Chapter 25 : Classy End? Nasty End?

24 7 0
                                    

FIA SABINA

Ada saatnya terjadi akhir. Akhir dari sebuah fase dan awal fase yang baru.
Ada yang datang dan ada yang pergi.
Ada yang kembali untuk bahagia dan yang pergi untuk tangis.

Hidup itu memerlukan akhir agar setiap orang memiliki harapan.

Harapan yang akan mendorongnya untuk berusaha meraih akhir bahagia.

...

Hari ini, aku kembali melakukan liputan di luar kantor. Aku tidak tahu kalau lokasi salah satu narasumber yang kutuju berada di sekitar sekolah Fiona.
Aku memilih duduk di depan gerbang sekolah Fiona sambil mengaso sebentar di bawah pohon rindang ditemani gerobak siomay yang kebetulan memang tengah berjualan di tempat ini.

Saat ini, sudah jam pulang sekolah. Anak-anak SMP berbondong-bondong keluar dari gedung sekolah hingga suasana menjadi ramai. Sambil melahap sepiring siomay di tanganku, aku celingak-celinguk mencari sosok Fiona di antara siswa yang berjalan keluar melewati gerbang.

Sesaat kemudian, aku menemukan Fiona. Namun, pemandangan yang kulihat membuatku terbatuk mendadak karena tersedak siomay. Fiona tampak ketawa-ketiwi bersama seorang cowok seumurannya yang juga mengenakan seragam putih biru sama halnya Fiona. Anak cowok itu menyodorkan telapak tangannya pada Fiona dengan senyum ala playboy kelas teri. Fiona yang tersipu menerima tangan itu sembari senyam-senyum dengan ekspresi minta digaruk.

Sialan.

Aku langsung bangkit dari kegiatan santai-santaiku dan menghampiri Fiona yang ternyata sudah bisa pacaran dengan cowok terong-terongan begitu. Sialnya lagi, langkahku terhenti ketika si abang siomay memanggilku. Aku menepuk jidat saat sadar kalau siomay yang kumakan tadi belum kubayar.

Setelah membayar siomay, dengan cepat aku melangkah menyusul Fiona yang masih asik pacaran di mulut gerbang.
"Fiooooooooooo" seruku sambil menarik lengan Fiona menjauh dari cowok terong.
Fiona tampak terkejut dengan kedatanganku yang tiba-tiba.
"Kakak ngapain di sini?".
" Nggak penting kakak ngapain di sini. Yang perlu ditanyakan itu, kamu ngapain sama cowok,heh? Kamu pacaran?!" tuntutku. Fiona menggaruk pelipisnya lalu dengan ragu melirik ke arah cowok terong.
"Cuman temenan,kok Kak" elak Fiona.
"Kalau temenan kenapa pegangan tangan kayak mau nyebrangin nenek-nenek gitu tadi? Kamu pikir kakak nggak liat?!" balasku lalu melirik cowok terong dengan garang. Anak itu hanya tersenyum salah tingkah. Tidak jauh berbeda dengan tingkah Fiona.
"Friendzone emang gitu, kak" jawab Fiona. Aku membuka mulut dengan ekspresi tidak percaya lalu menarik Fiona lebih dekat padaku.
"Anak kecil banyak tau juga yah, sekarang..".
"Aku udah SMP, kak" debat Fiona.
"Tetep aja.. Masih terlalu dini!".
"Ish, kak Fia nggak asik, ah. Cemburu yah karena kakak nggak punya pacar kayak aku? Iri? Kasian deh, kakak" ledek Fiona lalu tertawa diikuti si cowok SMP. Sial...

Mati kutu rasanya ditertawai anak SMP baru akil baligh.
"Duh, anak SMP bisa aja sih ngeledek kakak sendiri".
Aku menoleh saat tiba-tiba suara lain ikut nimbrung dalam percakapan kami. Langsung saja, aku mendapati Radit sudah berjalan mendekati kami. Ia tersenyum ringan pada Fiona sambil memasukkan tangan ke dalam saku celana. Fiona shock melihat Radit ada di hadapannya. Dengan cepat, ia memekik kegirangan menimbulkan perhatian sekitar beralih pada kami. Teman-teman Fiona yang lain langsung berlarian ke arah kami dengan histeris. Semua karena Fiona berteriak sambil menyebut nama Radit. Akibatnya, Radit kini jadi sasaran para remaja itu. Mereka memaksa foto bersama dan berkesempatan mencubit pipi, memeluk Radit, bahkan mencium pipinya habis-habisan.

Lanjutan 'Classy Nasty'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang