Cukup sampai disini, atau bertahan sedikit lagi?

2.1K 90 4
                                    

Bingung, iya perasaan yang sekarang menggangguku. Membuat mataku bengkak, tetapi hatiku bernyanyi. Kalau di otakku ini masih terbayang mas Ari, tetapi di hati ku sekarang mulai terisi dengan bang Fadil. Dua duanya taruna, sama sama tingkat 4. Bagaimana bisa aku jatuh cinta dengan dua orang taruna sekaligus? Apa ini adil untuk mas Ari si polisi cintaku? Sebelum mengenal bangFadil, pasti aku lebih menyukai mas Ari ya walaupun mas Ari sangat sibuk.. Bahkan untuk menghubungiku pun tak seintens si abang.

Sekarang, aku mulai terbiasa dengan bang Fadil, bang Fadil membawaku ke dunianya. Tak seperti mas Ari, banyak yang ia tutupi. Aku galau.

Kalau saja bang fadil datang lebih dulu daripada mas Ari. Kalau saja aku lebih tau rasanya nyaman dan berjuang bersama. Aku mulai mengeluh , apa ini pertanda aku jenuh? Kalau aku tidur sekarang, apa rasa jenuhku akan hilang besok? Dan besok aku pergi dari bang Fadil kembali ke kehidupan nyata ku sebagai pacar Mas Ari? Tidak! Namanya itu aku lari, aku tak mau jadi pengecut. Aku harus menghadapinya, bahkan ini rasanya lebih berat daripada rindunya dilan ke milea. Apa aku harus seperti milea? Aku meninggalkan yang pertama untuk yang kedua?

{Line}
"Hai putri kodok, makasih yah udah nemenin aku. Besok aku mau drumband di Jogja, putri kodok belum pulang kan?"

"Hai bang fadil si anak ayam, wkwkwk belum kok. Besok aku nonton bareng bareng ya"

"Lho kok belum tidur sih?"

"belum nih aku lagi mikir hehe"

"Hmm pacarmu ya?"

Aku tak suka, kenapa dia malah bertanya pacarku?!

Awal mengenal mas Fadil, aku nyaman. Nyaman menjadi diriku sendiri, seorang Asya bukan karena aku seorang pramugari yang banyak dipuja dan di fikir glamour. Tetapi aku nyaman merasa bang Fadil tulus, bang Fadil lucu, dia apa adanya bahkan konyol. Dia bisa membuatku tertawa lepas, bercerita tentang masa kecil kami.. Hobby kami semasa kecil sama, bermain di sungai, bermain tembak tembakan, main warnet dan manjat pohon. Obrolan obrolan sederhana yang tak pernah aku bicarakan dengan mas Ari.
Aku sedang ingin mengeluh, apa tandanya aku kurang bersyukur?
Aku lanjutkan, mungkin aku membuatmu bingung.
Mas ari pernah melarangku naik ojeg, padahal dia tahu pramugari seperti ku ini lebih suka makan di pinggir jalan daripada restaurant , dan lebih bahagia naik kendaraan roda 2 karena aku lelah dengan kehidupan sekitarku yang mewah. Aku lelah menjadi orang lain. Aku ingin mas Ari menerima ku seperti bang Fadil. Mas Ari membuatku menjadi orang lain selama aku berpacaran dengannya, bahkan aku hanya tahu makanan kesukaan mas Ari tanpa aku pernah tahu kehidupannya. Dia tertutup. Berbeda dengan bang Fadil, aku tahu segalanya bahkan teman temannya dan segalanya.


*panggilan masuk* {line mas ari}

"Halo sya, aku sudah tau. Kamu mau cerita atau biarin aku denger dari orang lain?"

"Halo mas, a... Appp. Apa kabar? Hehe. Aku nggak ngerti maksut mas"

"Udah deh sya, kalo kamu bosen sama aku bilang. Tapi bukan begini caranya, kamu kemana aja?"

"Mmmm maaaafin aku mas, aku ga bermaksud buat mas kecewa. Tapi mas harus ngerti perasaanku. Akuuu begini karena aku sendiri bingung" sambil ku seruput air mataku.

"Iya mas berusaha ngertiin kamu, tapi kamu tau kan resiko pacaran sama taruna? Mas juga tau jadwal terbang kamu sibuk sampe ngga sempet kasih kabar sama mas. Tapi mas cuma mau pasti in kamu baik baik aja"

"Mas, mas udah tau kan semuanya?"

"Iya mas udah tau kalo Asya pacar mas yang cantik ini sibuk, mas tadi ketus karna panik. Maaf in mas ya sya"

"Hah? Mas? Aku nggak ngerti, bukannya mas tau dari temen mas?"

"Iya mas tau kalau kamu sibuk, kamu lupa ya? Pacarnya temenku juga banyak yang pramugari sayang"

"Hmm oke mas, aku ngantuk. Dadah"

"Loh tumben? Kamu capek ya , yaudah love you sayang. Mas kangen banget sama kamu"

~tut tut tut~

10:30

Aku berbohong... Aku tak sanggup. Kalau ada dua pilihan? Apa kau akan mencintai lelaki sederhana dan membuatmu nyaman? Atau, lelaki ambisius yang sulit ditebak dan semaunya tetapi membuat penasaran?

Tiba-tiba aku terbayang acara tadi malam, aku sekarang sedang berbaring di kasur. Bersama Diana dan mbak Nina. Oh iya, angel langsung pulang tadi setelah acara. Dia pamit dan bilang banyak sekali tugas kuliah yang harus ia selesaikan l, wajar mahasiswi semester akhir.

Aku mengenakan dress press badan panjang berwarna coklat, bukannya sengaja supaya cocok dengan seragam PDPS bang Fadil loh. Ini memang kebetulan warna dress ku dan seragam nya sama. Bahkan banyak yang membicarakan dressku sangat cocok dengannya, rambutku aku biarkan terurai panjang. Aku teringat perkataannya di bis sebelum sampai gerbang AAU.

"putri kodok? Kamu emangnya ga mau cari jodoh?

"Nggak nih bang, kenapa ya?"

"Kalau Tuhan jodohin kamu sekarang, kamu mau nggak ya kira kira?"

"Wah mana mungkin , Tuhan tau kok rencana masa depanku banyak bang"

"Ngga ada yang ga mungkin, apa perlu aku hujat kamu biar Tuhan kabulin?"

"Kenapa harus dihujat dulu bang?"

"Ya kan doa orang teraniaya cepet terkabul"

*sambil diusap usap kepalaku seperti anak kecil*

"Yaudah ayo bang hujat Asya, asya mau doa sekarang"

"Oke deh, dasar Asya jelek, kucel, hidup lagi"

"Amiiiiiiinn"

"Kamu barusan doa apa?! Kok udah amin aja?"

"Rahasia pak anak ayam" ku pasang muka nyebelin sambil tersenyum gigi














-----------------------****---------------****--------------****-----------****---------------

(Bersambung.. acara drumband aau, masih di Jogja. Aku tak tahu besok perasaanku bagaimana.
Aku menukar jadwal terbangku dua hari dengan juniorku.)

PENANTIAN BERHARGA.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang