Sweet Moment, You and I

96 13 0
                                    

Semua mata memandang bagaimana pasangan itu berjalan sambil bergandengan tangan, melangkah dan mengobrol, sesekali tertawa, dan membalas sapaan teman atau junior mereka ketika keduanya menuju kantin kampus di siang yang cerah itu. Kim Taehyung dan Jeon Jungkook, pasangan fenomenal dan populer, juga pasangan paling membuat iri di University of Sains and Technology Seoul.

Kim Taehyung adalah permata Fakultas Biologi yang terkenal dengan kepintaran berlebihnya, paras seindah malaikat dengan kulit sehalus porselen, dan sikap ramahnya yang terkenal di seluruh kampus.  Dipasangkan dengan pentolan Fakultas Teknik Kimia, si jago basket, pemenang olimpiade, dan pemilik mata bulat jernih dengan gigi kelinci, yang membuatnya dinobatkan sebagai pria tertampan menurut majalah kampus mereka selama 2 tahun berturut turut, terhitung sejak ia masuk hingga menginjak semester 5. Belum lagi fakta bahwa ia adalah anak dari Presdir Jeon Dae Sung, pemilik JK Group yang bergerak dalam pengembangan teknologi, alat kesehatan, dan pemilik ratusan rumah sakit di berbagai negara di bawah satu nama, JK Hospital, membuat pesonanya tak terelakkan bagi siapa saja, baik wanita maupun pria.

Dan pasangan itu, yang membuat seluruh mata memandang dengan tingkat kekaguman yang sama, masih belum melepaskan tautan tangan mereka sampai akhirnya masuk ke dalam kantin yang ramai. Segera memilih tempat duduk di dekat jendela yang menampilkan awan musim dingin yang cerah, keduanya duduk berhadapan.

“Kau mau pesan apa Tae?” tanya Jungkook lembut.

“Eem.. ramyeon dengan ice lemon tea,” taehyung menjawab dengan semangat. Jungkook melipat dahi dan menggeleng. Tidak setuju dengan pilihan kekasihnya.

“Tidak tidak, ramyeon tidak bagus untuk kesehatan, ganti dengan yang lain,” Taehyung merengut dan tidak menjawab. Demi melihat bibir kekasihnya yang maju, dan itu imut sekali tolong, Jungkook tersenyum dan berpindah untuk duduk di samping Taehyung. Ia menyentuh wajah kekasih cantiknya itu dengan lembut, lalu membuatnya menghadap kearahnya.

“kau ingat apa yang Jin hyung katakan di rumah sakit minggu lalu, Tae?” Jungkook tersenyum ketika mata kekasihnya mulai melihat ke dalam matanya. Jungkook selalu senang melihat mata Taehyung. Warnanya coklat terang, dan jika matahari menyinari wajahnya seperti ini, Jungkook seakan melihat irisnya menjadi semerah darah. Sangat cantik, menjerat Jungkook ke kedalamannya dan tidak mengijinkannya keluar.

“Aku ingat, tapi ayolah,” Taehyung berkata memelas, “Aku hanya akan makan kali ini. Kau tau aku sudah memperbaiki pola makanku. Aku banyak makan daging dan sayuran, Jimin selalu memasak untukku dan menunya selalu 4 sehat 5 sempurna,” taehyung melanjutkan setengah mengeluh.

“Jimin selalu memasak banyak sekali sekarang dan menyuruhku menghabiskan semua yang ada hijau hijaunya. Dia juga mengganti stok snack kesukaanku dengan jus dan buah, dan aku tau kau ikut andil dalam pengaturan menu makanku ini,” Taehyung mengakhiri protesnya dengan menyipitkan mata kesal. Jungkook mau tidak mau tertawa. Tawa cerah yang selalu hadir ketika ia bersama Taehyung, tawa yang tidak pernah ia perlihatkan kepada orang lain selain Taehyungnya.

Jungkook kembali tersenyum lebar. Wajah taehyung menggemaskan sekali. Jari telunjuknya mengacung ke depan wajahnya, dengan mata menyipit dan bibir maju. Belum lagi rambut hazelnya yang halus dan menutupi dahinya. Taehyung luar biasa cantik, dan Jungkook ingin sekali menciumnya. Tapi ia berakhir hanya menggenggam jari telunjuk Taehyung yang panjang dan kurus, lalu dengan lembut mengusak rambutnya yang beraroma vanilla.

“ Baiklah, baik. Kau menang kali ini. Tapi janji hanya satu kali dalam bulan ini. Aku tidak ingin kau pingsan lagi, Tae,” Jungkook masih ingat betapa kaget dan paniknya ia saat mendengar Taehyung pingsan seusai presentasi tugas di kelasnya, drop akibat pola makan yang tidak teratur dan kelelahan ditambah cuaca musim dingin yang tidak bersahabat. Ia ingat ia berlari seperti orang kesetanan, meninggalkan latihan basketnya begitu saja, menuju klinik universitas, dan mendapati kekasihnya itu terbaring dengan wajah pucat. Jungkook benci melihat Taehyung sakit, dan melihat Taehyung kesusahan adalah hal terakhir yang ia inginkan, karena ia begitu mencintai kekasihnya yang kelewat rapuh seperti kaca.

Taehyung melihat bagaimana sorot khawatir Jungkook, dan ia tidak suka. Jungkook menjaganya selayaknya barang pecah belah, seakan ia akan hancur jika diberi tekanan sedikit saja. Tidak mengijinkannya untuk melakukan pekerjaan berat atau membebani dirinya. Jungkook selalu membawakan tasnya yang penuh dengan alat alat praktikum, mengantarnya hingga ke depan kelas padahal gedung mereka berlainan, mendampingi taehyung dalam segala hal. Taehyung tau Jungkook kuat dan ia selalu ingin Taehyung mengandalkan dirinya. Taehyung merasa bersyukur, dan kadang tidak percaya, bagaimana ia bisa mendapatkan orang sebaik Jungkook. Yang mencintainya begitu besar.

Taehyung menatap mata Jungkook yang jernih dan hitam, mengangguk lalu tersenyum. Dan Jungkook ikut tersenyum. Pasangan itu seperti hidup dalam dunia mereka sendiri. Mengabaikan seluruh pasang mata di dalam kantin, yang bagai melihat lukisan 2 orang berselimut cinta dalam balutan cahaya matahari yang menyeruak lewat jendela besar di sisi mereka. sangat indah.

Jungkook selalu merasa bersyukur saat melihat Taehyung tersenyum. Taehyung adalah dunianya. Semesta tempat ia ingin perpijak dan tinggal di dalamnya. Ia tidak menginginkan apa apa selain taehyung agar terus disisinya, sehat dan bahagia. Jungkook ingin selalu bisa menggenggam tangan Taehyung yang rapuh tapi hangat, membawanya keluar dari masa masa kelamnya dulu, menuju hidup yang cerah, dengan bahagia yang Taehyung tawarkan dalam peluknya, tawanya yang manis, dan kehadirannya yang terasa nyata. Jungkook selalu bersyukur. Dan dengan penuh cinta, ia memeluk Taehyung. Di kantin yang ramai, di bangkunya yang menghadap jendela, dan sinar matahari yang menyilaukan sekaligus menghangatkan musim dingin yang hampir tiba.

Dan jungkook membisikkan cintanya,

“Kim Taehyung, saranghae.”

Dan ketika pelukannya terlepas, ia melihat Taehyung, tersenyum secerah matahari, dengan binar bahagia dimatanya.

“Nado saranghae, Jeon Jungkook.”

Epilog

“Kau keterlaluan Jungkook. Aku makan ramyeon dengan harapan tidak perlu melihat sesuatu yang berwarna hijau mengambang diatas kuah atau nasiku, dan kau malah memberiku setumpuk lagi untuk dimakan,” Taehyung menatap tak percaya pada ramyeon yang disodorkan Jungkook, yang seharusnya hanya berisi sayuran kering, kini penuh dengan brokoli, wortel dan kubis. Jungkook nyengir.

“Ini tetap ramyeon, lihat, kau masih bisa melihat mie nya. Cepatlah makan, 30 menit lagi kau ada kelas dengan Kim sonsaengnim,” lalu Jungkook menyeruput Americanonya dengan tenang, mengamati wajah Taehyung yang merengut menggemaskan.

“Aku benci kau Jungkook.” Tahyung berkata sambil menyendok ramyeonnya. Jungkook tersenyum.

“Aku mencintaimu Taehyung.”

End

SunshineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang