Terkadang, apa yang kamu hindari justru akan kamu dapatkan. Seperti ini, aku, kamu, dan dirinya.
Matahari sudah menampakkan wujudnya sejak lima jam yang lalu. Udara sejuk berembus di setiap sudut tempat tersebut. Sebuah tempat yang dipenuhi dengan bangku-bangku keras seperti batu dan berbagai hiasan dinding berupa lukisan yang sengaja dipajang di bagian pilarnya. Begitulah penampakan gazebo yang terletak di bagian tengah fakultas seni rupa dan desain. Area tersebut memang terbuka sehingga setiap mahasiswa yang duduk bersantai di sana dapat merasakan betapa menyejukkan dan menenangkannya angin yang tertiup.
Gadis yang rambutnya dikuncir satu tengah serius menggerakkan jemarinya di atas kertas putih, sedang yang ada di sampingnya memilih untuk memakan camilan yang sempat dibelinya usai perkuliahan. Seorang laki-laki menghampiri keduanya tanpa bersuara sedikit pun. Kakinya juga sengaja dilangkahkan pelan-pelan supaya tidak menimbulkan bunyi berisik.
"Pergi sana," bisik lelaki itu pada gadis yang sedang asyik menikmati kudapannya. Ia sempat membalas dengan tatapan yang tidak menyenangkan, tapi akhirnya mengalah dan memilih untuk mengikuti perkataan laki-laki yang sedang berbicara dengannya.
"Menggambar wajah orang itu susah banget ya. Kayak gini udah pas belum sih proporsinya, Sya—AAAH!" Calysta berteriak saat menyadari bahwa orang yang berada di sampingnya bukanlah Alisya, tetapi laki-laki aneh yang sempat ditemuinya. Ia refleks memukul lengan Arsenio.
Orang lain yang kebetulan berjalan di depan gazebo itu menoleh setelah terkejut mendengar bunyi pukulan. Yang membuat mereka lebih kaget, suara itu bukan dihasilkan oleh Arsenio, tetapi gadis yang ada di sampingnya.
"Berani amat dia."
"Duh, Calysta, jangan macam-macam sama dia."
"Bentar lagi Arsenio pasti marah."
Beberapa bisikan samar-samar terdengar. Tentu saja, tiada satu orang pun yang berani memukul Arsenio terlebih dahulu. Mereka hanya bisa membalas jika Arsenio sudah melakukan serangan, bahkan yang berani berbuat seperti itu pun bisa dihitung jari.
Arsenio memejamkan mata sambil menghela napas kemudian tersenyum tipis untuk waktu yang singkat. "Kenapa lo pukul gue?"
"Kamu yang kenapa bikin aku kaget? Aku kira setelah pertemuan itu, aku nggak akan lihat mukamu lagi," balas Calysta.
"Gue masih punya janji sama lo."
Calysta memiringkan kepalanya. Kedua alisnya bertaut. Dalam hatinya bertanya-tanya janji apa yang sudah diucapkannya saat pertama bertemu. Dari segala janji yang akan terucap, ia hanya berharap satu hal. Janji untuk tidak muncul di hadapannya. Namun, bukan itu yang dimaksud oleh Arsenio.
"Iya ... gue janji untuk membuktikan kalau gue bisa tahu nama lo." Arsenio mengangkat salah satu kakinya dan menopang dagu dengan punggung tangannya. "Calysta."
KAMU SEDANG MEMBACA
Arsenio [REVISI]
Romansa#BadBoyProjectGen1 Bagi semua orang, sebuah malapetaka jika berurusan dengan Arsenio Rafferty. Lelaki bandel yang suka tebar pesona dengan banyak perempuan. Bodohnya, mereka selalu kepincut dengan pesona Arsen. Tapi tidak dengan Calysta Alvarose, g...