3

689 114 15
                                    

Chap 3

Suasana di ruang tamu kediaman keluarga Huang terlihat cukup ramai. Para orang tua sibuk membicarakan tanggal pernikahan, Li Qian dan Li Jun ribut membicarakan game terbaru, dan Boxuan gaduh memakan berbagai cemilan manis yang tersaji. Hanya Renjun dan Jeno yang duduk dengan tenang di sana. Renjun diam mendengarkan perbincangan para orang tua dan Jeno fokus pada tabletnya.

Setelah perundingan yang cukup lama mereka sepakat Renjun dan Jeno akan bertunangan diakhir bulan ini dan menikah dua bulan setelahnya.

"Pergilah kencan. Kurahap kalian akan saling mengenal dalam satu bulan." Saran Tuan Lee.

"Ya! Kalian harus pergi berkencan." Nyonya Lee sependapat. "Jeno akan menghabiskan waktu luangnya untukmu, Renjun."

Renjun tersipu mendengar perkataan Nyonya Lee, ia melirik Jeno yang terus sibuk dengan tabletnya.

"Letakkan gadgetmu Tuan muda Lee. Kita sedang berbicara." Teguran Nyonya Lee membuat Jeno menutup tabletnya. Tiba-tiba pandangannya beralih pada Renjun, menatap tajam seolah menyalahkan Renjun atas teguran Eommanya.

Seketika manik Renjun bergulir gugup tak berani balas menatap Jeno. Ia tak suka dengan pandangan yang selalu Jeno tunjukkan, seperti sedang merencanakan sesuatu. Mereka memang baru bertemu untuk yang kedua kalinya hari ini tapi Jeno tak pernah sekalipun memandang Renjun dengan tatapan ramah yang biasa Nyonya Lee tunjukkan. Atau setidaknya Jeno hanya perlu menatap Renjun dengan pandangan biasa, tanpa perlu menghakimi.

"Setelah bertunangan pergilah kencan dengan Renjun jangan terus sibuk dengan gadget dan tumpukkan berkas."

"Tidak perlu memaksa, Doyoung. Jeno seperti itu juga karena pekerjaannya."

"Kau tidak tahu semaniak apa dia." Nyonya Lee mendesah lelah. "Renjun, kau ingin mengenakan apa saat pertunangan nanti?" Perhatiannya beralih pada Renjun.

Renjun terkejut mendengar pertanyaan itu. Apa yang harus ia kenakan? Apa Renjun harus memakai dress? Ia pihak wanita disini, dan ia menyadarinya. Membayangkan memakai dress saat bertunangan nanti membuat pipinya memerah. Tapi Renjun juga pria kan? Ia tak mau harga dirinya dijatuhkan oleh sebuah dress manis.

Renjun menggelengkan kepalanya berusaha menghilangkan bayangan dirinya tengah mengenakan dress. "Gēge ikut Māma dan Nyonya Lee saja." ujar Renjun cepat.

"Panggil saja Eomma, Renjun." Nyonya Lee tersenyum teduh. "Seperti Jeno, kau juga anakku sekarang."

"I-iya Eom-Eomma." Renjun terbata. Masih merasa canggung.

Senyum Nyonya Lee melebar mendengar panggilan baru dari Renjun, memperlihatkan gigi rapihnya dan gusi yang lebar. "Besok kita pergi ke butik. Z akan membantumu dalam memilih pakaian."

.

.

Setelah pertemuan itu Renjun tidak pernah lagi bertemu dengan Jeno. Ia memang sering bertemu dengan Nyonya Lee untuk membahas hal terkait pertunangan, tapi tidak dengan Jeno. Entah Jeno terlalu mempercayai Ibunya sehingga ia menyerahkan semua urusan pertunangan kepada Ibunya atau ia memang tidak pernah peduli.

Renjun berusaha berpikir positif, ia mengira Jeno sibuk dengan pekerjaannya, jadi untuk memastikan ia menanyakan hal tersebut kepada Nyonya Lee yang hanya dibalas senyum sungkan.

Renjun mulai merasa goyah. Tapi ia terus mengingat harapan orang tuanya dan berakhir membuatnya memupuk pikiran positif untuk Jeno, berharap semuanya baik-baik saja.

Pesta pertunangan berlangsung meriah. Renjun tak tahu pestanya akan diselenggarakan semeriah ini. Cukup menyesal sebenarnya karena tak terlalu mendengarkan perundingan orangtuanya kemarin, tahu begini ia akan mencegah mereka melaksanakan pesta seperti ini.

AwkwardnessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang