dan ia pergi menaiki mobil hitam yang disuruh ayahnya untuk menemaninya kemanapun. Ia tersenyum. Jung Ho oppa tidak melupakannya. Ia berpikir ia harus mengirim surat dengan potret dirinya. Agar Jung Ho dapat mengenalinya.

Hari itu ia bolos dari tempat kursus. Ia berjalan tanpa ketahuan oleh supirnya. Ia berjalan sambil berpikir apakah hari ini ia akan bertemu dengan Jung Ho. Ia berjalan menuju halte yang ada diseberang tempat ia berdiri. "Yi Jin-a. Jang Yi Jin!" orang yang diseberang jalan melambaikan tangannya. Yi Jin tidak menghiraukannya, ia pikir itu bukan untuknya. Ia berjalan dan berhenti begitu lampu merah berubah hijau ia berjalan. Namun, suara itu masih memanggil namanya. Ia menoleh kearah orang itu. Tepat di tengah jalan ia terhenti. Ia melihat orang itu, suaranya. Bahkan suaranya yang sudah berubahpun masih bisa membuat hati berdegup. Orang itu berlari menghampirinya. Yi Jin masih bingung, ini mimpi atau ini nyata.

Tanpa disadari semuaorang, lampu hijau sudah berkedip dan dari arah ia berdiri mobil sedang melajudengan kencang tanpa ia melihat orang lain masih menyebrang. Brak. Serasa udarasedang tidak ada. Detak jantungnya berdegup kencang. Ia merasa matahari begitudekat dengannya. Bahkan ia tidak bisa mendengar apapun disana. Ia hanya merasakantubuhnya terhempas kuat. Dan yang ia lihat untuk terakhir kalinya sebelum iamenutup matanya tanpa sadarkan diri. Jung Ho. Ia melihat Jung Ho menangis. Iasenang karena mereka bertemu lagi. Tapi. Ia mendengar suara detak jantung Jung Ho, ia merasa memiliki melodi. Dan setelah itu ia tidak tahu apa-apa lagi. 

***

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 28, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

When I See Your HeartWhere stories live. Discover now