"KAU?!"
Haneul terperanjat, menghapus air matanya seketika dan berdiri dari asal ia duduk.
Tak disangka bahwa sang tamu spesial yang melaporkannya itu ada disini, Jeon Jungkook.
Buat kesal saja, batinnya.
"Iya, aku kenapa?" jawab ia santai, seperti tak terjadi apa apa. "oh ya, kau yang membawa makananku tadi ya? kau buat aku telat ke kantor ku, tahu" pria itu menaikkan ujung bibir sebelahnya, memancing emosi Haneul lebih lagi.
"Dan kau membuatku di skors selama dua hari! bahkan gajiku dipotong sebesar 25%! bagaimana caraku melanjutkan hidup nanti? kau mau aku mati?!" Haneul benar-benar sewot kali ini, tidak perduli siapa dan seberapa besar pangkat pria yang ada di depannya sekarang.
"Oh, baguslah. Kau jadi tahu apa kesalahanmu. Toh, cuma 25%, kan? menurutku sih itu kecil" Jawab pria itu angkuh, semakin menantang Haneul.
Haneul menggenggam tasnya erat sebagai ganti dari emosinya yang sudah meluap kemana-mana "Yak! aku tak habis pikir denganmu! Sombong sekali, aku tahu kau orang yang berkecukupan dan aku hanyalah orang biasa, tapi bisakah kau memikirkan bagaimana orang sekitar berusaha untuk memenuhi kebutuhannya?
"Tidak, tuh" Jungkook melihat ke arah lain sambil mengangkat angkat kan bahunya, terlihat sangat tak perduli.
Manik terang Haneul tiba-tiba menggelap. Matanya pun membulat dengan sempurna saat mendengar tutur Jungkook yang tidak perduli sama sekali "APA?! KAU SUDAH GILA YA?!"
"Aku normal, waras, dan tidak gila"
Emosi Haneul memuncak untuk yang kedua kalinya. Rasanya ingin bergelut saja dengan pria di depannya ini. Namun apa daya, Haneul harus membuang semua pikirannya, dan mencoba untuk menjawab pria ini dengan pintar, bukan dengan emosi.
Jungkook membungkuk, menyamakan tingginya dengan Haneul "Sudah kehabisan kata-kata, nyonya?"
Haneul menunjukkan smirk nya, "Bukan begitu. Aku hanya sedih melihat kau yang tidak memiliki hati, tuan. Aku turut berduka cita atas hal tersebut"
Jleb! Harga diri Jungkook serasa dijatuhkan oleh wanita ini. Rahang Jungkook mengeras, namun ia mencoba untuk menahan diri agar tidak terpancing emosinya.
Haneul merapihkan pakaiannya di depan Jungkook "Kenapa, tuan? merasa dijatuhkan? baguslah, aku merasa kau telah menggantikan semuanya dengan melihatmu merasa dijatuhkan. Aku pamit" Dan Haneul pun melewati Jungkook yang masih shock.
Dengan cepat Jungkook berbalik badan dan menahan Haneul, "Tunggu. Kau menarik juga, beri aku nomormu" Jungkook menyodorkan handphonenya, berniat untuk meminta nomor telepon.
Namun,
Haneul mendorong handphone itu pelan "Maaf, nomorku hanya untuk orang yang penting saja. Permisi" Dengan cepat juga, Haneul kembali berjalan dan pulang ke rumahnya, dengan keadaan lemas.
Sedangkan Jungkook? Ia masih mematung di tempatnya, tidak bergerak sedikitpun. Matanya masih tertuju pada punggung wanita yang kian menjauh itu.
Jungkook terkekeh, "Untuk orang penting saja katanya? berarti aku tidak penting, dong?" Ia benar-benar anggap wanita ini menarik, "Salah juga aku menyuruh Yoongi hyung menghukummnya"
***
Pip! Pip! Pip!
Cklek!Haneul membuka pintu rumah minimalisnya, masuk dengan helaan napas cukup panjang mengingat banyak kejadian yang terjadi pada hari ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lacunar Amnesia #Wattys2019
Fanfiction'Lacunar Amnesia' -- atau 'Amnesia Lakunar' merupakan salah satu dari beberapa macam jenis amnesia. Pengidap amnesia ini akan mengalami hilangnya ingatan mengenai suatu peristiwa secara acak. "Aku merasa pernah melihat wajahmu. Namun, mengapa aku ti...