10

2.4K 91 17
                                    


"Ngga, besok Andira suruh kesini ya nak."

"Iya bun, aku pamit dulu ya bun. Gue cabut."

"Iya hati-hati, nak."

"Oke,"

-------<@ @>--------

"Dira, kamu suruh mampir sama bunda, kemarin kamu di ajak Alex kenapa nggak mau?"

"Ha? Kapan juga Kak Alex ngajak aku?"

"Bukannya kemarin dia kesini?"

"Kemarin pas kakak kesana? Orang yang kesini aja Lutfi." Ucapan Andira membuat Angga berpikir sejenak,

"Oh, jadi kamu nggak ketemu sama Alex?"

"Enggak, nanti kalau senggang, aku bakal kesana. Tugasku banyak kak."

"Jangan terlalu di pikir tugasnya, kamu kalau banyak pikiran sakit lagi."

"Iya iya kakakku sayang."

Pagi yang indah itu hanya obrolan ringan yang terjadi antara kakak-beradik itu. Angga belum ingin ikut campur dengan masalah Andira. Ia ingin melihat siapa yang sebenarnya salah. Dan siapa yang benar-benar memperjuangkan adiknya. Setidaknya dia sudah mengantongi sedikit informasi tentang masalah yang Andira hadapi, akan tiba saatnya nanti Angga akan bergerak.

Kuliah Andira hari ini penuh dari pagi hingga sore. Jadwalnya yang padat membuatnya tak sempat pergi ke kantin untuk makan. Ia berencana akan makan di resto Fajar. Lorong-lorong yang semakin sepi, suara langkah yang kian nyaring membuatnya ingin segera keluar dari gedung. Di luar gedung seseorang telah menunggunya, Andira bergegas.

"Mbak Andira?"

"Iya bang, ke Resto Matahari ya."

"Siap mbak, ini helmnya."

Andalan Andira untuk membelah macetnya Jakarta adalah ojol. Butuh waktu sekitar 15menit untuk sampai di resto milik Fajar.

"Tante.."

"Sini nak, duduk-duduk. Mau makan apa?"

"Menu terspecial aja tan, laper dari pagi belum makan."

"Pantas saja kamu agak pucat, tante ambilin air dulu ya."

"Iya tan,"

Mama Alex pergi ke dapur dan membuka handphonenya.

To: Alex

Andira lagi di resto.

Sent. . .

"Kamu tunggu dulu ya nak. Atau kamu mau mandi dulu diatas? Lagi ramai jadi agak lama selesai masaknya."

"Nggak bawa baju ganti tan,"

"Ayo, pake kaosnya anak-anak aja. Tapi kebesaran, nggak apa-apa ya, biar capeknya cepet hilang."

Berbagai alasan yang akan di lakukan Mama Alex untuk menahan Andira tetap di resto sampai Alex datang.

"Iya deh tan, ini bajuku juga kena keringat tadi."

"Ayo, tante ambilin kaosnya."

Di lantai dua resto milik mereka, terdapat kursi-kursi untuk para pelanggan dan satu ruangan yang besar. Didalamnya terdapat ruang kerja beserta sofa pertemuan dan dua pintu, satu pintu untuk kamar mandi, satunya lagi kamar untuk beristirahat. Andira memasuki ruangan itu, ia baru sadar ternyata ruangan itu sangat luas. ia bergegas mandi.

Selesai mandi, ia terpana dengan sofa yang terlihat empuk dan tergiur untuk membaringkan tubuhnya di sana. Perutnya kosong, ia merasa sangat lemas. Berjalanlah dengan lunglai menuju sofa itu, tiba-tiba pintu terbuka. Seorang berjalan kearahnya. Andira mematung, tak bergerak. Bingung haruskah ia kabur atau menghadapi yang ada didepannya? Hatinya ragu untuk tetap berdiri. Ingin keluar dari ruangan ini tanpa hambatan, itu pun tidak mungkin. Ia menarik nafasnya dalam agar tetap tenang dan menunggu apa yang terjadi selanjutnya.

Kupeluk Rindu UntukmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang