Chapter 25 (1)

18 6 0
                                    

...

Di tengah tamu undangan yang memandang ke arah kami, Radit bergerak memasangkan cincin di jari manisku. Air mataku berlinang tanpa sadar. Air mata haru.

Semua keluarga, kerabat, dan teman-teman kami datang menyaksikan pernikahanku dengan Radit. Yang by the way.. masih seperti mimpi di siang bolong bagiku.

Giliranku memasangkan cincin di jari manis Radit. Ia terkikik geli saat melihat ekspresi terharuku yang katanya berlebihan. Ekspresi yang sama saat aku tahu ia serius datang melamarku bersama orang tuanya waktu itu. Dan semua itu masih berlanjut saat ia terang-terangan mengumumkan berita pernikahan kami di media. Fase dimana aku menjadi objek bulan-bulanan teman kantor, teman semasa SMA, teman kuliah terutama sahabatku, Nanda. Dalam artian mereka tidak menyangka dengan sikapku yang bisa-bisanya menyembunyikan kedekatanku dengan Radit selama ini. Pada akhirnya, tanpa kuduga mereka ikut bahagia atas berita itu. Mereka datang ke acara pernikahan ini dan memberiku senyum tulus yang semakin membuat air mata bahagiaku meleleh lagi dan lagi. Bapak dan Fiona menatapku dengan eskpresi yang sama bahagianya. Wajah mereka membuatku merasa tidak tahan untuk terus terharu seperti ini.

Mbak Dian, Tante Adel, dan bahkan Bimo berdiri di tengah-tengah tamu sambil bertepuk tangan saat proses penukaran cincin selesai. Ian dan Riska kompak berseru dengan gemuruh saat Radit memandang dua orang terdekatnya itu dengan senyum mengembang.

Setelah itu, para tamu undangan dipersilahkan menyalami kami satu per satu. Seorang gadis dengan tampilan yang begitu cantik nan feminim membuatku agak terkejut saat melihat kedatangannya. Gadis itu Fanya. Ia menyalamiku juga Radit dengan senyum ramah. Saat gadis itu berdiri di hadapanku, ia menatapku intens lalu berniat cipika-cipiki denganku.
"Selamat yah. Kamu satu-satunya orang yang bisa bikin Radit tersenyum seperti sekarang. Ini pertama kalinya aku lihat Radit tersenyum sebahagia hari ini" ucap Fanya padaku. Aku tersenyum lalu mengucapkan terima kasih tulus dari hati. Aku tidak menyangka ia akan datang di acara pernikahan kami dengan sikap yang begitu dewasa seperti itu. Aku salut padanya. Aku saja belum tentu bisa setegar itu datang ke acara pernikahan mantan pacar dengan senyum setulus itu.

Fanya memang hebat. Aku yakin, dia akan mendapatkan lelaki yang hebat juga. Saat Fanya berlalu, aku melirik Radit yang menatapku juga.
Ia tersenyum lalu menggenggam tanganku dengan erat.
Air mataku muncul lagi. Membuat sebagian make up di wajahku nyaris terhapus karenanya.
"Nggak usah nangis lagi... Jatuhnya malah jadi lucu, tau nggak" gumam Radit seraya menertawaiku. Aku memukul bahunya pelan.

Sebelum aku sempat menyadari perlakuan Radit, ia sudah berhasil membuatku blushing sejadi-jadinya. Bagaimana tidak? Ia mencium bibirku di hadapan banyak orang. Tindakannya langsung saja mengundang keriuhan dan siulan bertubi diiringi tepuk tangan dari semua orang.

Aku merasa sangat malu. Sementara ia malah asyik cekikikan tidak jelas.

Ohhh.. Tuhan. Hebatnya Engkau yang menciptakan bahagia sesempurna ini.

👰🏻Ily, Radit Kampret..

🤵🏻Haha. Sama. Gue juga. Tapi, lebih.

***

Tamat💖

Lanjutan 'Classy Nasty'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang