Part 4

2.7K 79 0
                                    

Suasana di rumah megah ini terasa sepi. Padahal ada dua orang yang sedang bergelut dengan pikiran masing masing. Mereka sama sekali tidak mengeluarkan suara satu sama lain. Hanya suara nyaring yang berasal dari speaker televise yang pada saat itu sedang menampilkan sebuah acara bola kesukaan pemuda tampan yang sedari tadi berusaha untuk konsentrasi dengan layar televise itu.

Sedangkan gadis cantik yang menemaninya sedari tadi hanya duduk diam seraya melirik pemuda tampan itu. Kemudian mengalihkan pandangannya pada jam yang terpajang manis di dinding rumah megah itu. Jarum jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam.

"Ehem." Rio menoleh kearah Ify setelah mendengar deheman gadis itu.

"Kenapa ???" Sahut Rio bingung.

"Loe gak tidur ??? Ini udah jam sepuluh."

"Loe kalau mau tidur, tidur aja. Gak usah ngingetin orang juga. Gue juga tahu ini jam sepuluh tanpa loe kasih tahu." Jawab Rio sewot.

"Gue ngingetin loe baik baik. Kenapa loe jawabnya sewot begitu." Sahut Ify dengan nada sewot juga.

Rio hanya memutar bola matanya kesal. Selalu seperti ini. Keadaan yang tadinya masih sunyi selalu di rusak oleh gadis cantik itu. Tapi keadaan mereka yang mulai panas mulai tergantikan dengan teriakan suara seseorang dari arah tangga. Mereka dengan kompak menatap seorang pemuda berambut gondrong yang berdiri di atas tangga dengan wajah bantalnya dan pakaian piyama'nya yang Nampak lucu di pakai oleh pemuda itu. Duplikat dari tunangannya sendiri. Walaupun dari wajah berbeda, tapi sifat mereka sama. Membuatnya pusing selama ia tinggal di istana Haling ini.

"Kenapa ???" Tanya Rio dengan alis yang sudah terangkat tinggi. Pemuda itu dengan wajah bantalnya sesekali menguap. Pemuda itu menggunakan piyama tidurnya membuat Rio selalu bingung dengan adiknya yang playboy itu. Jika ada seorang gadis yang melihat adiknya seperti itu, di jamin akan mundur dengan sendirinya.

"Loe berdua kaya kucing sama tikus tahu. Akur sekali kali bisa nggak." Omel Ray adik kandung Rio satu satunya dengan berkacak pinggang.

"Heh anak kecil. Loe mendingan tidur aja deh. Berisik." Sahut Rio datar membuat sang adik memutar kedua bola matanya.

"Loe berdua yang berisik. Gara gara loe berdua, gue jadi bangun. Gak tahu diri banget sih. Lagian malam malam begini bukannya tidur malah adu mulut." Omel Ray lagi.

"Maaf yah Ray, yaudah sekarang loe tidur lagi sana." Suruh Ify lembut.

"Kak, gimana kalau malam ini kakak tidur di kamar Ray aja." Rio melotot kaget dan dengan reflex melempar bantal sofa yang sedari tadi ia peluk kearah adiknya yang sedang mengerling matanya dengan nakal kearah tunangannya.

"Heh playboy, dia itu kakak ipar loe. Masih mau di jadiin korban juga."

"Ciyeeee kak Rio cemburu. Makanya kak, punya tunangan cantik begitu jangan di sesalin terus. Akur gitu kek. Ntar kalau loe gak bisa akur, kak Ify buat gue baru tahu rasa loe."

"Emang dia mau gitu sama loe." Sindir Rio membuat Ify tersenyum jail kearah pemuda berambut gondrong yang masih setia nangkring di atas tangga.

"Gue mau kok. Dari pada sama loe, mending sama ade loe yang ganteng itu." Ray langsung tertawa geli melihat raut wajah sang kakak yang sudah merah padam. Sepertinya dia mulai terkena cemburu menguras hati, atau Cuma kesal dengan jawaban kakak iparnya ??

"Terserah. Gue mau tidur." Ucap Rio seraya berjalan kearah kamarnya yang sekarang sudah berganti menjadi di lantai satu. Untuk berjaga jaga, melindungi dua makhluk yang masih kecil kecil itu. Yang satu adik kandungnya yang super ngeselin dan satunya lagi tunangannya yang setiap harinya selalu membuatnya kesal.

Journey of Love (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang