3. The Ivann

74 8 6
                                    

*****
“Lo ga cape apa La? Dari tadi pertanyaan gue cuman dianggukin doang, bales napa La gue kan lagi ngomong sama orang bukan sama robot yang cuman bisa ngangguk doang tau ga si?” Dandri mulai sebal dengan tingkah Feilla yang hanya menajawab pertanyaannya dengan anggukan atau senyum tipis saja.

Feilla tetap diam. Feilla tau bahwa yang dilakukan Feilla tidaklah sepenuhnya salah, karena saat ini dia sedang berada di boncengan cowo most wanted a.k.a paling diburu sekolahnya, dan Feilla baru kali ini bertegur sapa dengan Dandri kakak kelasnya yang pintar itu.
Dua hari sudah Feilla berada di sekolah itu dan sialnya hari keduanya di sekolah itu tidak semulus seperti hari pertamanya. Karena apa? Ya, dikarenakan Alona Adriella, teman dekatnya sejak feilla duduk di bangku sekolah dasar dan setia dengan Feilla itu tidak masuk sekolah karena harus mengantar ibunya ke rumah sakit.

Feilla tau apa resiko yang harus Feilla tanggung besok karena ia pulang dengan seorang Dandri Geraldi seorang yang notabene nya paling buru oleh hampir semua perempuan di sekolahnya dan  bahkan belum pernah mengantar pulang perempuan lain selain adiknya. Ditambah ini adalah pertama kalinya dalam sejarah SMA Taruma Negara seorang Dandri Geraldi memboncengi seorang perempuan yang baru saja ia selamatkan saat  pingsan. Mungkin setelah inu akan muncul artikel "Seorang Dandri Geraldi yang terkenal dingin kepada wanita yang manja dan centil itu untuk pertama kalinya pulang bareng dengan wanita yang pingsan di tengah lapangan" yah kurang lebih begitulah (authornya bingung mendefinisikannya).

*****

Lamunan Feilla pun pecah ketika menyadari bahwa motor yang dilajukan Dandri melambat karena didepan ada perempatan dan sejak tadi Dandri terus bertanya pada Feilla kemana arah rumahnya dan tanpa disadari Feilla, orang yang diajak bicara oleh Dandri sedari tadi hanya diam entah melamunkan apa.

“Eh kak, itu rumah aku yang pagernya warna item.” Kata Feilla sambil mencondongkan badannya sedikit supaya Dandri bisa mendengarnya.

“La, lo tu kurang fokus atau gimana sih? Disini yang pager item ada banyak la. Rumah lonya sebelah mana?” Kata Dandri dengan sabar menghadapi perempuan yang kurang fokus ini sedari tadi.

“Eh iya kak hehe, itu loh kak pinggir rumah yang di cat ungu.” Feilla tertawa malu akan kebodohannya, karena hanya bilang pagar berwarna hitam saja padahal banyak sekali pagar hitam di kompleknya. Hmm kurang aqua dia gaezz

Akhirnya Feilla sampai di depan rumahnya yang terlihat agak menyeramkan karena luar rumah itu didominasi dengan warna hitam, entahlah Feilla juga tidak tahu apa yang dipikirkan ayahnya sehingga memberi cat warna gelap yang lebih terkesan menyeramkan dimata Feilla.

”Makasih kak udh nganterin aku sampe depan rumah, mau masuk dulu ga kak? Ketemu ayah sama mama atau minum teh dulu?” Tawar Feilla, sebenarnya dia hanya berbasa basi saja karena tidak enak sudah merepotkan kakak kelasnya itu, dia berharap bahwa orang yang tadi memboncengnya itu menolaknya agar ia tidak binggung untuk memperkenalkannya kepada orang tuanya siapa Dandri sebenarnya. Dan sepertinya Tuhan sedang berbaik hati kepada Feilla, doanya dikabul.

“Ga usah deh La, gue mau langsung balik lagian ini udah sore, gue harus jemput ade gue, dia masih disekolahnya. Kapan kapan deh gue main ke rumah lo.”

“ Ya udah deh kak gapapa, makasih yah udah nganterin Feilla, jadi ngerepotin hehe. Hati hati kak dijalannya.” Tetap dengan tawaan yang menurutnya sungguh garing. Biasanya Feilla tidak akan segugup ini dihadapan orang yang baru saja ia kenal.

*****

Akhirnya Dandri meninggalkan kediaman Feilla, sepertinya Dandri sedang terburu buru, ia mengendarai Vespa 150 G5 VS5. Seketika Feilla terperanjat ketika ada seseorang yang memanggilnya.

“Ivan, knp ga masuk nak?” tanya seorang ibu kepada Feilla, ya, dia adalah mama dari Feilla.

“MAMA... Feilla kan kaget ah” Feilla menggerutu atas tingkah mamanya Feilla itu.

“Ya udah, sekarang kamu mau masuk nggak? Atau biar mama buang aja sekalian kamu?” kekeh mama Feilla. keluarga Feilla memang terkenal humoris, mereka lebih senang bercanda dibandingkan harus serius seperti keluarga keluarga lain. Jadi, Feilla tidak pernah menanggapi mamanya itu dengan serius.

“Buang saja aku ke rawa rawa ma.” Mereka tertawa terkekeh karena jawaban Feilla tersebut.

Mereka pun masuk kedalam rumah bersama, mamanya melanjutkan aksi memasaknya yang sedang di tonton oleh ayah Feilla. Sedangkan Feilla dia masuk ke kamarnya untuk mengganti pakainnya rencananya ia akan menelpon Alona jika dia sudah selesai membantu mamanya yang sedang bergulat dengan bumbu bumbu di dapur.

“Yah,  kok ga bantuin mama sih? Kebiasaan sih, bisanya cuman makan doang sama ngemandorin, huuuu...” sorak Feilla kepada ayahnya yang tidak pernah membantu mamanya jika sedang memasak..

“Ayah kan ga bisa masak La, lagian ngapain ayah ngusik harimau lagi masak, ntar ayah habis sama mama kamu, ntar kamu punya adek lagi gimana? Mau?” ayahnya akan aneh kalo sudah disuruh masak oleh Feilla. Ntah apa yang dikatakan oleh ayah nya.

“Ivanna, tolong cuciin piring dong van, bantuin mama.” Mamanya sengaja mengalihkan pembicaraan antara duo Ivan tersebut.

Kedua orang tua Feilla memiliki nama yang sama yaitu Ivan, ayahnya bernama Ivan Daris dan mamanya bernama Viola Ivanna, karena itu nama Feilla adalah Esther Ivanna Rafeilla. Orang tua Feilla juga terkenal memiliki perusahaan nabati yang cukup besar, tetapi mereka tidak mempunyai asisten rumah tangga. Itu dikarenakan mama Feilla lebih senang mengerjakan kerjaan rumah, dan ayah Feilla lah yang mengurus segala hal tentang perusahaan mereka.

“Ma... Feilla ke kamar ya? Nyuci piringnya biar sama Ayah aja, ya Yah ya.. Feilla mau nelpon Alona, tadi dia ga sekolah.” Keluarga Feilla tau bahwa anaknya berteman baik dengan Alona. Mamanya pun mengizinkan Feilla untuk menelfon alona dan membiarkan pekerjaan mencuci piringnya itu dikerjakan oleh ayahnya.

Sesampainya di kamar Feilla, Feilla bergegas menuju nakas untuk menggambil telpon genggamnya. Dan bergegas untuk menelpon Alona. Sambungan telpon pun terhubung.

“ALONA..... lo pokoknya besok harus sekolah gue ga mau tau,, ada banyak yang mau gue ceritain sama lo.” Nada bicara Feilla sangat antusias sehingga melupakan keadaan orang disebrang sana yang sedang menutup telingganya dan menjauhkan handphone itu dari telingganya.

*****


#haihai
Kita balik lagi guys setelah beberapa hari ini ga ada niat buat nulis karena readersnya belum nambah aja, dan akhirnya skrng udh lumayan ya udah ada yang baca walaupun masih belum vote sama coment, ditunggu banget lo yang vote sama comentnya, klo kalian vote tu jadi ke kitanya tu jadi semangat gitu.
Next part? Yay or Nay?

odysseyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang