Bab 2 🍰

348 33 0
                                    

Siapa yang menyangka perjalanan tol yang dikemudikan oleh Desya membawa Aileen bepergian ke Jogja-!

Tubuh Aileen membatu saat Desya mengajaknya masuk ke sebuah toko roti bernama Aroemanis Bakery. Bahkan laki-laki berseragam koki putih itu sama kagetnya dengan Aileen. Laki-laki itu memegangi nampan dengan erat. Seakan takut terlepas dari pegangan.

"Sya, kita perlu bicara."

Aileen menyeret tangan Desya, tak mempedulikan Desya yang tersandung mengikutinya. Bagaimana bisa Desya membawanya kembali ke lubang kebohongan - lagi. Astaga. Desya mampu membuatnya menua lebih cepat hanya dalam waktu sehari.

"Kita ngapain sih di sini?"

"Makan roti."

Aileen coba mengatur napas; keterkejutannya; dan pusing yang mendadak menyerang kepala. Setelah empat tahun hidup dalam napas yang menghimpit sesak, dan berharap tak pernah menemui situasi seperti ini atau apa pun yang kembali melibatkannya dalam kebohongan lagi, nyatanya tiba juga hari ini ke dalam hidupnya. Apakah ini takdir mereka untuk bertemu kembali?

"Ayo, masuk."

"Aku udah kenyang." Aileen menolak.

"Ya udah, minum jus aja. Ayooo~"

Desya menyeret siku lengan Aileen, menariknya cepat, dan mau tak mau Aileen mengikutinya. Desya sempat membaca selembaran kertas pengumuman 'Mencari Pegawai Baru' yang tertempel pada pintu kaca. Bibirnya menyungging senyum tipis, lalu mendorong pintu toko.

Hidungnya mencium aroma roti bersamaan dengan langkahnya memasuki toko. Perasaannya sangat familier dengan aroma roti dan situasi seperti ini. Kue-kue potong dan bolu yang terpajang cantik dalam lemari kaca.

"Jus melon," kata Desya pada koki itu di konter minuman. Ia menoleh ke Aileen yang masih berdiri kaku di sebelahnya. "Ai?"

"Idem."

"Bolu keju," tambah Desya. "Ai?"

"Idem."

"Iiih, sukanya ikut-ikutan."

"Idem." Tersadar Aileen salah menyahut, ia hanya meringis pilon.

"Mabok?" cebik Desya, lalu mencari tempat duduk.

Laki-laki itu mengamati Desya yang mengambil duduk di salah satu meja dengan membelakangi mereka. Ia lekas berbisik lirih pada Aileen yang hanya bisa didengar oleh mereka berdua.

"Kenapa kalian di sini?"

"Dia yang menyeretku ke sini," sahut Aileen dengan berbisik pula.

"Cepat pergi dari sini."

"Maunya sih begitu-"

"Ai." Desya memutar tubuhnya ke belakang.

"Ya?" sahut Aileen dengan suara lantang.

Aileen menghampiri meja yang ditempati Desya dengan langkah terkulai kaku. Orang yang paling ia benci saat ini adalah Desya. Oh, ia benci jika harus berbohong seperti ini - lagi.

"Kaget, kan? Ternyata yang punya toko roti ini Chef Fendy."

Aileen terdiam tegang.

"Kamu nggak kenal dia?"

"Nggak!"

Aileen meremas tangannya yang berada di bawah meja. Ia mengamati raut semringah Desya yang mengingatkannya kembali pada hari-hari itu. Hari-hari yang menyenangkan bagi Desya, tapi tidak baginya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 31 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Love Nothing Forgetting Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang