Prolog

210 9 0
                                    

Selamat datang ke dalam dunia imajinasi ku.
Tempat khayalan tak terbatas.
Apapun bisa terjadi di sini.

Terima kasih sudah mampir di karyaku.
Kuharap kalian menyukainya.
Selamat membaca..

***

Sinar matahari membangunkan ku dari tidurku. Amat sangat silau.

Aku menggeliat. Menggaruk beberapa bagian tubuhku.

Sangat sepi pagi ini, tidak ada suara ibu yang biasanya sudah berteriak seperti ada kebakaran, tidak ada suara ayah yang mengomel karena anak gadisnya bangun kesiangan. Kenapa sunyi sekali. Aneh.

Aku beranjak dari tempat tidur. Menuju dapur yang selalu dikuasai ibu.

"Ibu..."

Tapi nyatanya tidak ada siapa-siapa. Aku beralih ke kebun belakang rumah.

"Ibu... Ayah..."

Tidak ada siapapun. Kemana ayah dan ibu pergi. Kenapa tidak berpesan apapun kepadaku.

Aku kembali ke dapur. Belum ada makanan yang bisa dimakan. Hanya buah-buahan yang bisa mengganjal perutku yang mulai keroncongan. Tak apalah, nanti siang ibu akan kembali dan membuatkan makanan yang enak.

Tanganku meraih sebuah apel di keranjang buah di atas meja. Kugigit sedikit demi sedikit sambil melangkah menuju kamar mandi.

***

Hari sudah beranjak sore, tidak ada tanda-tanda ayah dan ibu pulang ke rumah. Kemana perginya mereka berdua. Aku harus mencari mereka.

Aku beranikan diri untuk keluar rumah. Menatap sekeliling. Menoleh ke kanan dan ke kiri. Sepi sekali. Tidak ada suara aktivitas tetangga. Tidak ada tawa atau tangis anak kecil menyebalkan yang biasa menjahili ku ketika di luar rumah.

Aku berlari kecil menuju rumah tetangga sebelah kanan. Mengetuk pintunya beberapa kali. Tidak ada jawaban.

Tok tok tok. Tok tok tok.

"Apa ada orang? Tolong jawab aku,"

Kuputar knop pintu tersebut. Tidak dikunci. Jantungku berdetak lebih cepat. Kupaksakan kakiku untuk melangkah masuk dengan hati-hati. Satu langkah. Dua langkah. Tiga langkah. Tanganku gemetar.

Aku terlalu sibuk dengan pikiranku sampai lupa sudah berapa langkah masuk ke dalam rumah. Semua ruangan sudah kuperiksa. Tidak ada siapapun di sini. Aku harus memeriksa rumah yang lain.

Aku beralih dari satu rumah ke rumah yang lain. Rumah kedua. Kosong. Rumah ketiga. Juga kosong. Semua rumah kosong. Tidak ada siapapun. Tidak ada tanda-tanda manusia selain aku. Kemana perginya semua orang.

Aku berhenti dari pencarianku yang tak berujung. Kakiku lemas. Kakiku tidak mampu menopang berat tubuhku. Aku jatuh terduduk. Memeluk lututku dengan erat. Menenggelamkan kepalaku di antara kedua lututku.

Aku harus bagaimana....

Aku yakin semua orang sedang pergi ke suatu tempat. Merencanakan sesuatu yang tidak boleh kuketahui. Aku akan menunggu mereka pulang. Mereka pasti akan pulang dalam waktu dekat. Aku harus bertahan sampai waktu itu tiba. Aku yakin. Aku yakin mereka akan kembali.

Mageia : Sihir TumbuhanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang