Menyesal

7K 588 58
                                    

Mingyu pov

Jujur setelah bercerai dengan Wonwoo entah kenapa hidupku semakin tidak beraturan. Memang aku sudah menikah lagi dengan Hani tapi Hani dan Wonwoo itu sangat berbeda. Aku tau sifat Hani seperti ini setelah aku menikah dengannya, sebelum menikah sifatnya tidak seperti ini. Jika tau begini aku tidak sudi menikahi Hani. Hani itu orangnya terlalu menuntut, apa-apa harus dituruti. Jika tidak dituruti pasti dia mengancam akan bunuh diri. Berbeda dengan Wonwoo, dia sangat sederhana, tidak pernah menuntutku ini itu. Aku merindukan dia dan juga anakku Minju, sudah lama sekali aku tidak bertemu dengannya. Aku juga bingung kenapa dulu aku bisa dengan mudahnya menceraikan Wonwoo, padahal waktu itu kami bertengkar hanya karena masalah sepele. Aku juga dengan mudahnya membuang mereka layaknya sampah. Aku sangat merasa bersalah pada mereka. Aku laki-laki bodoh yang telah mentelantarkan orang sebaik Wonwoo. Aku takut jika aku kembali padanya, Wonwoo tidak akan menerimaku. Apalagi orang tuanya, mereka pasti sangat membenciku.

***

Hari ini pekerjaanku kosong, jadi aku bisa melakukan apa saja. Terlebih Hani tidak merengek minta dibelikan barang-barang yang dia mau.

tok tok tok

"Masuk"

"Maaf pak ini ada berkas yang harus bapak tanda tangani"

"Ah kukira hari ini aku bisa bebas dari kertas-kertas sampah itu"

"Maaf jika saya mengganggu waktu istirahat bapak, tapi berkas ini baru datang tadi dan harus segera ditanda tangani"

"Sepertinya itu berkas penting, yasudah simpan saja di mejaku"

"Baik pak, kalau begitu saya permisi"

Lihatlah menjadi Ceo itu tidak mudah, kita harus selalu siap jika ada hal-hal yang tidak terduga seperti ini.

"Yaampun, banyak sekali berkasnya. Benar-benar seperti sampah"

"Tapi dimana pulpen ku? Biasanya aku taruh disini"

Aku sudah mencari pulpen ku ke seluruh sudut ruangan tapi tidak ada juga.

"Kenapa aku sangat ceroboh sih?"

Aku baru ingat, ada satu tempat yang belum aku cari, yaitu laci meja kerjaku. Saat aku membuka laci nya, aku terkejut, bukan karena pulpen ku tapi karena foto keluarga. Foto Wonwoo, aku dan juga Minju. Setelah aku cerai dengan Wonwoo, aku tidak membuang foto ini, entahlah rasanya sangat berat untung membuang ini. Dan lihat bagaimana bahagianya kami, lihat betapa manisnya senyum Wonwoo, lihat betapa lucunya Minju.

"Aku merindukan kalian, apa salah jika aku meminta kalian kembali padaku setelah apa yang ku perbuat?"

Itu kata-kata yang selalu ada diotakku, aku selalu bertanya pada diriku sendiri apa aku masih pantas bersama mereka, membangun rumah tangga yang harmonis, menjadi suami untuk Wonwoo dan ayah untuk Minju

"Arggh, aku sudah tidak kuat jika terus seperti ini"

Apa sebaiknya aku menghubungi Wonwoo saja? Tapi aku takut dia akan mengabaikanku. Saat melihat foto mereka kembali, aku semakin bertekad untuk menghubungi Wonwoo, urusan diabaikan atau tidak itu urusan belakangan yang penting aku sudah menghubungi Wonwoo.

To : Wonwoo
Hai Wonwoo, bagaimana kabarmu? aku merindukanmu dan
Minju

Mengapa dia lama sekali menjawabnya? Ini sudah 10 menit sejak aku mengirim pesan. Apa dia sedang sibuk? Atau dia marah padaku?Aku jadi takut kalau dia benar-benar marah padaku

To : Wonwoo
Kenapa kau tidak membalas? Kau sedang sibuk ya?

Aku mengiriminya pesan lagi tapi masih juga belum dijawab. Apa sebaiknya aku meneleponnya saja? Mungkin jika aku meneleponnya akan diangkat

[✔] Please; MeanieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang