Azhura's Bride Part 9 : Ya atau Tidak, Armenia?

107K 7.2K 274
                                    

Part 1-10 Free Publish untuk umum. Part 11 ke atas Privat Publish hanya untuk follower  

Azhura's Bride Part 9 : Ya atau Tidak, Armenia?

Pagi itu, Asoka, Sang pendeta tertinggi di kerajaan Garaya sedang berdoa di ruang utama di kuil terbesar Azhura Kahn. Lelaki tua itu mengenakan jubah pendeta berwarna merah, dengan tudung menutupi kepalanya, menyembunyikan rambutnya yang sudah memutih. Usianya sudah 77 tahun, tetapi dia tetap sehat dan tetap menjadi pemimpin paling penting dan dihormati di kerajaan ini.

Tangannya yang keriput sibuk mengatur persembahan yang terdiri dari tujuh belas warna bunga yang dirangkai di alas kaki patung sang Azhura, dan ketika Pendeta Asoka menatap figur patung itu, dia  teringat kembali semalam, ketika sang Azhura Kahn muncul kembali di hadapannya setelah tujuh tahun berlalu. Semalam, Sang Mahadewa muncul diruangan khusus berdoanya, ketika Pendeta Asoka memutuskan untuk berdoa larut malam.

"Kau melakukan pekerjaan yang baik Asoka." Suara Sang Mahadewa bagaikan bisikan samar dan sosoknya setengah melayang di kegelapan, diselubungi bayangan, sedikit berkabut samar-samar, meskipun begitu aura kekuatannya menguar lepas membuat Asoka tidak bisa melakukan yang lain selain bersujud.

"Hamba melakukan sesuai yang anda perintahkan oh Yang Mulia." Asoka menundukkan kepalanya dalam-dalam penuh penghormatan, "Ketika tujuh tahun lalu anak perempuan bernama Khaeva itu datang bersama ibunya, dan mengaku sebagai anak yang menerima persembahan langsung dari anda, hamba langsung teringat pesan anda. Meskipun hamba tahu dia adalah pengantin palsu, hamba memperlakukannya selayaknya pengantin anda yang asli dan memberinya kedudukan tinggi di istana."

Azhura Kahn menatap ke bawah, ke arah Asoka, pendeta kuil, pelayan manusianya yang setia.

"Kau sudah melakukan segalanya dengan benar. Berkatku akan melimpah untukmu ."

Sebuah sinar lembut kemerahan meresap ke tubuh Asoka, sang pendeta tertinggi yang sudah berusia 77 tahun. Sinar lembut itu seolah memberikan kekuatan kepada tubuh tuanya yang ringkih, membuatnya merasa sehat dialiri oleh berkah sang Azhura.

Pendeta Asoka merenung menatap bunga-bunga di depannya, kesadarannya sudah kembali ke masa kini. Pagi ini dia sedang mempersiapkan tatanan persembahan di dalam kuil terbesar di kerajaan Garaya. Hari ini adalah hari istimewa bagi seluruh penduduk Garaya. Selain sebagai hari persembahan pertama bagi anak-anak perempuan berusia sepuluh tahun yang dilakukan tahunan, di hari ini Puteri Khaeva akan memberikan persembahan pertamanya kepada sang Azhura Kahn.

Khaeva.....

Pendeta Asoka tidak bisa menahan sinar tidak suka yang muncul di matanya. Dia memang hidup besar dan mungkin akan mati sebagai pendeta yang agung, dan sebagai pendeta, dia diajarkan untuk memiliki hati yang damai, dan tanpa kebencian.

Tetapi.... Pendeta Asoka tentu saja tidak bisa menahan rasa tidak sukanya kepada Khaeva dan Ibunya Ruth yang tidak tahu diri. Bertahun-tahun mereka menipu semua orang dan seluruh anggota kerajaan Garaya, dan mereka tetap saja bersikap pongah dan tanpa dosa. Dan bertahun-tahun pula pendeta Asoka harus menahan rasa muaknya dengan berpura-pura tidak tahu bahwa Khaeva adalah pengantin palsu Azhura Kahn.

Pendeta Asoka tidak tahu mengapa Sang Mahadewa Azhura Kahn membiarkan saja Khaeva dan ibunya melakukan penipuan seperti ini. Tetapi sebagai seorang hamba, meresa tidak perlu bertanya.

Azhura Kahn adalah dewa dari segala dewa. Beliau pasti tahu apa yang baik dan apa yang tidak. Pendeta Asoka yakin, rencana sang Azhura Kahn adalah rencana yang terbaik...

Tiba-tiba saja pendeta Asoka merasa penasaran, kalau memang Khaeva adalah pengantin palsu, mungkinkah di luar sana pengantin asli sang Azhura Kahn ada dan baik-baik saja?

Azhura's BrideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang