Sabtu pagiku diawali dengan tetesan air dari atas awan yang turun tanpa diundang. Kutatap jendela kaca apartemenku yang mengarah pada gedung bertingkat dan pepohonan serta jalanan yang terlihat basah oleh hujan.
Kumasukkan wajahku kedalam selimut bermotif polkadot pemberian temanku sebagai hadiah ulang tahunku beberapa bulan yang lalu.
Tak lama setelahnya handphoneku berdering menandakan bahwa ada yang menghubungiku. Dengan malas kuangkat telefon tanpa membaca nama si penelfon.
sayang aku merindukanmu. diluar hujan turun dengan deras, aku butuh kehangatan
Nada suaranya yang sengaja dimanis-maniskan membuatku mengulum senyum, dia pria yang paling menggemaskan sepanjang perjalanan hidupku.
"Lalu kau bisa berdiri disamping kompormu agar kau merasa hangat". Ujarku sambil terkekeh membayangkan bagaimana ekspresi kesalnya.
Ck, kau ini. Kompor bahkan tak mampu menghangatkan tubuhku, untuk saat ini hanya dirimu yang bisa menolongku
"Kemarilah, aku akan memelukmu untuk menghangatkan tubuhmu yang kedinginan itu". Balasku sambil tertawa, bisa dipastikan dia hanya merengut kesal karna saat ini dia tidak dapat kerumahku karna hujan yang masih setia menemani pagi hari.
baiklah tunggu aku disana, aku akan menjemput kehangatanku.
Dan pada detik berikutnya sambungan sudah diputus olehnya. Akupun meletakkan handphone diatas nakas lalu kembali memeluk guling didalam selimut dan berjalan menuju alam mimpi.
Suara decitan kasur membuatku menggeliatkan badan karna merasa terganggu. Sebagian nyawaku masih berada didalam alam mimpi ketika aku menyadari ada seorang lelaki disampingku.
"sayang, aku sudah sampai disini tapi kau malah tidur".
Sontak akupun membalikkan badanku kearah suara, terdapat seonggok daging yang sedang terduduk lesu memainkan handphone sambil bersender disenderan kasur.
"Kenapa kau datang kesini? Diluar hujan deras dan kau nekat datang kesini?". Omelku sambil mengucek mataku. Dia mengerucutkan bibir lalu meletakkan handphone yang tadi dimainkannya keatas nakas.
"Kau tadi kan bilang akan memelukku, jadi aku kesini untuk menagih janjimu". Balasnya lalu ikut masuk kedalam selimut yang kukenakan.
Tangannya menekan pinggangku agar lebih dekat dengan tubuhnya, lalu mengelus tubuhku mulai dari rambut sampai kepinggang.
Sementara tanganku bergerak memeluknya sambil menenggelamkan wajahku didada bidangnya.
"Apa kau tidak kedinginan ?". Tanyaku sambil mendongakkan wajahku menatapnya.
"Seharusnya aku yang bertanya seperti itu padamu. Kau memakai baju seperti ini apa tidak dingin hmm?". Ucapnya balik bertanya padaku.
Matanya menatap dadaku yang memang sedikit terlihat karna saat ini aku hanya menggunakan dress tidur berwarna putih tanpa lengan. Sontak saja kulayangkan tinjuku pada perutnya yang membuat si empu kesakitan.
"Kau mesum sekali huh. Tadi malam aku tidak bisa tidur karna ac-nya mati. Udara benar-benar panas jadi aku pakai baju ini". Balasku sambil mengerucutkan bibir.
"Sudah sudah, jangan marah. Aku malah senang kau memakai baju seperti ini". Ujarnya sambil tertawa terbahak-bahak. Tapi langsung berhenti saat kuucapkan kalimat ultimatum yang mampu membuatnya seketika terdiam.
"Diam atau kutendang aset berhargamu itu". Ucapku mengancam.
"Hei, apa yang kau katakan? Padahal nanti kau juga yang akan merasakannya". Kufikir dia akan tetap diam, nyatanya dia kembali menggodaku.