Prolog: Ashton Irwin
Kyra's POV
Hawa dingin hari ini membuat gue makin malas untuk bangun dari kasur gue yang empuk ini.
Tapi gue harus. Harus bangun sekarang kalau gue gak mau telat.
Rencananya, hari ini gue mau ngelamar kerja di salah satu kafe deket sekolah, Shirley Coffee. Gue mau kerja bukan karena ekonomi keluarga gue menurun, tapi karena gue bosen dan juga buat nambah-nambah tabungan gue buat nonton konser hehe.
Tahun ini adalah tahun kedua gue duduk di bangku SMA. Dan dengan satu tahun nggak ngelakuin apa-apa itu ngebosenin. Buat orang introvert kayak gue ya.
Gue bukan tipe orang yang sering hangout sama squad gue. Gue punya temen pun itu-itu aja. Bisa diitung pake jari.
Tiba-tiba selintas khayalan melewati otak gue. Gue ngehayal bisa langsung kerja, dapet duit, terus nonton konser deh, wow, 1 impian gue bakal terwujud.
Keluar dari pikiran impian-khayalan gue, gue segera bangun dari kasur, mau nggak mau sih.
Selesai mandi gue memilih pakaian yang cocok untuk gue pakai. Cardigan putih panjang, tanktop hitam, dan casual ripped jeans, kali ini gue mau terlihat rapih, jadi gue sedikit memakai bedak bayi dan lipbalm strawberry. Gue nggak suka make-up, selama ini alat make-up yang gue punya juga segitu-gitu aja.
Gak lupa gue bawa berkas apa saja yang sudah gue catat untuk memenuhi syarat menjadi barista di Shirley Coffee.
Turun ke bawah, mama menyambut gue dengan sapaan manisnya, as usual, "Morning young lady, you look amazing today."
"Thanks mom." Gue menyusul mama duduk di meja makan dan memakan sarapan gue.
"Ayah udah pergi duluan tadi, kamu naik ojol aja ya."
Gue sedikit kecewa, karena tadinya gue mau bareng ayah aja biar nggak makan ongkos. "Yahh, kok ninggalin aku sih?" Terdengar nada kecewa di kata-kata gue.
"Kamu sih siap-siapnya lama banget, sih," ucap mama. Benar juga sih, tadi gue agak lama siap-siapnya.
"Yaudah deh ma, Kyra berangkat ya, doain Kyra semoga hari ini lancar."
Mama tersenyum, "Pasti dong, honey. Goodluck ya," mama mengelus rambut gue, "Jangan dipaksain kalau kamu capek, kamu masih SMA."
Gue mengangguk lalu mulai memesan ojek online.
Sedatangnya ojek online, gue segera berpamitan sama mama.
•••
Gue menarik nafas panjang.....
inhaleee....exhaleee....dengan yakin gue memasuki Shirley Coffee, yang gue lihat dari webnya, kalo mau ngelamar kerja kita bisa langsung dateng ke sini dan masuk, jadi kayak ruang Bosnya di belakang mungkin?Saat gue mendorong pintu, bell diatas pintu berbunyi, harum kopi dan cappuccino tercium jelas menusuk hidung gue, alunan musik jaman sekarang pun terdengar, menambah kecasual-an kafe ini.
Gue sudah sekali dua kali kesini, kadang untuk belajar ataupun sekadar membaca. Dan menurut gue, ini kerjaan yang paling pas buat gue.
Tanpa sadar, gue sudah duduk di depan bar yang langsung khusus untuk berinteraksi dengan barista. Gue ngelamun dari tadi! Aduh, bodoh banget sih, Ra!
"Hello?" Cowok berambut keriting di depan gue mengayunkan tangannya di depan muka gue.
Gue kaget sekaligus nervous karena jarak cowok ini dan gue terlalu dekat, tapi syukur deh mukanya nggak buruk-buruk amat, "E-ekhm, sorry, saya ke sini mau ketemu Pak Tony."
Nggak salah kan gue pake saya? Dari tampangnya sih dia masih seumuran sama gue, tapi 'kan kita baru kenal, jadi wajar-wajar aja kan gue manggil dia pake saya-kamu?
Cowok ini tertawa, astaga manis banget, oke gue akuin dia cukup menarik, rambut curly coklat terang, mata coklat-hitam agak terang, dan dimples yang dalam. Oke, stop keliatan bodoh Kyra, act normal.
"Kamu lucu."
What? That's the answer? Gue cukup melayang dipuji kayak gitu, because honestly, no ones call me cute, kecuali mama sih.
"Emm sorry, saya nyari Pak Tony, bisa kasih tau nggak dimana beliau?" Gue bukannya sok jutek atau judes, tapi sumpah gue butuh banget pekerjaan ini.
"ASHTON!" Seorang barista perempuan keluar dari dapur dengan tatapan garangnya. Aduh kok gue takut ya jadinya, kalo gue di marahin kayak si Ashton-Ashton ini gimana?
Ashton -cowok keriting yang baru gue tau namanya itu langsung terlihat panik dan mencoba untuk merapihkan barang-barang di meja yang terletak di depannya, padahal meja itu sudah rapih dan menurut gue nggak ada yang harus dirapihin lagi.
"Ee iya kak, iya kak, ini Ashton kan lagi bersih-bersih, nih hehe." Ashton tertawa, dan kembali, untuk kesekian kalinya lesung pipi itu langsung mendalam. Omg he is so handsome.
"Udah sono lu ke belakang, biar gue yang urus nih gadis manis."
Ashton memutar bola matanya tapi tetap melakukan apa yang diperintahkan teman sesama baristanya ini.
Sebelum masuk penuh ke dapur, Ashton menongolkan kepalanya lalu nge-wink ke gue.
What was that? Kenapa dia harus nge-wink?
"Kamu pasti yang udah janjian ya sama Pak Tony?"
"Iya kak," ucap gue ikut-ikutan memanggilnya dengan panggilan kakak seperti yang Ashton lakukan.
"Pak Tony udah nunggu di belakang, kamu masuk lewat pintu itu," ia menunjuk pintu hitam besar, "Gak usah nervous, kamu pasti keterima kok!" gue langsung tersenyum, lalu mengangguk.
"Makasih kak," ucap gue sebelum berjalan masuk ke arah pintu hitam.
"Permisi," suara gue berbisik, hampir tidak terdengar, beginilah gue kalo nervous.
"Hey, kamu pasti Kyra, ya?" Orang yang gue asumsikan Pak Tony pun berdiri dan mengajak gue berjabat tangan. Dari sini aja gue udah kebayang kalau dia baik.
"Senang bisa ketemu kamu, so, udah bawa berkas-berkasnya?"
Gue mengangguk lalu mengeluarkan map yang berisi berkas. Pak tony mengambilnya lalu membaca sebentar.
Gue hanya terdiam sambil menatap sudut-sudut ruangan. Sebelum suara Pak Tony membuat gue terkejut, "Visi dan misi kamu bagus dan saya liat personality kamu juga bagus,"
Bersyukur dalam hati gue pun berbicara, "Terimakasih, Pak."
"Kamu boleh tunggu besok untuk final interview," Pak Tony menaruh map gue di mejanya, "Besok saya kabari lewat email, dan kalo boleh tau, apa kamu bisa meracik kopi?"
Gue menggeleng, "Saya belum bisa Pak, tapi saya yakin lama-lama bisa dan kebiasa," ucap gue meyakinkan Pak Tony, kalo lagi kayak gini nih, emang bagusnya menonjolkan apa yang gue punya.
"Okay, saya percaya sama kamu," Pak Tony berdiri otomatis gue pun ikut berdiri, "Selamat bertemu besok," Pak Tony mengajak gue berjabat tangan gue pun mengangguk dan menjabat tangannya balik.
"Terimakasih Pak."
Setelah keluar dari ruang Pak Tony sebenarnya gue masih bingung dengan yang ia maksud dengan 'selamat bertemu besok' ya, semoga aja yang dimaksud dengan dia ketemu besok itu, gue diterima.
•••
NEW Fanfiction!! Ini cuma prolog sih hehehe selanjutnya yakin deh bakal lebih asik!
I HOPE U GUYS ENJOY THIS IMAGINE AS MUCH AS I ENJOY WRITING THIS :-))))))
BTW INI COLLAB NYA SATU PART SATU PART
dont forget vomments ya guys♡♡♡
next?
-calum😽
KAMU SEDANG MEMBACA
Barista • afi × cth
FanfictionMenjadi barista buat Kyra tuh susah-susah gampang, apalagi ditemani partnernya, Ashton. Penggangu, perusuh, sekaligus penyemangatnya. Gimana kalo Kyra nyoba buka hati untuk Ashton? Dan saat Kyra sedang mencoba membuka diri pada Ashton, datanglah Cal...