PROLOG

7 1 0
                                    

Kalau saja rindu itu tidak gratis,

mungkin aku sudah mati melarat saat ini.

Bersyukurlah, sayang, rindu masih gratis.

Jadi, sampai pukul empat sore ini,

seiring dengan munculnya senja dan lantunan anak-anak sore yang sedang mengejar layangan, aku masih merindukanmu.

Hoi pahit!

Eh bukan, bukan...

Bukan rasa rindunya yang pahit karena tidak terbalaskan olehmu,

tapi kopi yang baru saja kuminum tadi.

Hehehehe...

Pahit.

Mungkin Panji lupa memberikan gula,

atau mungkin ia tidak menaruh senyumnya pada kopi itu.

Hahahaha...

Eh, omong-omong,

sepertinya senja sudah bosan.

Ia sudah pergi sejak 10 menit yang lalu bersama anak-anak oranyenya.

Apakah aku juga harus bosan untuk merindukanmu, dan pergi bersama serpihan-serpihan hatiku?

─ Lara kepada Panji,

hari Senin tanggal dua bulan empat, pukul empat sore

r(asa)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang