Satu - Mereka

3 0 0
                                    

Aku gak tau kalau aku benar menyukai dia.
Lebih deh kek nya,aku gak sadar dan gak sabar.
Setahuku jantung ku selalu berdetak lebih kencang dan yah ada perasaan aneh gitu saat ketemu ataupun berbincang dengan nya.pengen lompat-lompat gitu
Entah apa namanya .
Aku gak mau menafsirkan nya
Aku takut
Takut nanti salah
Dan berakhir jadi luka

-pbm,01/02/14-

Dito terlihat masih mengelus buku kusam itu .
Buku yang sudah pindah kepemilikan.

Dia masih setia duduk di bawah pohon itu,entahlah setiap hari libur ataupun akhir pekan dia selalu di sana setiap sore yah walaupun hanya sebentar .

Lamunan nya seolah jauh sekali.
Entahlah apa yang di fikirkan nya aku gak tau.

"To,ryan dan velin nunggu tuh.ayok buruan" seru seseorang dari arah ayunan diselah kiri nya
"Ah iya.tunggu bentar gue nyusul.loh boleh duluan"
"Jangan lama"
"Iya"

Dia hanya menanggapi nya singkat dan bergegas meninggalkan tempat nya duduk tadi.
Tak lupa ia membawa diary kecil itu bersama nya.

"Lama amat sih loh.ngapain aja sih?" Tanya ryan mulai kesal
"Loh bisa duluan kok kalau gak mau nungguin gue.kasian sama velin"
"Udah deh.kita mau jalan ini"
"Iya"

Mereka diam dan masih sibuk dalam fikiran masing-masing.
"Velin.kebaya lo sama gue samaan khasn ? Terus jas nya si dito sama ryan juga samaan kan ?"
"Iya.beib belok kan depan jangan ngebut t ah soalnya butik nya deket dari sana"
"Iya velinku sayang"
"Idih nyebelin gak tau yah disini ada jomblo sejati"
"Makanya riska lo tuh nyari jangan temenan sama sepupu lo yang tolol ini mulu"ujar ryan
"Siapa maksud lo?"
Dito akhirnya angkat bicara

Ryan baru akan membalas saat velin mencegahnya dan menyuruhnya fokus menyetir.
Tinggal dua belok an lagi butik itu sudah terlihat.
Temat nya yang nyaman khas memang untuk mahasiswa seperti kami .

Dito menenggok ke luar jendela seolah paham jalan ini.
Entahlah baginya tak asing.
Tapi tempat siapa ini yah ?

Ia masih berfokus keluar sampai mobil yang mereka kendarai sampai didepan sebuah butik yang cukup nyaman dan lumayan ramai.

Velin dan riska sudah lebih dulu turun dari mobil dan bergegas masuk ke butik meninggalkan mereka berdua di mobil
Ryan memarkirkan mobilnya di parkiran depan butik .

Dito juga bergegas turun dan bersama dengan ryan dia masuk kedallam butik itu.

Suasana yang familiar bagi dito.
Entahlah tapi kapan dia kesana yah ?
Kok dia lupa.hem terlalu banyak tempat yang di kunjungi nya mungkin membuat nya lupa.

Mereka sudah melihat-lihat dan yah kesan yang didapat sangat memikat hati.
Disini cukup nyaman tempat nya,velin dan riska juga memilih baju yang lain.
Ah kebiasaan wanita.
"Dito?"Sapa seseorang dari balik pakaian disampingnya
"Kamu dito kan?" Ulangnya sekali lagi
"Iya.Maaf sebelumnya kamu siapa yah?"
Perempuan itu hanya tersenyum pada dito .
Senyum pahit penuh kerinduan tapi bukan pada dito
"Lupa yah?aku salsa teman dea "

Deg!

Dito terdiam dan tak bereaksi apapun,seseorang menghampiri salsa"sayang,udah selesai?" Tanya seorang laki-laki di belakangnya.
Ah pasti pacar nya.

"Sebentar sayang.aku mau ngobrol sama dito.boleh?"
"Dito?dia?dia siapa nya kamu?"
Salsa hanya tersenyum dan menampilkan wajah memohon nya.
Ahhh benar-benar mirip dea.

"Gak enak ngobrol disini.kita ngobrol disamping aja gimana ?disana ada kedai kecil"
"Oke"

Dito berjalan mengikuti salsa tanpa banyak tanya,mereka keluar dari butik dan duduk di kedai samping butik.

Dito tak banyak suara.hanya iya dan tidak yang di jawabnya
"Apa kabar?"
"Baik.lo?"
"Baik juga"
"Senang ketemu sama lo.ini gue kasih.bulan depan gue marrid sama daniel gue harap lo dateng.dan ini..."
Salsa mengeluarkan sesuatu dari dallam tasnya
"Sesuatu yang harus gue kasih ke elo.ini udah terlalu lama di gue.udah tiga tahun.gue nyari lo tapi gue gak tau gimana dan akhirnya kita ketemu disini.ini sesuatu yang akan menjawab pertanyaan lama lo kalo lo mau tau.tapi tolong jangan sekali lo buang.kalo lo mau buang mending kasih ke gue lagi.paham?"
"Ini apa?"
"Lo boleh buka.tapi sorry gue harus pergi"

Salsa meninggalkan dito dan sesuatu itu .
Senyumnya perlahan mengembang dan cairan hangat bening ini mengalir dipipi nya
"Gue rasa tugas gue udah selesai de.gue yakin lo udah bahagia kan?maafin gue terlallu lama dan mentingin ego gue"gumamnya

Dito masih melihat kotak itu .
Ia perlahan membuka dan ahhhh sebuah foto,flash disk,album,diary mini dan surat2? Apa ini?

Dito perlahan membuka dan memilih yang akan di baca nya
Tapi bagai petir fi siang bolong.

Dia terdegun.
Ahh foto ini........
Dia akan membuka lebih lagi namun ryan sudah memanggilnya.
Terpajsa ia urungkan dan bergegas mengikuti dan tak lupa membawa kotak itu.

"Dito?"panggil seseorang paruh baya.fia seperti mengenali tapi siapa yah.?
"Saya hera ibu nya gita dan salsa"
"Ah iya tante maaf saya lupa"
"Tak apa wajar.sudah tiga tahun lebih bukan?"
"Iya tante"
"Tante hera kenal dito?"
"Iya.dia.."
Tante hera tak melanjutkan dan memandang dito sayu .

Ahhh entah lah sulit dijelaskan memang.

Mereka mengabiskan 3 jam disana untuk memilih baju dan tentu saja jeperluan untuk wisuda.
Tante hera memang hebat dalam memadukan warna.

Dito sudah sampai di rumah nya.
Dia langsung kekamar dan membuka kotak tadi.
Ah dia mengambil foto dirinya dan dea dan juga mulai membuka album itu.
Air mata nya mulai luruh letika membuka itu.

Hatinya berkecamuk antara ingin tapi menyakitkan.
Dia mulai mengambil satu dan mebuka nya...

Kemudian fikirannya mulai terbang menelusuri tiap memori indah itu

Kamu PolariskuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang