Mos

5 2 0
                                    

04.30
Kriiing... Kriing... Kriiing

"Diiiin, bangun cepet, alarmnya udah bunyi dari tadi, ntar jam 6 belom siap gue tinggal" teriak kak aryo

Dinda menggeliat layaknya cacing kepanasan, rasanya tak ingin bangun cepat, masih ingin tidur, Dinda hanya membuka satu mata layaknya bajak laut, melihat waktu yang tertera di alarm dan mematikan alarm lalu memejamkan matanya lagi.

"Iya kak 10 menit lagi Dinda bangun"

Dengan cepat Dinda bangun, mencuci muka, lalu keluar kamar, seperti biasa pagi pagi Dinda harus mencuci piring, dan membersihkan rumah terlebih dahulu, aryo sudah dulu pergi mengantarkan bunda kepasar membeli bahan - bahan dasar kue dagangannya, ayah masih tidur karena biasanya jam 2 pagi baru pulang dari bengkel.

Setelah selesai Dinda harus bergegas mandi dan menunggu aryo dan ibunya datang, ketika bunda sudah datang, cepat-cepatlah dia membantu bunda membuat kue, dan membuat makanan untuk seharian nanti.

Tak pernah kata mengeluh ia lontarkan, hanya ada senyuman yang terus ia berikan, Dinda tak ingin menambah beban bagi orang tuanya.

"Dek, sudah sana rapikan diri, bentar lagi jam 6, ini pertama kamu masuk sma lho, masa iya mau terlambat. " kata bunda

" bentar bun, kan ini belum selesai. "

" biar bunda yang lanjutin, cepetan sana nanti ditinggal kak aryo. "

" yauda bun, Dinda ganti baju dulu "

Dengan cekatan aku mengganti baju, tak perlu lama , aku bukan seperti cewek diluar sana yang suka dandan, bahkan pakai bedak aja jarang, aku hanya cewek berkuncir kuda.

" Dek udah siap? Kakak tunggu diluar ya " kata aryo

" iya kak ini udah selesai "

Dengan tergesa gesa Dinda segera mengambil semua benda yang harus dibawanya, dan menuju dapur untuk berpamitan kepada bunda

" bun, Dinda berangkat dulu sama kak aryo ,assalamu'alaikum "

" hati hati nak jangan ngebut ngebut bawa sepedanya, wa'alaikumsalam "

Ya aku selalu berangkat dengan diboncengkan kak aryo dengan sepeda, aku tak pernah malu, malah aku sering berfikir, bukankah itu hal yang sosweet, diantar jemput oleh orang yang disayang.

20 menit berlalu dengan cepat

"Dek udah sampe, sekolah yang rajin, jangan jadi anak nakal, harus bisa banggain ayah bunda, gausah malu kalau kita bukan orang kaya, tapi malulah kalau kamu gabisa banggain orang tua " kata aryo dengan serius

" iya kak, kakak juga, sekolah yang rajin, biar bisa nandingin aku, masa iya dari dulu kalah mulu, kan gaasik "kata Dinda sambil bersalaman dengan aryo sambil melangkah memasuki gerbang sekolahnya

Memang sekolahku dengan kak aryo berbeda, karena kak aryo tak terlalu pintar, dia harus masuk ke sekolah medusa, dimana disana hanya ada anak-anak yang kurang mampu yang masih ingin bersekolah.

Langkah kakiku terhenti tepat digerbang sekolah, memantapkan hatiku bahwa aku harus semangat dan kuat untuk menjalani kedepannya apapun rintangannya

Fighting !!

Aku melihat sekitar banyak sekali anak yang sama denganku, memakai topi warna warni, dan memakai kaos kaki yang berbeda warna, memang itulah persyaratan mos disekolahku.

Buugh

Tiba tiba aku tersungkur karena ada yang menabrakku dari belakang, ada rasa perih ditangan dan lututku, dan benar saja, ada darah yang keluar dari keduanya. Belum apa apa aja udah kena sial.

" ah ma-af , sakit ya " kata cowo berambut pirang yang tadi menabrakku sambil mengulurkan tangannya kepadaku untuk memberikan bantuan.

" santai gpp ko " Aku menerima uluran tangannya

"Gapapa gimana maksudnya, tangan sama lutut lu aja sampe berdarah gitu juga "

Tak lama kemudian ada suara teriakan dan suara kaki yang melangkah kearahku

"Adit rese lu ya, beraninya kabur, udah uang saku dipotong mamah gegara kemaren ketahuan bolos, malah tadi lu makan banyak gabayar, kan jadi gue yang harus bayar, lu ganti rugi pokoknya, gamau tau "kata kakak kelas berambut kriting

"Eh monyet, bahas itunya ntar lu galiat apa gegara lu ngejar ,gua nabrak anak orang " adit

Adit dan wahyu melihat arah kedepan, dan ternyata sudah tak ada siapa siapa disitu.

"Dit, lu gpp kan? Lihat apaan sih? Gaada siapa siapa juga " ucap raka sambil memegang badan adit

"Apaan sih lu, mau bilang ada hantu lagi? Parnoan banget, yaudah cus kelapangan sebelum dihukum guru gegara terlambat masuk di awal masuk sma"

Semua anak mos sudah berkumpul dilapangan sekolah yang dipandu oleh kepala sekolah di sma angkasa, terdapat ratusan siswa berkumpul jadi satu, aku salah satunya, saat ini suasana senyap karena kepsek sedang membicarakan tata tertib sekolah, dan membuat grup untuk pengenalan lingkungan sekolah.

" yap langsung saja saya bagi kelompok dan penanggung jawabnya panitia osis disini"

Semua murid bertebaran mencari kelompoknya masing masing, rasanya pusing jika melihat banyak orang dan suasanya yang berisik, aku juga mendatangi kelompokku yang tadi sudah dibacakan oleh kepsek ,kelompokku terdiri dari anisa, Dewi, salman, alfian, raka, Ridwan dan terakhir aku, aku mulai berkenalan satu dengan yang lain , tak perlu waktu yang lama aku sudah akrab dengan mereka. Kita mengelilingi dan mulai menghafal ruang ruang di sekolahan, dan setelah hampir satu jam, kita diharuskan berkumpul lagi dilapangan karena akan diadakan game, kita disuruh ganti memakai baju olahraga, setelah siap semua, kita berkumpul sesuai kelompok yang tadi lagi, kita disuruh melewati semua tantangan dan mengambil bendera kelompok.

Pada game pertama yaitu lari estafet yang diikuti tiga orang setiap kelompok, yang mengikuti game ini salman, alfian dan raka, game kedua yaitu lomba kelereng para cewe di grupku yang mengikuti game ini, dan game terakhir yaitu mengambil bendera yang ada di atas pohon yang wajib diikuti oleh semua peserta, kita mengatur formasi terlebih dahulu, akhinya aku akan digendong oleh semua kelompokku karena menurut mereka aku memiliki badan yang terkecil.

"Lah seriusan ini gue yang naik? Ogah ah takut ketinggian anisa atau Dewi aja sana "

"Lah elu yang badannya paling kecil dindaaa " kata Ridwan sambil geregetan

"Nanti kalau ada apa apa sama gue gimana? "

"Kan ada kita, udahlah cepet naik, ntar kita kalah sama mereka" ucap alfian yang ikut geregetan karena Dinda ga ujung ujung naik ditangan mereka

Akhirnya aku pasrah, aku naik di tangan mereka, deg deg an yang jelas, aku berniat ingin menggemukkan badan biar ngga dijadiin tawanan lagi, setelah sampai di depan pohon aku mulai mencoba meraih bendera, tak kunjung kunjung ku dapatkan, padahal kelompok lain sudah ada yang dapat, akhirnya ku raih juga benderanya, dan harus cepat cepat kembali ke tempat asal.

Setelah semua acara selesai, semua anak dipulangkan, aku menunggu kak aryo menjemputku, sudah hampir sejam aku menunggunya didekat halte bus, terkadang dalam hal seperti ini aku berfikir kalau saja aku anak orang kaya aku pasti punya sepeda motor, ah sepeda saja pasti aku sudah senang sekali, sebenarnya bisa saja aku naik angkutan umum, tapi takut kalau nanti kak aryo jemput aku, syukurlah sebelum gelap kakak menjemputku.

"Lah kenapa itu bibir, manyun gitu, susah ya sekolah disana? " kata kak aryo cemas

"Kak aryo yang bikin aku sebel, aku udah nunggu kakak lamaaa banget, bahkan sekarang udah hampir gelap tau "

"Hahaha maaf ya Dinda adik kakak paling cantik, tadi kakak ada tambahan pelajaran, kan kakak udah kelas tiga, lah itu kaki kenapa? Ko lebam? yaudah cepetan naik nanti kakak bersihin dirumah, bunda pasti udah nunggu"

Setelah sampai rumah, kakak langsung mengambilkan air hangat dan obat merah, lalu membersihkan lukaku, dan menyuruhku untuk tidur lebih awal.








DreamerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang