Chapter 2 (Akan ku rubah)

77 15 9
                                    

"Terimakasih atas kehadiran kalian dalam  meluangkan waktu untuk meeting  intern yang saya sadari pekerjaan kalian begitu banyak," ucap Pak Presdir yang bernama Handoko Suryadi.

Perawakannya kurus tinggi dengan wajah yang terlihat kaku. Separuh warna rambutnya memutih menunjukkan waktu perlahan memakan usianya yang telah lanjut.

"Ada beberapa hal yang ingin saya sampaikan terkait adanya perubahan posisi di perusahan yang kita cintai dan kita banggakan ini." Pak Presdir tersenyum simpul dengan mata yang seperti tenggelam.

"Selamat Bro," bisik Farhan.

"Huss," tatapku serius pada Farhan.

Meeting tersebut dihadiri oleh empat manager yaitu Manager Operational, Manager Transportation, Manager Technical, Manager Finance, Manager HRD dan Kepala Bussiness of Development. Sedangkan Farhan hadir sebagai calon Manager Technical sebagai penggantiku.

"Selamat untuk Mas Athif yang dipromosikan menjadi Asisten Presiden Direktur mulai besok sehingga posisi yang ditinggalkan akan diisi oleh Mas Farhan,"

"Alhamdulillah," ucap semua hadirin yang rapat.

Semua hadirin tampaknya senang mendengar berita bahagia ini naun tidak denganku yang terus saja melihat jam. Saat itu jam menunjukkan pukul 12.10 menit lagi akan tiba panggilan Allah SWT. Panggilan yang lebih indah dan lebih diwajibkan untuk mendatanginya dibandingkan dengan panggilan makhluk yang kelak akan binasa.

"Maaf Pak apakah dengan jabatan saya yang baru ini dapat merubah waktu istirahat?" tanyaku pada pimpinan rapat.

"Apa-apaan ini?" tukas Manager Operational yang bernama Pak Anthony. "Belom jadi Asisten Presdir aja udah mau merubah waktu istirahat," sambung Pak Anthony.

"Rencana saya setiap hari atau setiap minggu sekali dan bahkan setiap bulan sekali akan saya rubah waktu istirahat agar bagi umat islam dapat melaksanakan Sholat Dzuhur tepat waktu, dikarenakan istirahat siang yang berubah-rubah tidak akan memotong waktu istirahat yaitu selama satu jam sehingga waktu operational kantor tidak akan terganggu," jelasku.

"Jadi kamu pikir kantor ini punya bapak moyangmu?" Suara Pak Anthony meninggi seakan tidak menerima pendapat dan keinginanku.
Sementara itu Pak Zulkifli, Kepala BOD hanya mengangguk sesekali. Tak ada suara ataupun sanggahan yang terlontar darinya. Hal itu selaras dengan Farhan kini diam seperti ayam sayur.

Bu Rahmi, Manager Finance yang sedari tadi hanya melihat setiap Manager akhirnya buka suara. "Saya tidak ingin pro ataupun tidak ingin kontra terhadap masukan yang diberikan oleh Mas Athif. Namun dalam faktanya ini akan sedikit membingungkan terutama jadwal Sholat Dzhuhur yang terus berubah-ubah,"

"Ehem," Pak wijaya belum berdehem seperti ingin memulai pembicaraannya.

"Yang saya hormati Bapak Presdir, dan semua Manager yang hadir di ruangan ini. Hehehe.  Tegang amat sih diruangan ini kaya anak saya Priscillia aja yang lagi Sidang Terbuka Doktoral di kampus pagi ini,"

"Waakakkaa," sontak Farhan tertawa terbahak-bahak seakan dia lupa dengan kondisi yang memanas ini.

"Kalau menurut saya itu baik. Selagi tidak mengganggu jam operasional kantor ya ga masalah. Untuk Pak Anthony saudaraku pasti kamu juga paham bahwa antar umat beragama harus saling bertoleransi dalam peribadatan. Pertanyaannya adalah apakah Pak Presdir menyetujui pendapatmu Mas Athif? Lalu bagaimana jika Pak Presdir tidak menyutujuinya?" ungkap Pak Wijaya.

Sedikit penjelasan Pak Wijaya membuat seisi ruangan serasa adem. Tidak ada sedikit orang pun yang seperti mengelak perkataannya. Lelaki beruban itu seakan tidak memiliki masalah walau wajahnya sudah dipenuhi raut wajah yang lelah dan adanya keriput.

Pak Anthony hanya terdiam entah karena penjelasan Pak Wijaya yang sangat bijaksana atau karena Pak Wijaya mantan Kepala Gereja ditempat dia beribadah setiap hari minggu.

"Maafkan saya saudara-saudara dan hadirin sekalian," ucap Pak Anthony kepada kami.

Para hadirin hanya mengangguk.

"Bagaimana Mas Athif?" tanya Pak Wijaya.

"Kalau menurut saya pendapat saya benar namun jika Pak Presdir tidak mengizinkan maka saya ikhlas untuk tidak menjabat sebagai Asisten Presiden Direktur. Terimakasih,"
Jawabku singkat, jelas dan padat.

"Seperti itu ya Mas Athif. Padahal ini tentang promosi dan jabatan yang sulit untuk didapatkan oleh banyak orang. Jabatan ini juga biasanya diperoleh pada pegawai yang berumur 40-an atau masa kerja diatas 15 tahun.  Sekarang silahkan Pak Presdir untuk menjawab pertanyaan saya. Hehehe,"

Semua hadirin menunggu keputusan Pak Presdir.  Keputusan yang sungguh berat bagi setiap orang yang jabatannya sedang dipertaruhkan namun tidak bagiku yang menganggap setiap jabatan adalah sementara tidak ada yang kekal. Walaupun akan memudahkanku untuk biaya pernikahan tapi Ridho Allah adalah satu-satunya yang ingin ku raih. Rezeki yang halal dan barokah.

"Nungguin ya semua.  Hahaha," ucap Pak Presdir. "Kalian ini udah dewasa masih aja berdebat. Udah-udah, adem ya Bro Anthony and makasih Om Wijaya udah jelasin ke kita-kita. Saya menyetujui yes pendapat Mas Athif. Rapat saya akhiri. Sekian," sambungnya

"Selamat ya Mas Farhan dan Mas Athif," kata para manager sambil menuju pintu keluar ruangan rapat.

"Athif Refat Shakeer, You're the best selama om kerja disini yah ga Bro Anthony?" lirik Pak Wijaya ke Pak Anthony.

"Iya Om, Maaf ya Thif saya cuma mengomentari pada bagian saya aja tentang operasional jam kantor tapi saya yakin suatu saat nanti Athif akan jadi pemimpin besar disini, Good luck. Untuk perubahan waktu istirahat saya minta jam Sholat Dzuhur ya," senyum Pak Anthony.

"Nanti akan saya Whatsapp kan. Kalau bisa lima menit sebelum waktunya ya pak. Jika kita semua bersikeras untuk mendekat kepadaNya maka saya yakin kesuksesan akan ada ditangan kita,"

"Aamin," jawab Pak Anthony, Pak Wijaya dan Farhan.

Mulai besok akan ku rubah. Mudahkanlah Ya Allah, Tuhan semesta Alam Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyanyang.

Pelabuhan terakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang