Bab X - cara sang pembunuh

198 20 0
                                    

 Masih di kantor guru. Aku menceritakan kejadian yang kualami kemarin malam itu. "jika ini benar pembunuhan, motifnya benar benar sama. Tempat kejadian, luka di tangan kiri, dan kali ini yang ditemukan di atap adalah rapor.", Ia diam sebentar untuk berpikir, "computer guru diretas 2 minggu yang lalu. Soal ujian akhir bocor. Semua heboh saat mendengar itu. " Kata William menambah informasi.

"tidak, soal ujian tidak pernah bocor. Para guru dituntut untuk membuat soal di rumah di computer pribadi jadi tidak mungkin soal ujian akan bocor. "

'jika bukan soal ujian yang bocor, lalu apa yang diretas?', pikirku.

Keheningan melanda. " bagaimana dengan alamat IP pengirim email? Kau sudah mengeceknya?" Tanya William padaku.

"aku belum sempat mengeceknya" tanpa menunggu lebih lama William langsung pergi menuju computer Im Jin Hee.

William mengutak atik computer Im Jin Hee. Aku tak mengerti semua itu. Tapi, yang pasti William pasti sedang melacak alamat IP sang pengirim Email. Karna Ia tadi sudah berkata padaku.

"email itu dikirim melalui hp" kata William setelah sekitar 30 menit mengutak atik laptop nya yang tersambung dengan computer Im Jin Hee.

William berlari menuju ruang guru. Sementara aku masih berada di kamar Im Jin Hee bersama kepala sekolah. Dengan pikiran di kepalaku. Mencoba untuk memecahkan masalah.

Jika motifnya sama, Jin Hee juga melukai tangannya sendiri sama seperti yang Jiwon lakukan.

"sebelum bunuh diri itu terjadi, pernahkah mereka ijin untuk meninggalkan asrama?", tanyaku pada kepala sekolah.

Kepala sekolah diam, mukanya menunjukan bahwa Ia sedang mengingat sesuatu. "ya, saat itu mereka ijin untuk ke runag lukis. Katanya ada sesuatu yang tertinggal."

Aku menuju ruang lukis dan meninggalkan kepala sekolah sendiri. Aku memeriksa ruangan itu. Aku melihat keluar jendela. Pada bawah jendela paling kiri adalah tempat jatuhnya Jiwon dan Jin Hee. Aku duduk di jendela itu. Pada pipa di sebelah kananku aku melihat kertas kecil.

Tangan kiriku yang diperban menahan badanku sementara tangan kananku mencoba meraih kertas kecil itu. Tak salah lagi ini bukanlah bunuh diri. Ini adalah kasus pembunuhan.

Tangan ku sudah tidak kuat menahan badan karna perban yang dililitkan di tanganku membuat aku tak maksimal untuk memegang bagian atas jendela. Entah apa yang ada dipikiranku sehingga akhirnya aku melepaskan peganganku.

Jika tak ada tangan William yang menahanku mungkin saja aku sudah menjadi korban ketiga kasus ini.

"bagaimana kau tahu?" tanyaku

"ikut aku"

Is this suicide?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang