Suasana masih sejuk, suara burung yang saling bersahutan masih terdengar jelas, hari masih sangat pagi saat Zuhdi menginjakkan kaki di parkiran.
Laki-laki itu menghela nafas sebentar, mencoba menenangkan suasana hatinya yang tak kunjung membaik. Rasa takut yang dulu memeluknya, mendadak menjadi amarah membuatnya semakin merasa buruk.
Setelah yakin bahwa dia akan menjalani hari dengan sangat baik, dia bergegas turun dari motor, kemudian menelusuri gedung lab menuju lab fisika dasar.
Sejenak, Zuhdi merasa menyesal berangkat terlalu pagi, karena meskipun dia tidak suka keramaian, tapi dia juga tidak suka sendirian.
"Wah, kebetulan!" suara yang sangat familiar di telinganya membuat Zuhdi menarik nafas panjang, dia ingin berbalik dan berharap tidak bertemu dengan orang yang membuat perasaannya menjadi tidak karuan.
"Boleh minta bantuan?" dan rencana untuk berbalik urung saat lengannya sudah lebih dulu dicekal.
"Apa, Nas?" Anas, sang pemilik suara memperlihatkan deretan giginya.
"Bantuin motongin gambar buat dasar teori mitosis dong." Zuhdi memutar bola matanya malas, menatap Anas yang tengah memohon di depannya.
"Emang dari kemarin kemana aja?" Anas hanya menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Ehehe, dari kemarin sibuk ngurus acara Zuh."
"Harusnya kamu nggak lupa dan memiliki waktu untuk kehidupanmu." Zuhdi merebut kertas yang dipegang Anas dan mengambil gunting, kemudian duduk di teras dan mulai menggunting satu persatu gambar, dan hal itu membuat Anas tersenyum senang. Dia merasa, sedikit demi sedikit, seorang Zuhdi mulai terlihat sisi aslinya.
"Kenapa kamu kekeuh mau temenan sama aku?" Anas terkesiap mendengar pertanyaan itu, menatap Zuhdi yang masih berkutat dengan gunting dan kertas.
"Manusia itu makhluk sosial Zuh, nggak selamanya lo bisa hidup sendirian terus, lagian kenapa sih lo hidupnya menyendiri gitu dan kelihatan benci banget sama anak-anak organisasi?"
"Karena kalian membuat traumaku tidak pernah hilang." Anas mengangkat alisnya heran, menatap Zuhdi yang masih fokus dengan kertas dan gunting.
"Trauma? Memangnya kami pernah melakukan sesuatu yang membuatmu trauma?" Zuhdi menggeleng, menghentikan sejenak aktivitas mengguntingnya.
"Aku pernah di posisi kalian, dan aku membuat kesalahan fatal, sangat fatal hingga menyebabkan nyawa seseorang melayang." Zuhdi menarik nafas panjang, menatap area taman yang sedang disapu petugas.
"Mungkin terdengar pengecut, tapi dia meninggal karena aku dan aku tidak mau semuanya terulang lagi."
"Jadi itu yang buat lo nggak mau temenan sama aku? Sama yang lain?" Zuhdi mengangguk kemudian laki-laki itu menatap Anas.
"Dan kegigihan kamu, mengusik ketenanganku, aku ingin memulainya tapi aku tidak bisa sendiri." Kalimat itu membuat Anas tersenyum semakin lebar. Dia berhasil. Usahanya tidak sia-sia. Zuhdi menjadi dirinya sendiri.
MINE
Malam ini adalah pertama kalinya tiga sahabat itu berkumpul dalam satu tempat dalam waktu yang sama. Keheningan menyelimuti mereka, sedangkan Zuhdi menghela nafas panjang, melihat jelas perang diantara Affandi dan Kiran.
YOU ARE READING
MINE
General FictionZuhdi benci aktivis Anas seorang aktivis Kiran seorang aktivis yang benci pembenci akivis Setidaknya itu yang terlihat orang - orang Theme For You, LLFC Project.