Kiran seperti biasa duduk di kantin lab, posisinya saat ini menghadap lapangan voli FIK yang sepi, wajar saja matahari sedang terik – teriknya, kalau tidak ada jam pasti tidak akan pergi ke lapangan dengan cuaca seterik sekarang.
Kiran mengangkat alisnya begitu mendapati sosok Agnes mengambil tempat di depannya, menghalangi pandangannya dari lapangan. "Ran, bener kata kamu Zuhdi itu nyebelin," kalimat bernada kesal itu membuat Kiran bingung.
"Tumben kamu kaya gitu," Kiran menyahut dan membuat gadis dengan tubuh yang bisa dikategorikan mungil itu hanya menghela nafas panjang, melampiaskan kekesalannya dengan mengaduk – aduk soto khas kantin lab dengan gerakan kasar.
"Tumben Agnes bisa kesel, biasanya suka bikin kesel," kali ini Galuh yang bergabung, gadis itu memilih mengeluarkan kotak bekal miliknya.
"Gimana nggak kesel coba, kan Agnes satu kelompok sama Zuhdi dan dia nggak mau diajak kerja kelompok, bilangnya buang – buang waktu padahal bisa dikerjakan sendiri, Agnes nggak jadi salut deh," Kiran hanya terkekeh mendengar cerita agnes, sedangkan Galuh sibuk dengan makanannya.
"Kan udah aku bilangin, kamu kan nggak pengalaman satu kelompok sama dia, aku nih yang udah berulang kali, mau marah tapi enggak bisa, mau nabok kok masih temen,"
"Kiran mau punya temen kaya Zuhdi? Kalau Agnes sih enggak," Kiran tergelak, padahal dia masih ingat saat Agnes memuji Zuhdi, sedangkan Galuh tidak banyak bicara, gadis itu memilih fokus dengan makanannya.
"Galuh kok diam aja?"
"Kan bukan urusanku Nes, nggak ada pengalaman deket sama dia," Kiran terkekeh sebentar.
"Jangan sampai deh, deket sama dia itu udah kaya jalan di deket lemari es," Agnes mengangguk semangat, menyetujui ucapan Kiran.
"Bener banget, dan berasa jalan di samping bara api, bikin kesel dan pAnas ," Galuh menghentikan aktivitas makannya, menatap Agnes yang juga tengah menikmati sotonya.
"Api sama bikin kesel apa hubungannya?" pertanyaan Galuh membuat Agnes berpikir sebentar kemudian mengangkat bahunya acuh, mengundang tawa dari Kiran dan tatapan tidak mengerti dari Galuh. Kiran senang, setidaknya rasa takut itu berkurang secara perlahan.
**************************************
Zuhdi mendengus sebal, akhir – akhir ketenangannya terganggu oleh sosok ketua kelas yang terus mengejar – ngejarnya. Setidaknya kalau jenis kelaminnya sama dengan Kiran, dia tidak masalah namun yang menjadi masalah baginya adalah karena ketua kelasnya itu sama – sama laki – laki dan Zuhdi merasa risih.
"Zuh, pokoknya lo harus ikut ini," Zuhdi memutar bola matanya malas, mencoba mengabaikan Anas yang tengah menunjuk – nunjuk layar ponsel miliknya yang menampilkan pamflet Open Recruitmen kepanitiaan di HIMA.
"Nggak tertarik," Zuhdi menjawabnya dengan ketus, namun seperti pada kejadian sebelum – sebelumnya, Anas tidak menyerah.
"Gue jamin Zuh, lo nggak bakal nyesel,"
"Buang waktu," kali ini Zuhdi ambil sikap memilih bangkit dari posisi duduknya dan berpindah ke tempat lain.
"Ini namanya bukan buang waktu, tapi memanfaatkan waktu dengan baik.." Anas tidak menyerah, kembali mengambil tempat di samping Zuhdi, menunjuk – nunjuk layar ponselnya gemas. "Pasti waktu lo terbuang sia – sia kan, secara kita kuliah Cuma empat hari dan tiga hari buat ngapain ? lo bukan tipe orang yang suka main kan? Jadi alangkah lebih baiknya..." ocehan Anas terputus saat Zuhdi bangkit dari duduknya.
YOU ARE READING
MINE
General FictionZuhdi benci aktivis Anas seorang aktivis Kiran seorang aktivis yang benci pembenci akivis Setidaknya itu yang terlihat orang - orang Theme For You, LLFC Project.