5. Let's Get the Ball Rolling!

7.9K 414 4
                                    

See Eye To Eye

Chapter 5 : Let's Get The Ball Rolling

Let's get the ball rolling : mari kita memulai aksi.

☆☆☆☆☆

Apa yang akan kalian lakukan jika menjadi Indira? Ini sudah lebih dua bulan dari pertemuan keluarga malam itu dan sekarang ia akan menikah. Iya, menikah. Ternyata usaha-usahaa Indira tidak membuahkan hasil sama sekali. Malah membawanya ke masalah yang lebih rumit.

Indi benar-benar tidak bisa berkutik ketika papi dan Om Danu, ayahnya Ardi yang semakin akrab. Oh, jangan lupakan, maminya dan Tante Nina yang semakin hari semakin klop banget. Saking klopnya, Indi dibuat tercengang olehnya.

Tante Nina dan maminya yang mengurus semua persiapan pernikahan. Indi sampai heran dibuatnya emangnya siapa sih yang nikah? Yang nikah aja gak seantusias mereka. Mulai dari undangan, catering, dekorasi semua sudah diatur oleh mereka berdua dibantu dengan WO yang tak lain tak bukan adalah kerabat Tante Nina sendiri. Makin berjayalah mereka.

Maminya itu cuma meminta pendapatnya tentang warna undangan, tema yang dipakai, terus makanan yang akan dihidangkan. Indi hanya menjawab dengan malas sambil membaca novel. "Kamu mau yang mana, Di?" tanya maminya menunjuk undangan di depannya. Indi melirik malas dan mencoba tak menghiraukan.

"Di" panggil maminya lagi.

"Hijau lumut."

"Selera kamu gak bagus banget, Di. Biru aja cantik."

Ya kenapa kalau udah tahu masih nanya? Gak berguna jugakan pendapatnya. Nyebelin nih emak-emak satu. Untung sayang kalau enggak udah Indi ceburin deh ke kolam buaya.

"Kamu mau warna apa bajunya?" tanya mami lagi menunjuk katalog gaun pernikahan.

"Kuning." jawab Indi singkat.

"Seumur-umur mami gak liat orang nikah pakai warna kuning. Yang bener dong, Di" gerutu maminya.

"Idih kata siapa? Bella di Beauty And The Beast aja pake baju kuning. Justru unik, mi. Langka, anti-mainstream." Adira menghela nafas kesal.

"Terserah. Kamu tentukan siapa aja yang diundang."

"Ribet banget sih mi."

"Namanya juga menikah."

"Yaudah gak usah menikah bikin ribet."

"Jangan macam-macam ya, Di." ancam mamimya.

"Mami aja kalau gitu yang nikah. Lumayan punya papi tiri brondong."

"Mulutnya..." tegur Adira mencubit lengan Indi. Indi mengaduh kesakitan.

"Ingat jangan macam-macam. Mami papi pantau" ujar ibu negara lalu pergi meninggalkan Indi yang mencibir.

Kan, bikin dosa. Nyebelin.


*****

"Aduh, sakit gigi mi" adu Indi kepada maminya yang tak menghiraukan.

"Ardi bentar lagi jemput kamu. Siap-siap sana" usir maminya membuat Indi menahan kesal karena rencananya tidak berhasil lagi.

Dengan menghentakkan kakinya, Indi berjalan ke arah kamar. Ia mondar-mandir memikirkan bagaimana caranya agar tidak jadi jalan bersama Ardi. Sumpah, jalan sama Ardi berdua adalah hal yang ia hindari. Bukan apa-apa, Indi cuma tidak suka saja terlebih Ardi selalu membuatnya kesal. Berbeda sekali dengan Dafa, eh.

Berbicara soal Dafa, Dafa Wardana adalah orang yang ia sukai dulu waktu SMA dan mereka masih tetap berhubungan baik karena Dafa penyedia bahan alias tempat ia sering berbelanja makanan untuk membuat menu terbaru. Mengejar Dafa itu susah. Hanya dengan Dafa, Indi merasakan yang namanya terjebak friendzone.

See Eye to EyeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang