eerht

27 4 0
                                    

"Bang, ayo kejar adek"

"Adek jangan lari-lari nanti kamu jatuh"

Bruk!!

Benar saja belum ada semenit kalimat itu terucap, Bintang sudah jatuh tersungkur di tanah

"Tuh kan abang bilang apa, jangan lari-larian jadi luka kan"

"Huweee.... Sakit bang "

Langit mulai meniup niup lutut Bintang yang lecet dan berdarah akibat jatuhnya tadi. Dan dengan hati-hati Langit mulai menggendong Bintang di punggung nya untuk di bawa masuk ke dalam rumah dan mengobati luka adik kesayangannya itu.

"Hiks.. Perih bang ~ hiks.. Ga mau pake obat itu perih ~ hiks" ronta Bintang yang tidak mau di obati Langit dengan obat merah yang menurut Bintang itu membuat lukanya semakin perih

"Kalau ga di obatin nanti luka nya jadi tambah parah, ntar kaki adek di potong sama dokter karna infeksi" Langit mulai menakut-nakuti Bintang, agar adiknya itu mau di obati dengan obat itu dan berhenti menangis

"HUWEEE..... "

bukannya berhenti, tangis Bintang malah makin keras mendengar ucapan Langit itu. Siapa yang tidak akan menangis keras jika di takut-takuti kaki nya akan di potong dokter karna luka kecil ini, apalagi Bintang yang masih berumur 5 tahun itu

"Udah ya cup.. cup.. cup... Jangan nangis lagi dong, ini udah abang obatin ga perih kan liat udah abang Kasih plester gambar kesukaan adek, nanti abang beliin ice cream deh, jangan nangis lagi ya"

"Ice cream nya 2 ya bg"

"Iya " ucap Langit sambil mencubit hidung mancung Bintang, yang membuat anak itu terkikik geli

Bintang terbangun dengan nafas yang terengah, dia memimpikan masa-masa itu lagi. Saat-saat dimana Bintang masih bersama dengan Langit.
Hingga setetes air mati mengalir dari manik mata sewarna hazel itu. Sebelah tangannya terangkat menutup kedua matanya menggunakan punggung tangannya

"Bang, adek kangen sama abang"
.
.
.

"Maaf sayang mama harus pulang telat, karena restauran lagi rame banget jadi mama harus lembur" suara Rani terdengar dari telepon genggam yang di pegang Bintang kearah telinganya

"Iya ma, gapapa. Mama hati-hati pulangnya nya atau mau Bintang jemput aja"

"Ga usah sayang, kamu di rumah aja. Mama gapapa pulang sendiri. Untuk makan malam kamu masak sendiri ya sayang. Maafin mama"

"Iya mama ku sayang. Ga usah minta maaf terus ihh.. Bintang bisa kok masak sendiri. Mama jangan terlalu capek ya? I love you, mom"

"I love you too, my lovely son"

Dan sambungan telepon itu pun berakhir.

Bintang mulai berjalan kearah dapur untuk membuat makan malam nya. Jujur saja dia tak berselera makan sekarang setelah mendengar ucapan mama nya yang akan pulang larut itu.
Akhirnya Bintang hanya membuat mie instan itu pun tidak di makannya sampai habis. Setelah selesai dia mulai membereskan semuanya ketika di rasa sudah bersih semua, Bintang mulai melangkahkan kaki nya lagi menuju kamarnya. Apalagi kalau tidak untuk belajar.
.
.
.
Rani berjalan pelan kearah kamar anak semata wayangnya itu, membuka pintu berwarna coklat itu dengan hati-hati, setelah terbuka dia mulai berjalan masuk diliahatnya Bintang tertidur di meja belajarnya. Anaknya itu memang penggila belajar, di lihatnya jam dinding di kamar anaknya itu, waktu sudah menunjukkan pukul 11 malam dan Rani baru saja sampai di rumah nya itu. Di elus nya sayang surai Bintang, mencoba membangunkan anaknya itu agar pindah ke atas ranjang nya yang empuk, dia tidak ingin badan Bintang jadi sakit saat bangun besok pagi.

"Mama baru pulang? " tanya Bintang yang sudah membuka matanya sambil mengucek matanya pelan

"Iya, kamu tadi makan apa? "

"Tadi Bintang buat mie instan ma.. hehe" ucap Bintang sambil menggaruk belakang kepalanya

"Jangan di biasaan nak, ga bagus ah untuk kesehatan, sekarang kamu pindah gih tidurnya nanti badan kamu sakit kalau tidur disini"

Tanpa membalas ucapan Rani, Bintang mulai berjalan kearah ranjangnya, menidurkan tubuh nya. Rani mulai menyelimuti Bintang sampai sebatas dada

"Selamat tidur jagoan mama. Mimpi Indah sayang" sambil mengecup sayang kening Bintang

"Hmm... Selamat tidur ma, have a nice dream"

Vain !!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang