05

10 4 0
                                    

Listen : Chapter 5 [ Keputusan Mendadak ]

Read before you fell asleep here : VOMMENT , VOMMENT, VOMMENT!!!!


Papa berjalan cepat menuju loket 3. Sejam lalu aku sudah diperbolehkan untuk pulang kerumah, keadaanku kian membaik. Walau tanganku memang belum sembuh total, namun aku masih bisa mengenakan perban untuk memulihkannya. Hm, aku harus bolak-balik ke rumah sakit tiap seminggu mulai dari sekarang karena tanganku ini. Kejadian yang menimpaku 2 hari yang lalu masih menghantui benakku sampai sekarang.

Karena itu. Dean harus memperbaiki mobil mahalnya itu dengan modal yang tak sedikit. Kondisi Dean yang tidak terpuruk membuat aku lega ketika mendengarnya. Dan kabar Rose, juga kian membaik. Rose sempat mengalami pendarahan, namun untunglah penanganannya tidak terlambat. Kalau tidak pasti keadaanya bisa menjadi lebih parah.

Rose sedang duduk disebelahku, dia sudah mengambil obat sedari tadi. Rose menunggu orangtuanya menjemput. Padahal 2 hari lalu orangtua Rose baru saja pergi dinas keluar kota, lalu harus mendadak kembali karena mendapat kabar ini.

" Orangtuamu jadi jemput kesini, Rose? Kalau nggak biar aku antar aja", usulku. Menatap Rose yang mengguncang ponselnya itu sedari tadi.

" kurasa jadi, Ra. Tapi ponselku terus-terusan nge-hang. Aku nggak bisa menghubungki mereka. Kurasa aku harus beli ponsel yang baru ketika pulang nanti", kata Rose. Aku tertawa pelan.

" Coba dulu kamu cek ke tukang servis. Siapa tahu masih bisa dibetulin Rose"

" Iya juga sih. Tapi nggak papa deh, lagian ini udah 2 tahun lebih. Entar aku dibilang kudet. Minta beli sama bunda nanti boleh, lah ya", jawab Rose.

" Dasar Rose, si anak mami! Enak ya minta apa aja bisa dikasih", cetusku. Rose memanyunkan bibir bawahnya. Aku tertawa puas karena berhasil meledeknya.

Tak beberapa lama papa datang membawa bungkusan obat untukku.

" ayok, Ra. Papa udah ambil obatnya. Rose mau ikut diantar?", tanya papa kepada Rose.

Rose menggeleng pelan, " makasih om, tapi aku lebih baik tunggu disini. Takut orangtuaku repot nyariin nanti"

Papa mengangguk.

" yaudah aku duluan Rose! Cepat sembuh ya!", punggungku mulai menjauh dari arah Rose duduk. "kamu juga cepat sehat, ya!", seru Rose sangat keras.


Kemudian aku menoleh cepat kearahnya, memberikan pelototan tajam. Tanda kalau suara Rose tadi sangat kencang dan menurutku mengganggu suasana sepi rumah sakit. Rose menjawab dengan bungkam, mebenarkan posisi duduknya.

***


Aku meletakkan sepatu kets yang kukenakan sejak awal sekolah kemarin. Kusam sekali, padahal kurasa baru kucuci minggu lalu. Aku bukan tipe orang yang suka main kotor-kotoran. Tapi membahas sepatu kusamku tidak penting dibanding menjawab semua introgasi papa di mobil saat menuju apartemen.

Papa mengambil gelas kaca bening, menuangkan air mineral dari dispenser yang tertancap di laci. Setelah menghabiskan segelas air mineralnya itu, aku sudah siap sedari tadi duduk di kursi meja makan untuk menjawab introgasi papa.

"oke, jadi cerita sama papa kronologis kecelakaannya", kata papa. Intonasinya tegas.

Aku berdeham, menyiapkan suara dan mental. Tentu aku tidak ingin mengingatnya lagi, namun apa boleh buat. Sekarang aku harus menceritakan dengan panjang lebar.

" jadi, 3 hari lalu, Tara diantar sama Rose dan kakak sepupunya, Namanya Dean. Dia koas di Rumah sakit tempat Tara dirawat. Awalnya memang Rose yang mendadak langsung menjemput Tara ke rumah tanpa basa-basi. Ya, kan lumayan pa, dapat tumpangan gratis. Jadi Tara ikut Rose. Dan tanpa Tara sangka...

LISTENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang