Azhura's Bride Part 7 : Kau isteriku, dan Aku Tidak Mau Ditolak

118K 7.5K 228
                                    

Part 1-10 Free Publish untuk umum. Part 11 ke atas Privat Publish hanya untuk follower  

Azhura's Bride Part 7 : Kau isteriku, dan Aku Tidak Mau Ditolak

"Melamarku?",

Tanpa sadar Armenia memundurkan langkahnya sekali lagi hingga punggungnya menabrak dinding. Mata emasnya yang indah membelalak tak percaya, memandang sang ayah dan lelaki asing itu berganti-ganti.

Armenia setengah berharap bahwa ayahnya hanya bercanda, tetapi ekspresi sang ayah menunjukkan hal yang sebaliknya. Dan bahkan.... kata-kata ayahnya berikutnya malahan semakin menegaskan betapa seriusnya hal ini,

"Ibumu dulu adalah salah satu perempuan dari suku pemburu di seberang sungai Garaya. Zhura Al Gul adalah putera dari kepada suku, keturunan langsung bangsawan dari petinggi Garaya, dan beliau sudah dijodohkan denganmu sejak kecil. Beliau sekarang kemari untuk memenuhi perjanjian pertunangan dulu, dengan melamarmu untuk menjadi isterinya." Daika menghentikan kata-katanya dan menatap wajah Armenia yang tampak pucat pasi.

Daika itu mengerutkan keningnya dengan cemas ketika menyadari betapa pucatnya Armenia, "Kau tidak apa-apa Armenia? Hal ini mungkin terlalu tiba-tiba untukmu...."

Sebelum Armenia sempat memberikan jawaban, lelaki asing itu membuka mulutnya dan menyela,

"Mungkin kau  bisa meninggalkanku berdua dengan Armenia, Daika." Zhura Al Gul menyela kalimat Daika dengan suara yang tenang tetapi penuh wibawa.

Dan sekali lagi, meskipun hanya sekejap, Armania melihat bahwa sang ayah tampak menahan diri untuk tidak bersujud di depan lelaki itu.

Armenia mengawasi dalam diam meskipun benaknya bertanya-tanya. Kenapa ayahnya bersikap begitu hormat kepada lelaki itu? dan kenapa Zhura Al Gul juga bersikap arogan dengan kata-katanya yang seolah sedang berbicara dengan pelayannya? Apakah karena posisi lelaki itu sebagai anak kepala suku dan keturunan langsung bangsawan tertinggi yang membuatnya otomatis berkedudukan lebih tinggi dibanding yang lain?

Daika sendiri sedikit menganggukkan kepalanya menanggapi kata-kata Zhura Al Gul, lalu menatap Armenia kembali,

"Zhura Al Gul benar, ayah akan memberi kesempatan kalian berdua bercakap-cakap tanpa ada gangguan. Mungkin Zhura Al Gul bisa menjelaskan secara langsung dengan lebih baik." Dan kemudian, tanpa kata-kata sendiri, sang ayah langsung beringsut pergi meninggalkan Armenia dan lelaki asing itu berduaan.

***

Ketika ditinggalkan hanya berduaan, Armenia melemparkan pandangannya kepada sosok tinggi di depannya dengan ragu.

Lelaki itu hanya berdiri diam di sana, mengawasi Armenia dengan mata emasnya yang dalam, dan hanya tersenyum tipis ketika Armenia memalingkan matanya, tak tahan ditatap seperti itu.

"Mari kita bicara di luar." Zhura Al Gul bergerak, menghela Armenia ke arah pintu sehingga otomatis Armenia mengikutinya.

Mereka berdiri di teras rumah kayu itu lalu lalu berjalan menuruni tangga batu menuju rerumputan hangat di kaki mereka. Matahari bersinar cerah hari ini, mengeringkan embun-embun pagi yang menggelayuti dedaunan, sisa dari hujan deras semalam.

Langitpun tampak biru begitu cerahnya sehingga hampir berwarna putih, dan matahari bersinar tanpa ada halangan, tampak begitu besar seperti sebuah koin emas raksasa di ujung langit.

Zhura Al Gul berjalan meninggalkan Armenia di belakangnya dan melangkah mendekati kuda hitamnya yang masih berdiri dengan setia tanpa diikat di samping halaman rumah, sehingga mau tak mau Armenia mengikutinya.

Kuda hitam itu sangat besar dan berotot, tingginya punggungnya bahkan lebih dari tinggi kepala Armenia. Keempat kakinya ditumbuhi bulu beriap-riap berwarna hitam yang tampak sehalus sutera, sementara surainya sendiri begitu panjang sehingga hampir menutupi keseluruhan lehernya. Kuda itu bermata biru, dan mengeluarkan suara ringkikan senang ketika majikannya mendekat.

Azhura's BrideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang