Sudah belum?

6.8K 637 5
                                    

"Om!"

"Astaga!" Samudra terperanjat sampai nasi yang mau disuapnya berjatuhan. Dia meletakan sendok, mengambil tissue, membersihkan nasi yang jatuh ke baju dan meja.

"Om!" Sheril mengguncang lengannya tidak sabaran, "udah belum?"

Samudra menyimpan tissue di dekat piring, menoleh, menatap Sheril bingung, "kamu kenapa pagi-pagi sudah di sini?"

Sheril tersenyum lebar, menunjukan deretan gigi putihnya. Samudra geleng-geleng, dasar Sheril, kalau ada maunya selalu gerak cepat.

"Udah belum, Om?"

"Sudah," jawab Samudra seraya menyuap.

"Terus? Mbak Anit bales gak?"

Samudra mengangguk, menghabiskan sarapannya.

"Terus Om gimana?"

"Apanya?"

"Om bales lagi?"

Samudra mengangguk lagi, merapikan bekas sarapannya.

"Terus?"

"Terus?" balas Samudra seraya meninggalkan ruang makan.

"Kok malah balik nanya sih, Om," Sheril segera turun dari kursi mengejar Samudra, "terus gimana? Om ngomong apa aja ke mbak Anit?"

Samudra duduk di ruang depan, memakai sepatu pentofel yang sudah disiapkannya, "baru kenalan, Sher, tidak banyak ngobrol."

Sheril berdecak, "ngobrol dong!"

"Iya nanti ngobrol."

"Ngobrol apa?"

Gerakan Samudra terhenti, dia mengangkat kepalanya, menatap Sheril yang balas menatapnya antusias.

"Belum terpikirkan."

"Tuh, kan!" tuduh Sheril seraya menghempaskan pantatnya di kursi sebelah Samudra, "Om selalu gitu, ujung-ujungnya nanti Om gak ngajak mbak Anit ngobrol! Lost contact! Gagal lagi!"

Samudra mendengus geli, "kamu sudah seperti Oma saja."

"Aku emang mau gantiin Oma!" cetus Sheril.

"Oma kan masih ada."

"Yang bilang Oma udah gak ada siapa?"

Samudra bergumam, berdiri, merapikan celana bahan yang dipakainya, "nebeng?" tebak Samudra saat Sheril ikut berdiri.

Dia cengengesan, "iya, kan lumayan ongkosnya buat beli kuota."

Samudra mendengus geli. Mereka turun ke carport, naik agya yang sudah dipanaskan. Sheril langsung duduk di belakang, membuat Samudra menoleh.

"Sekali-sekali dong aku berasa punya supir," kekeh Sheril.

Samudra tidak berkomentar, dia meletakan tas laptopnya di kursi samping, segera melajukan mobil keluar dari area kompleks.

"Om," panggil Sheril, "jemput Marsya dulu ya?"

"Marsya?"

"Adiknya Mbak Anit, kok lupa sih?" sewot Sheril, "Om harus inget-inget ya calon adik ipar tuh! Calon sodara aku juga!"

Samudra bergumam, "jauh, harus putar balik. Lain kali saja ya?"

"Kok gitu?"

"Siang, Sher, Om buru-buru."

Sheril menghempaskan punggungnya, duduk melipat tangan dengan wajah ditekuk.

"Lain kali," kata Samudra menenangkan. Sheril tetap cemberut.

Mapan ✔ (Versi Cetak ✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang