Bab 1 🍰

446 42 8
                                    

Semarang. Pusat furniture dan aksesoris.

"Ini gimana?" Aileen menunjuk coffee set merah muda dengan motif bunga di atas meja pajangan.

Desya mengerut, lalu menunjuk coffee set di sebelah yang berwarna hijau dengan motif bunga yang sama. "Lebih manis."

"Iya sih, lebih manis. Kayak aku." Aileen menyengir lebar.

"Idih, malas banget."

"Lagian sama aja, Sya. Cuma beda warna aja."

"Beda. Hijau lebih kalem."

"Putih lebih bersih. Beli gelas belimbing aja, yuk. Lebih bening."

"Oke. Itu juga boleh."

"Eh, Sya!" Aileen menahan cepat sebelum Desya berubah pikiran dan menuju ke rak yang lain. "Ini aja lebih kalem."

Desya tersenyum, lalu memanggil pramuniaga untuk membungkuskan coffee set pilihannya, meski Aileen di belakang menggerutu. Pasalnya mereka membeli hadiah pernikahan dengan iuran bersama, jadi setidaknya pilihan coffee set harus didiskusikan bareng, bukannya mengambil keputusan sepihak. Ugh. Bukan Desya namanya kalau tidak mengambil keputusan seenaknya. Selalu.

"Marisa itu yang mana, ya?"

"Waktu SMA, dia dijuluki bintang sampo. Karena rambutnya panjang dan lurus banget. Saking lurusnya yaa, lalat aja bisa-bisa tergelincir. Haha." Aileen mengikik geli karena leluconnya sendiri.

"Hmp."

Tawa Aileen memudar saat tak mendapatkan respon dari Desya, bahkan Desya menatapnya dengan kerutan aneh.

"Yaa, pokoknya itulah Marisa."

Setelah berbelanja dan nongkrong cantik di kafe sambil meneguk segelas kopi latte dan sepotong cheesecake, dan sekarang mobil yang dikemudikan Aileen telah memasuki halaman rumah.

"Mungkin aja ntar di sana kamu bakal ketemu Demas."

"Demas?"

"Mantan."

"Mantannya siapa?"

"Mantan aku."

"Memang kamu punya mantan?"

"..." Aileen memberengut. "Yang lain nggak ingat. Giliran aku yang nggak pernah punya mantan malah ingat."

Aileen turun dari mobil (masih) dengan memberengut setengah kesal, membuka bagasi mobil untuk mengambil kotak coffee set, lalu menutup pintu bagasi.

"Tapi nggak usah khawatir. Dari yang kudengar, dia udah nikah. Yaah, dan aku masih aja jomblo begini," curhat Aileen begitu saja.

"Makanya cari pacar."

"Aku sudah sebar pengumuman. Ibu-ibu, bapak-bapak, semuanya yang ada di sini, yang punya anak cowok bolehlah dikenalkan pada gadis jelita yang sedang mencari cinta ini."

"Makanya jangan pilih-pilih."

"Aku selalu membuka hatiku pada cowok cakep manapun. Tapi nggak ada satu pun dari mereka yang mau menerima hatiku ini. Eh, siapa tahu di sana ntar aku bisa ketemu cowok, yaa minimal bisa dilirik. Syukur-syukur bisa digebet. Digandeng. Dipacarin."

Love Nothing Forgetting Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang