Uchiha Kingdom

2.4K 196 20
                                    

"apa yang kau katakan, tabib istana?" geram sosok berambut hitam bermata onix ini.

"seperti yang hamba katakan yang mulia, permaisuri sakura dan putri ino serta selir2 Yang mulia berdua tidak hamil untuk saat ini" wanita berambut pirang yang di panggil tabib istana oleh sosok tadi berkata dengan tegas.

"tidak untuk saat ini? Lalu kapan saat itu akan tiba? Kami sudah menunggu selama delapan tahun, bahkan sudah tak terhitung berapa gadis yang kami jadikan selir, sampai kapan kami harus menunggu lagi"sosok tadi berucap lagi dengan onix yang mengintimidasi. Sedangkan sosok di samping yang hampir serupa dengannya hanya berbeda gaya rambut yang mirip pantat ayam sama sekali tak berkomentar hanya tatapannya yang semakin lama semakin tajam.

Ketegangan kembali terjadi di kerajaan Uchiha. Kerajaan yang terbesar, termakmur dan terkuat ini sedang dilanda kesedihan karena hampir sewindu sudah terlewatkan tapi kerajaan belum memiliki pewaris tahtanya. Kerajaan dipimpin oleh putra mahkota uchiha sasuke dan di bantu oleh kakaknya uchiha itachi sebagai penasehat agung kerajaan mampu membawa negeri tersebut menjadi termasyur dari yang lainnya. Namun semua keberhasilan itu tidak menyurutkan keresahan masyarakat akan ketiadaan pewaris tahta kerajaan uchiha.

"ampuni kelancangan hamba ini Yang mulia, hamba berpendapat hal ini adalah perwujudan dari kutukan yg terlontar dari wanita tua delapan tahun silam" tutur tsunade lirih.

"perkataaan mu menyiratkan kau menyalahkan kami atas semua bencana yang terjadi di dalam kerajaan ini tabib, lancang sekali kau berani menyalahkan permaisuri dan putri kerajaan ini, bisa saja obat penyubur yang kau berikan selama ini hanya sampah yang tidak manjur" ujar permaisuri sakura dengan geram.

" benar sekali yang dikatakan permaisuri, bisa saja selama ini kau malah memberi obat membuat mandul tabib" timpal putri ino dengan segera.

"ampum beribu ampun yang Mulia, hamba sudah mengabdi di kerajaan Uchiha saat mendiang raja fugaku masih berkuasa, hamba tidak mungkin berhianat dengan cara menghambat keturunan kerajaan yang sangat hamba junjung ini" ujar tabib itu dengan lembut dan tegas.

"Tap.."

"hentikan permaisuri, aku sudah mengenal tabib tsunade dari kecil dan aku percaya padanya jadi jaga sikapmu, kau seorang permaisuri kerajaan Uchiha bukan seorang wanita yang tidak mengerti tata krama dan cara menghormati orang yang lebih tua" tutur sasuke yang sedari tadi diam akhirnya membuka suara melihat kekeras kepalaan sakura.

"kau boleh pergi tabib tsunade"

"hamba undur diri yang mulia" tsunade memberi hormat dan berlalu dari hadapan para penguasa kerajaan ini.

Sakura menahan geram saat sasuke membela tabib tua tadi, baginya derajatnya dengan tabib tadi tidak sebanding untuk membuat dia disalahkan disini. 😒😒😒😒

"Yang mulia...."

"kau juga kembalilah ke kediamanmu permaisuri" ujar sasuke dengan dingin memotong ucapan sakura.

"tapi Yang..."

"dan ajak juga putri ino, aku ingin membicarakan sesuatu yang penting dengan aniki" potong sasuke lagi.

"baik Yang Mulia, hambar undur diri kembali ke kediaman hamba" sakura yang merasa tidak memiliki kesempatan akhirnya mau tak mau mengiyakan perkataan suaminya.

"Hn"

Sakura segera melangkah keluar dari ruangan itu dengan di ikuti oleh ino dan seluruh dayang pengiring mereka.

"nee sama apa mungkin yang dikatakan tabib itu benar, kutukan itu benar terjadi dan sekarang sedang menimpa kita?" tanya ino dengan lirih saat mereka sudah berada di luar jauh dari ruangan itu.

"berhentilah berkata yang hal mustahil putri ino, kutukan itu tidak akan berlaku untuk para bangsawan seperti kita" ujar sakura dengan datar.

"Tapi nee-sama buktinya kita belum mengandung hingga saat ini, bahkan para gundik suami kita juga tidak ada satupun yang hamil" ino keukeh dengan pendapatnya.

"tidak... itu tidak munkin terjadi, aku tidak akan pernah membiarkan itu terjadi" ucap sakura final, dia segera berlalu dari hadapan ino di iringi oleh dayang-dayangnya.

Ino yang ditinggalkan begitu saja hanya bisa menghela nafas, perasaannya gundah memikirkan nasib rumah tangganya, walaupun dalam kerajaan wajar jika seorang raja atau pangeran memiliki banyak istri, namun sebagai seorang wanita ia tidak pernah mau membagi suaminya dengan wanita lain apalagi sikap sang suami yang dingin kepadanya. Ia merasa bahwa suaminya hanya menjalankan prosedur pernikahan untuk kelangsungan keturunan kerajaan tanpa cinta sedikit pun untuknya.

Ino kemudian melangkahkan kakinya ke dalam kamarnya. Di dalam kamarnya ino duduk dengan melamun di pinggir ranjang, matanya menerawang jauh mengingat kejadian delapan tahun silam.

Tbc

Maaf yaw minna kalu banyak typo nua, namanya juga manusia hehehe😅😅
Part selanjutnya flashback delapan tahun yang lalu. 😅😅😅

Destiny In Other World Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang