Gambaran hidup Zuhdi itu terlalu sempurna. Itu yang dikatakan anak – anak kelas D tentang Zuhdi yang begitu cemerlang. Otaknya jenius, selalu bisa menjawab atau mengalihkan topik saat presentasi. IP nya tinggi, sampai dosen sekiller Pak Eko memujinya berulang kali, padahal baru IP satu semester.
Namun, satu hal yang sampai sekarang mengganjal di benak semua orang yang mengenal Zuhdi adalah, Zuhdi terlalu tertutup untuk ukuran seorang mahasiswa berprestasi, Zuhdi terlalu jauh untuk dijangkau dengan nalar mereka. Zuhdi itu dekat, namun jauh, Zuhdi itu memiliki banyak teman tapi seperti tidak, Zuhdi dikenal semua orang tapi terkadang Zuhdi tidak menyadarinya.
Pada intinya, Zuhdi hidup pada zona nyamannya, dia berteman dengan siapapun meskipun baginya hanyalah sebatas rekan kerja kelompok atau hanya rekan sekelas saja, tidak lebih. Tapi kehidupan damai Zuhdi diimpikan semua orang, kehidupan Zuhdi baik – baik saja, tanpa masalah berarti, semuanya seakan teratasi dengan sangat baik.
Kiran membenci penilaian, dia membenci penilaian orang – orang tentang Zuhdi, Kiran tidak suka. "Kenapa kalian itu selalu lihat dari covernya aja sih?" Kiran bertanya suatu hari saat dia bersama beberapa temannya berkumpul untuk menyelesaikan tugas presentasi.
"Bukannya gitu Kiran, suudzon itu memang nggak baik menurut Agnes, tapi emang Zuhdi itu mantap, hidupnya adem ayem nggak ada masalah, nggak pernah ngeluh lagi, Agnes kan jadi salut sama Zuhdi," Kiran berdecih pelan, mengaduk pelan es tehnya yang tinggal setengah.
"Kalau aku siih agak kurang setuju sama Agnes, nih yaa aku suka sama BTS karena apa? Karena mereka ganteng, prestasinya luar biasa, konsernya suka bikin aku khilaf dan selingkuh dari laprak..." Kiran berdecak, telinganya terasa gatal saat temannya yang satu itu membicarakan K-Pop.
"Mereka sempurna, tapi aku nggak tahu di belakang kamera mereka kaya apa, sadar diri aja sih yaa, hehe aku Cuma sebatas fans gratisan yang nunggu video mereka terupload di youtube," Galuh mengakhiri argumennya dengan cengiran, gadis dengan tubuh tinggi dan besar itu memang penggemar berat K-Pop.
"Kok nyebut merk siih mbak Galuh, biasanya juga enggak? Lagian BTS itu bukannya buku tahunan sekolah yaa?" kali ini Agnes menyahuti dengan nada penasarannya, membuat Galuh menghela nafas panjang, kesal juga lama - lama membicarakan K-Pop dengan Agnes yang polosnya melebihi anak TK.
"Mending Agnes fokus sama tugas kita deh, lupakan BTS, oke??" gadis asli kebumen itu mengangguk kembali fokus ke laptopnya.
"Jadi, menurut kalian Zuhdi itu baik – baik saja karena dia kelihatan baik – baik aja?" Kiran kembali bertanya, mencoba menarik kesimpulan dari argumen yang dikemukakan Agnes dan Galuh.
"Benar sekali! Jadi bisa dikatakan bahwa kehidupan semua orang itu baik – baik saja, kecuali sahabat kita,"
"Kok jadinya sahabat sih Galuh??" Galuh mengangguk, menatap Agnes yang memasang wajah penasarannya.
"Iya, karena semua orang hanya mempercayakan masalahnya kepada orang terdekatnya, seperti sahabat keluarga ataupun pacar, so kalau posisi kita hanya sebagai teman biasa buat Zuhdi maka anggapan kita satu kalau Zuhdi itu baik – baik saja yaa meskipun nggak dipungkiri kalau kita mencoba menebak kalau hidupnya nggak sepenuhnya baik – baik aja, buktinya diantara kita bertiga hidupnya nggak ada yang mulus kan?" Agnes mengangguk paham, sedangkan Kiran terdiam, menatap kosong layar laptopnya.
"Menurut Agnes, melihat orang yang kita sayangi tidak baik – baik saja adalah hal yang paling menyakitkan sekaligus menyedihkan, iya nggak?"
"Iya, sakit banget," Galuh bertukar pandang dengan Agnes kemudian menatap Kiran yang masih menatap kosong layar laptopnya.
YOU ARE READING
MINE
General FictionZuhdi benci aktivis Anas seorang aktivis Kiran seorang aktivis yang benci pembenci akivis Setidaknya itu yang terlihat orang - orang Theme For You, LLFC Project.