Demam Dilan 1990

10 0 0
                                    

Koo Junhoe X Jung Hajin
.
.
.

Di pagi yang cerah seorang pemuda jangkung berkulit putih telah tiba di kampus. Setelah memarkirkan motornya, dia langsung berjalan ke arah gedung tempat dimana kelasnya berada. Dengan langkah lebar dalam waktu kurang dari lima menit, ia sampai di kelasnya. Padahal jarak gedung itu cukup jauh dari tempatnya memarkir motor.

Baru saja ia memasuki kelas dan menghempaskan tubuh di salah satu kursi yang ada di sudut ruangan, seorang gadis cantik berhijab berjalan menghampirinya. Dahinya mengernyit bingung. Gadis itu meletakkan sebuah amplop berwarna biru tua di mejanya lalu pergi begitu saja sebelum dia sempat bertanya. Membuat keningnya semakin berkerut.

Lantas ia membuka amplop itu. Terdapat secarik kertas berwarna biru muda. Dia mengeluarkan kertas itu lalu membacanya. Terdengar helaan napas seusai membaca surat tersebut. Orang di sampingnya menoleh mendengar suara helaan yang cukup keras. Dia menatap pemuda sipit itu dan surat yang di genggam secara bergantian.

"Kenapa? Surat dari siapa?"

"Bukan hal yang penting."

"Sungguh?"

"Hm, iya Chanwoo-ya."

Pemuda bernama Chanwoo itu hanya menganggukkan kepalanya. Lantas ia melanjutkan kegiatannya bermain games mobile. Sementara pemuda manis itu melipat kembali kertas yang di terimanya ke dalam amplop. Kemudian ia memasukkannya ke dalam tas. Kepalanya menggeleng heran sesaat sebelum akhirnya dosen memasuki kelas.

'Assalamualaikum wahai calon imamku. Selamat pagi. Boleh aku ramal? Ku ramal kita akan bertemu di parkiran nanti siang. Sudah itu saja. Semoga harimu menyenangkan. Wassalamualaikum.'

Kira-kira begitulah isi suratnya. Aneh bin ajaib kan? Nah, itu yang membuat pemuda tadi menggelengkan kepala dan menghela napas keras. Dia tak mau terlalu memikirkan isi surat yang ditulis entah oleh siapa. Baginya itu tidak penting. Paling hanya orang iseng yang sedang terkena demam Dilan 1990.

.
.
.

Jam kuliah telah usai satu jam yang lalu namun seorang gadis masih setia duduk di pinggir pelataran utama fakultasnya. Maniknya menatap jam tangan yang melingkar di perggelangan tangan. Sebentar lagi seseorang yang di tunggunya akan keluar. Dalam hati ia mulai menghitung mundur dan tepat pada hitungan terakhir, sosok yang di nantinya sejak tadi muncul dari tangga yang ada di sisi kiri gedung serba guna.

Senyuman menggembang di wajah manis gadis itu. Perlahan ia mulai berdiri dari tempatnya. Dia mulai memainkan perannya. Telinganya tersumpal oleh headset yang terhubung dengan ponsel. Ia berpura-pura memainkan ponselnya lalu berjalan mendekat ke arah motornya yang kebetulan terparkir di dekat motor pujaan hatinya.

Sampai di motornya, dia memasukkan ponselnya ke saku celana. Dia melepaskan salah satu headsetnya. Kini di sebelahnya ada seorang pemuda yang sedang duduk di motornya. Pemuda itu bersiap untuk meninggalkan parkiran. Lantas gadis itu menaiki motornya dan mulai menstater motornya. Ia berhenti tepat di belakang motor pemuda di sebelahnya tadi hingga membuat pemuda tersebut mengurungkan niatnya untuk memundurkan motor.

Sebelah alisnya terangkat. Ia bingung dengan gadis itu. "Kenapa?"

"Ramalanku benar 'kan? Kita bertemu di parkiran. Selamat siang, Tuan Tampan."

"Tsk! Berhenti melakukan hal aneh, Hajin-ah!"

"Ah, harusnya kamu tak menyebut namaku. Mestinya kamu berpura-pura tak tahu namaku, Junhoe-ya."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 13, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Our StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang