Kekuasaan berhak dimiliki seseorang, tapi bukan untuk menindas.
Tidak jauh dari kata sepi. Begitulah suasana fakultas teknik salah satu universitas ternama di Bandung, mungkin karena didominasi oleh mahasiswa laki-laki. Biasanya mereka memanfaatkan waktu untuk nongkrong di kampus ketimbang langsung pulang ke rumah. Begitu pula dengan lelaki yang saat itu sedang duduk-duduk di gazebo fakultasnya—salah satu tempat favorit seluruh mahasiswa—sambil mengangkat salah satu kakinya ke atas. Ia tak sendiri, ada juga dua sahabatnya yang memasang ekspresi wajah yang sama galaknya.
Setiap orang yang lewat di hadapan mereka hanya bisa menundukkan kepala atau mempercepat langkahnya. Sebenarnya, tak ada hal mengerikan yang dilakukan ketiga mahasiswa itu. Hanya saja nama yang mereka miliki melekat erat dengan gelar mahasiswa yang paling disegani. Arsenio Rafferty, Javier Xaverio, dan Liem Androvi adalah sederetan nama pembuat onar di lingkungan kampus. Siapa yang tak mengenali mereka, terutama Arsenio? Dialah ketua geng, otak utama dari segala keributan yang terjadi di kampus. Memasuki tahun kedua di kampus, cukup bagi Arsenio meraih berbagai rekor. Dipanggil dosen pembimbing akademik berulang kali hingga keluar-masuk ruangan ketua jurusan sudah menjadi makanannya sehari-hari. Tak ada yang dapat dibanggakan dari seorang Arsenio. Padahal, orang tuanya memiliki peran penting dalam pembangunan universitas.
"Woy! Lo ngapain sih nunduk mulu tiap lewat sini? Ada orang di sini woy!" teriak Arsenio sambil terkekeh melihat seseorang yang lewat itu langsung mempercepat langkahnya.
Javier dan Liem ikut tertawa kecil. Salah satunya ikut meledek mahasiswa lain yang lewat. "Santai kali jalannya, ngga usah buru-buru. Kita bukan penagih utang, takut banget lo."
Bagi mereka, Arsenio, Javier, dan Liem bahkan lebih menakutkan daripada penagih utang. Pasalnya, kemarin mereka baru saja memukuli orang yang dengan lantangnya menatap dan mengajak bicara Arsenio. Jelas saja, saat ini tak ada yang mau melihat wajahnya.
"Sen, cewek, Sen," senggol Liem pada Arsenio sambil bersiul.
Arsenio segera menurunkan kakinya dan beranjak dari kursi batu gazebo. Kakinya bergerak cepat untuk mencegat gadis itu dan menyibakkan rambutnya ke belakang. Pesona andalan Arsenio nomor satu, menyibakkan rambut kemudian memainkan alisnya yang tebal. Pesonanya nomor dua, rayuan maut.
"Mau ke mana? Cewek nggak boleh jalan sendiri, hati-hati ada orang jahat," goda Arsenio, tak lupa dengan senyum manisnya.
Gadis itu menggeleng. Tangannya menggenggam beberapa buku tebal, kepalanya menunduk. "Justru saya harus hati-hati di sini karena ada kamu."
Arsenio memajukan wajahnya sedikit, ingin melihat wajah gadis yang berani berkata seperti itu padanya. Ia mengangguk. "Gue orang jahat ya?" Tangannya meraih bahu gadis itu. "Jahat karena mau mencuri hati lo, tapi nggak mau mengembalikannya."
"Aish!" Samar-samar, Javier dan Liem kompak mengucapkan hal yang sama sambil tersenyum geli.
"Mau apa?" tanyanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arsenio [REVISI]
Romance#BadBoyProjectGen1 Bagi semua orang, sebuah malapetaka jika berurusan dengan Arsenio Rafferty. Lelaki bandel yang suka tebar pesona dengan banyak perempuan. Bodohnya, mereka selalu kepincut dengan pesona Arsen. Tapi tidak dengan Calysta Alvarose, g...