WH- flashback

32 4 9
                                    

Disebuah hotel mewah,  ballroom hotel kini sudah disulap menjadi arena pesta Sweet seventeen dari seorang gadis yang kini menggunakan gaun biru gelap yang sangat cocok dengan langit malam.

Arleta Nerisya - gadis yang kini berulang tahun.  Arleta dengan begitu anggun dan cantik menawan, membuat pasang mata begitu melihatnya dengan tatapan memukau.

"Kamu cantik sayang". Mama-nya Annata mengulas senyum menyentuh wajah putrinya.

"Kalau aku nggak cantik, aku bukan keturunan Mamah dong". Anna hanya terkekeh mendengar ucapan Arleta.

"Kamu emang paling cantik deh, papah aja berpaling dari mamah kamu". Alvaro tertawa saat istrinya menyubit perutnya.

Tidak ada kata yang membuat Arleta tidak bahagia, karena kebahagiaan-Nya cukup melihat keharmonisan dari kedua orang tuanya. Ia merasa begitu bersyukur tuhan memberi nya keluarga dengan penuh kehangatan ini.

Arleta dicintai oleh orang-orang terdekatnya. Ia dilindungi, diprioritaskan dan dianggap istimewa.  Tapi, tanpa ia sadari hari ini menjadi awal drama kehidupannya dimulai.

"Arleta, selamat merayakan sweet seventeen. Ini kan hari yang kamu tunggu?" . Angel - tantenya bertanya dengan seulas senyum diwajahnya,  disampingnya suami dan putrinya juga turut mengucapkan selamat kepadanya.

"Makasih Tante,  ini memang hari yang begitu luar biasa bagiku".

"Jangan senang dulu Lo,  mulai dari hari ini pasti banyak rintangan yang akan lo lalui,  mulai hari ini juga lo harus lebih bijak dalam berpikir dan melakukan sesuatu ".
Celine sepupu tertuanya.

Dia anak dari Tantenya Angel ,memberikan peringatan tentang apa yang terjadi setelah hari ini.

"Benar kata Celine. Sayang,  saat ini kamu akan dikenal Publik sebagai pewaris utama dari Benedict Company.  Hal itu bukan menjadi kebanggaan. Namun, itu akan menjadi Boomerang atau awal dari drama kehidupan yang akan kamu lalui". Ucap Varo kepada Arleta.
Bagi seorang Ayah, ini menjadi tugas utamanya untuk melindungi sosok Putri satu-satunya.

Arleta hanya diam, saat semua keluarganya memberi tahu apa yang akan terjadi nantinya. Arleta cukup tahu,  menjadi pewaris utama dari perusahaan papahnya pasti akan sulit, meski ia belum sah menjadi pemilik dari perusahaan itu.       
         
          Tapi sudah dipastikan perusahaan papahnya akan diwariskan kepadanya. Dan itu membuat ia banyak diincar dari musuh musuh yang ingin membuat hancur keluarganya.

Arleta tersentak saat sebuah tangan mengusap kepalanya,  ia mendongak dan menatap seorang pria tampan yang umurnya 3 tahun diatasnya  kini tersenyum hangat, seakan mengatakan 'Kamu pasti bisa melewati nya '. Arleta membalas senyum itu dan menganggukan kepalanya.

Dia adalah Revan,  Kakak sepupunya. Anak dari Pamannya Vano, Dia adalah sosok yang selalu melindungi Arleta selama ini.

"Kamu nggak perlu khawatir, kita semua akan terus bersama kamu.  Kamu tidak sendiri untuk menjalani kehidupan ini". Ucap Revan dengan lembut.

Revan berbeda dengan Celine,  jika Celine selalu berkata dengan sedikit nada kasar, berbeda dengan Revan yang selalu berkata dengan nada lembut.  Kesamaan mereka hanya satu,  Yaitu menjadi sosok Kakak yang peduli terhadap Adiknya.

Saat itu MC menyuarakan bahwa Papahnya-Alvaro,  untuk segera naik keatas panggung.

Semua pasang mata yang ada diacara tersebut langsung menatap kearah panggung, mendengar ucapan terima Kasih dari papahnya kepada para tamu yang telah hadir dan memulai sambutan yang didengarkan secara seksama oleh semua orang.

Disaat itu pula, Arleta merasakan dirinya harus ke toilet,  ia pamit kepada Celine yang ada disampingnya, lalu langsung pergi bahkan sebelum Celine berkata untuk mengizinkannya.

Keadaan lorong menuju toilet sangat sepi, dikarenakan semua orang berada di ballroom hotel.  Arleta langsung masuk kesalah satu bilik kamar mandi. Setelah selesai dengan urusannya, ia keluar dari bilik kamar mandi dan menuju wastafel untuk merapikan diri.

Namun, ada seseorang yang masuk ke kamar mandi, sebelum Arleta bersuara, orang itu sudah membekap mulutnya dan menutup kepalanya dengan tudung hitam lalu menggendong nya dan ia merasa bahwa ia dibawa keluar dari toilet , Arleta tidak bisa melihat siapa  orang-orang yang kini bisa dibilang sedang menculiknya.

Saat ini yang ia rasakan adalah ketakutan , khawatir,  dan juga gelisah.  Ia hanya terus berdoa supaya tuhan mengirimkan orang untuk menolongnya.

'Bantu aku tuhan'


Whose Hand?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang