4

703 105 41
                                    


Para pengunjung sibuk berbisik-bisik melihat Jeno yang menghela Renjun paksa. Bertanya-tanya apa kiranya hal yang terjadi sampai seorang pemuda mungil diseret paksa sembari menangis. Ingin membantu, namun apa hak mereka yang tidak mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.

Renjun terus memohon meminta dilepaskan. Lengannya sudah terasa sangat sakit.

Tapi Jeno seperti tuli seketika. Tak mendengar apa yang Renjun minta, juga bisik-bisik pengunjung lain mall. Ia hanya terus berjalan tak memperdulikan pandangan aneh dan penasaran orang sekitar.

Setelah berjalan beberapa meter, lalu naik ke lantai 2 Jeno berhenti di depan sebuah toko baju. Ia menghempaskan lengan Renjun dan mendorongnya masuk ke dalam toko.

"Ambil dan bungkuslah beberapa baju. Jangan terlalu jadi pemilih!" Titah Jeno sembari berjalan menuju kursi tunggu.

Renjun menatap Jeno heran. Telapak tangan kirinya mengelus-elus lengan kanan bekas cengkeraman Jeno tadi. Masih terasa sakit. Lalu ia terdiam, memikirkan tentang perkataan Jeno.

"Apa itu artinya Aku harus mencuri baju?" Tanya Renjun sembari mengusap bekas air mata menggunakan punggung tangannya.

Jeno tersedak. Apa yang bocah ini pikirkan? Apa ia pikir aku begitu miskin sampai harus mencuri baju? Jeno heran juga geli dengan pola pikir Renjun.

"Bodoh!" Jeno menghampiri Renjun menahan lengannya yang akan menyeka bekas air mata lagi. "Jangan menjijikan seperti itu! Kau sudah 19 tahun, bocah." Ia mengeluarkan sapu tangan dari sakunya.

Renjun merampas sapu tangan Jeno. Bibirnya mengerucut kesal. Katanya sudah 19 tahun tapi masih disebut bocah. Renjun menghapus dengan kasar air matanya.

"Cepat ambil baju yang kau inginkan!" Seru Jeno. "Dan aku akan membayarnya."

Menghentakkan kaki, Renjun pergi sambil mencibir. Sudahlah ambil saja baju yang pertama kau lihat dan segera pergi, pikir Renjun.

Pemuda manis itu berjalan menuju rak berisi T-shirt mengambil kaus biru dengan setrip-setrip putih. Kaus katun itu cukup menarik perhatiannya, mungkin Renjun akan memilih kaus itu saja.

Renjun harus memekik ketika melihat harga T-shirt yang berada ditangannya. $45! Yang benar saja! Ini terlalu mahal hanya untuk sebuah kaus. Dengan harga segini ia dapat membeli selusin kaus jika di toko lain.

J. Crew

Wow, pantas saja harganya selangit. Si tuan muda mengajaknya ke butik brand asal Amerika. Renjun memang anak busana tapi ia tidak terlalu tertarik dengan brand fashion asal luar yang menjual harga selangit. Lagi pula baju sama saja kalau sudah dipakai.

Harga T-shirt polos saja sampai segitu, bagaimana dengan kemeja dan jasnya? Renjun penasaran juga dengan harga lainnya. Ia lalu beralih menuju rak-rak kemeja. Meneliti mana yang menurutnya menarik.

Well, mari kita lihat kemeja putih polos ini. Renjun mengambil kemeja polos dan memeriksa harganya.

$108!

Sudah kuduga. Renjun mencibir.

Beralih pada rak selanjutnya jejeran blazer menyambutnya. Ini sangat menarik. Melihat baju dengan harga yang sama dengan uang sakunya selama 3 bulan. Renjun menatap kagum mannequin yang memajangkan blazer berwarna khaki. Sangat mempesona. Wajah mannequinnya juga tampan, walau hanya sebuah boneka peraga.

AwkwardnessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang