PROLOGUE.

168 19 6
                                    

BRAK!

"JIMIN!"

Aku berlari ke arah dimana Jimin sudah tergelatak tak berdaya. Bagaimana ini semua bisa terjadi? Tuhan, mengapa harus Jimin?

Darah sudah dimana-mana, aku tidak bisa berkata apa-apa selain menghampirinya dan mencoba untuk menyadarkan dirinya. Matanya dapat terbuka, ia masih menatapku sambil meringis.

"Aku tidak apa-apa, chagiya.."

Pusing. Kepalaku pusing mendengar suara merdunya dikala keadaan yang seperti ini. Bagaimana bisa ia berkata tidak apa-apa sedangkan keadaannya didepan mataku ini sungguh mengenaskan?

"T-tolong!"

Aku benar-benar berharap ada yang menolong kami berdua disini. Namun nihil, keadaan sedang sepi sekarang, tidak ada yang berlalu lalang disini. Aku semakin khawatir akan keadaannya.

"A-aku.." Ia kembali berbicara, namun nafasnya tiba-tiba tercekat. Aku semakin panik, air mataku mengalir deras, menunggu keajaiban datang.

Aku bisa melihat bahwa semakin lama ia bertahan, semakin terlihat jelas juga bahwa mata sipit yang menjadi ciri khasnya..

tertutup dengan sempurna.
.
.
.

"Jadwal kematian, 12 Agustus 2012 pukul 22.32 atas nama Park Jimin"

Lacunar Amnesia #Wattys2019Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang