Part 15

2.1K 95 1
                                    

Saaih : merah lagi tuh
Fatim : aahh abaaangg, Atim marah nih
Saaih : e-eh maaf dong Tim, kan cuma becanda. Lagian kalau pipi kamu merah kamu lucu, terus abang makin sayang deh.
Fatim : masa sih? Ga percaya
Saaih : yaudah kalau kau ga percaya
Fatim : iya deh, Atim percaya
Saaih : yaudah langsung pulang yuk
Fatim : yuk! ! !

Saaih dan Fatim berjalan ditengah trotoar jalan yang kebetulan sedang sepi.

Saaih : kok sepi ya Tim?
Fatim : mungkin orang komplek pada tau kalau bang Saaih mau lewat
Saaih : kok gitu?
Fatim : karena orang lain tau kalau bang Saaih marah, melebihi singa yang mau menerkam mangsanya. HAHA.
Saaih : yaudah, abang mau nerkam mangsa dulu.
Fatim : LARIII

Saaih lalu mengejar Fatim yang sudah berlari terlebih dahulu. Saaih sengaja melambatkan lajunya ketika jaraknya dengan Fatim sudah mendekat, karena dia gak mau asma kambuh lagi.

Setelah sampai dirumah, mereka duduk kembali di gazebo rumahnya.

Saaih : maaf Tim, bertahun-tahun abang sudah membiarkanmu terluka. Maaf abang gak bisa jadi abang yang baik buat kamu. Abang bukanlah abang yang baik buat kamu. Abang cuma pengecut, yg membiarkan adiknya terluka. Mulai saat ini abang akan menggantikan semua waktu yang telah terbuang sia-sia menjadi hari-hari yang bahagia. Abang akan selalu ada disamping kamu, saat kamu suka maupun duka. Abang gak mau kejadian lama terulang kembali. Abang hanya ingin melihat kamu tersenyum, jika kamu menangis maka abang telah gagal membahagiakanmu. Maafkan abang, percayalah abang akan bersikap lembut kepada'CIEEE'.
Fatim : udah bang, Fatim udah maafin abang. Gak usah merasa bersalah, ini rencana Tuhan. Tuhan telah mempersatukan kita lagi. Jadi, abang lupakan saja yang lalu. Liat kedepan bang, kita harus lakukan yang terbaik untuk kedepannya. Kita bisa sukses bersama, kita bisa bahagia bersama.
Saaih : maafin abang ya
Fatim : iya bang, maafin Fatim juga
Saaih : kamu gk salah
Fatim : abang juga gak salah. Yang salah itu takdir yang lalu.

Saaih tersenyum lalu menarik tubuh Fatim, dan mendekapnya. Fatim bersandar didada Saaih. Fatim telah lama merindukan pelukan hangat dari abangnya yang ketiga ini. Fatim mengangis bahagia, begitu pula dengan Saaih. Penderitaan yang selama ini dideritanya terbalas dengan kebahagiaan yang lebih. Ia akan mencatat hari ini sebagai hari kebahagiaan dihidupnya.

Saaih memeluk Fatim begitu lama, sampai kakaknya datang memergokinya.

Kak Sohwa : cieee akur
Kak Sohwa : GUYYS CEPET KESINI, ADA DRAMA SERU NIH

Yang berada didalam rumah berlarian untuk melihat Fatim dan Saaih dalam keadaan berpelukan. Lalu mereka berteriak 'CIEEE'

-Selesai-

Aku hanya ingin kau memeluk kuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang