"Dengar Itachi-kun ... " Ratu Hyuuga yang tengah berlutut men-sejajarkan tingginya denganku tampak menatapku dengan tatapan dalam seraya mencengkeram bahuku, aku meringis sakit. Ada bayi berkulit putih pucat yang terbalut kain di gendonganku―Putri Hyuuga yang diberikan oleh Ratu padaku. Ratu Hyuuga mengambil napas panjang, aku dapat melihat iris keperakannya tampak berkaca-kaca sambil terus menatapku. "Larilah sekencang mungkin. Bawa Putri bersamamu, atau pulanglah ke desa dan kembali pada orang tuamu. Pada saat umur Putri genap tujuh belas tahun, aku akan datang. Aku akan menjadikan Putri sebagai Ratu dari Hyuuga, dan aku akan menjadikan kau sebagai Raja."
Ratu Hyuuga menyelesaikan kalimatnya dengan setetes air mata yang menitik dari kelopak matanya yang bulat. Raut wajahnya nampak serius, aku tidak pernah melihat Ratu Hyuuga tampak begitu serius seperti sekarang ini. Ratu Hyuuga selalu lemah lembut baik, pada maid maupun ksatria, sehingga hiruk pikuk tengah malam dengan bunyi dentingan pedang di luar gerbang membuat semua orang gelisah.
Kami di serang. Itulah yang dapat aku simpulkan.
Aku menelan ludahku sebelum mengangguk, aku tidak mengerti dengan apa yang tengah dia bicarakan. Ini begitu tiba-tiba, fajar bahkan belum sempat duduk di singasananya saat kelompokan prajurit itu menyerang kastil. Keluarga inti Hyuuga melarikan diri, kecuali sang Raja―Hiashi Hyuuga―yang menjadi pimpinan untuk melawan para prajurit tidak dikenal itu. Aku sempat melihatnya sekilas ketika Ratu menarikku untuk melarikan diri, prajurit itu banyak sekali dan memakai pakaian hitam tanpa armor berlambang kerajaan atau keluarga. Aku menduganya itu adalah pemberontak, tapi pemberontak mana yang sangat berani langsung menghadang kastil?
Aku kembali meringis ketika Ratu Hyuuga mengeratkan kain gendongan Putri ke bahuku. Kuperhatikan lagi kali ini, raut wajah Ratu yang tegas tampak melembut, bahkan matanya yang sewarna bulan terlihat bening karena kilauan air mata. Aku sebagai pelayan kecil di kastil megah Hyuuga hanya bisa terdiam. Permintaannya tidak mungkin kutolak, bahkan sekedar menjawab pun kerongkonganku seolah kering.
Ratu Hyuuga yang berlutut di depanku menciumi Putri dan sesekali bergumam lirih penuh kesedihan.
Putri di gendonganku baru berumur satu bulan, lahir pada tanggal 27 Desember tepat di saat masyarakat yang merayakan suka cita natal, pula dengan bangsawan dari lima negara besar yang mengujungi Konoha untuk dapat melihat Putri satu-satunya kerajaan Hyuuga. Salju hari itu begitu lebat, tapi semua orang di istana bersukacita dengan kehadiran Putri―termasuk aku. Semua pelayan diliburkan dan Raja menyewakan bar satu hari full untuk dinikmati para ksatria.
Isakan ratu Hyuuga terdengar lirih, aku masih memperhatikan sosok agung di depanku dengan mata berkaca-kaca menahan sesak. Raja dan Ratu Hyuuga sangat baik, aku dibesarkan di istana sebagai pelayan untuk menggantikan Ibuku sebagai pelayan pribadi Ratu. Aku sama sekali tidak dapat membayangkan akan terjadi peperangan di negara penuh kedamaian seperti Konoha.
Aku tidak dapat memperhatikan Ratu Hyuuga lebih jelas selain isakannya yang terdengar lirih karena penerangan di gua ini begitu temaram. Cahaya bulan menyorot jauh dari luar. Ratu membawa kami ke tengah hutan perbatasan Konoha dan Mizu, ada gua kecil yang terhalang batu-batuan besar dari luar. Tempat ini sekilas terlihat aman, namun dalam beberapa saat suara gemuruh kuda terdengar sayup dari luar.
Ratu terlihat bergeming dengan kepala yang menoleh ke pintu gua. Kepalaku begitu penuh dengan pemikiran yang aku sendiri belum terlalu pahami. Ratu selalu mengajariku dengan sastra, dan buku pendidikan lainnya yang harusnya dienyam oleh kalangan bangsawan, namun untuk keadaan saat ini tidak ada buku pelajaran yang dapat mewakili keadaan saat ini.
Dini hari tadi, Ratu membangunkanku yang tengah tertidur di mess dengan tergesa dan menarikku paksa untuk mengikuti larinya menjauhi kastil dengan kondisi cahaya yang tidak memungkinkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Thurt
FanfictionHinata, prajurit dari Uchiha yang memiliki loyalitas tinggi terhadap Haruno harus memutuskan pilihan bijak, antara ke pergi sarang musuh demi informasi atau dituduh sebagai bagian dari kerajaan musuh, memiliki resiko mati di medan lawan sebagai praj...