Čhapter 2: Slenderman

527 42 5
                                    

"Slenderman biasanya mendatangi tempat yang memiliki pencahayaan buruk, sepi, dan sunyi."

" Eh, tempat yang sepi dan sunyi??" Seketika aku teringat rumah yang kutinggali saat ini. Aku melihat ke sekeliling rumah, untuk memastikan keadaan.

"Oke, tenanglah Sara, tidak akan terjadi apa-apa padamu, lagipula Slenderman kan hanya mitos." Aku mencoba menenangkan diriku sendiri saat kusadari bahwa tangan kananku bergetar hebat.

"Setelah berhasil menangkap korbannya, Slender-"

DRRRTT... "Arghh, kenapa lagi ini?! Tv jadi mati tiba-tiba!" Jujur saja aku ingin berteriak saat itu karena saking takutnya, tapi percuma saja. Pak Erick dan istrinya sedang berlibur keluar kota, sama halnya dengan Papa dan Mama.

TUK..TUK..TUK.. "Just stop freaking me out!!!" Teriakku lantang ke arah jendela. Aku menyambar bantal kecil yang ada di sebelah kananku dan memeluknya erat-erat. "Aku nggak akan takut padamu!! I'll prove it if you want that!"

Aku pun berjalan dengan langkah gontai mendekati jendela. Saat sudah sampai di depan jendela, aku menengok ke kanan dan ke kiri.

Hingga pandangan mataku terpusat pada pohon besar yang melambai-lambai ke arahku tadi. Setelah beberapa detik mengamati pohon itu, "Aaaaakhhhhhhh!!!!!" Aku berteriak sangat keras, aku melihat sekelebat bayangan hitam besar di pohon itu bersamaan dengan bunyi petir.

Aku berlari menuju kamar sambil menangis tersedu-sedu. "Kapan Papa dan Mama pulang.. hikss.."

Aku menengok ke arah cermin, secara samar-samar terdapat tulisan 'You Might Be The Next Target.'

Aku pun berlari menuruni tangga lagi, nafasku tak beraturan, kuberanikan diri untuk meraih telepon rumah.

"Ayolah...Ayolah.. Kumohon.." Dengan cekatan kupencet tombol telepon itu satu persatu, aku menekan nomor telepon Mama. Alangkah terkejutnya aku setelah menyadari kabel telepon itu putus.

Aku langsung membanting telepon itu dengan sangat keras seraya berkata, "Aku sudah benar-benar muak denganmu!!!"

Aku mengambil raket di gudang dan menggenggamnya di tanganku. Aku berjalan dengan sangat hati-hati mendekati pintu, perlahan aku pun mulai membuka pintu.

CTAARR.. Petir mengamuk, "Lihatlah, aku tidak takut sama sekali padamu!!!!!" Aku berjalan menyusuri halaman rumahku di tengah hujan.Hingga kusadari, aku sudah berjalan cukup jauh meninggalkan rumah.

Saat aku berbalik, aku melihat pintu rumah tertutup dengan sendirinya. Aku bersiap untuk berlari dengan sekuat tenaga, tapi ada yang menarik rambutku dari belakang.

Secara patah-patah aku menengok ke belakang, "Slenderman!!!" Pekikku. Slenderman itu memiliki ciri-ciri persis seperti yang dikatakan Jack.

Dengan kasar, Slenderman itu menyeretku. "Lepaskan aku! Sebenarnya apa maumu!!!" Aku terus mengulangi kata-kata itu, sesekali aku juga berteriak meminta tolong.

Tiba-tiba semua menjadi gelap.

SlendermanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang