PROLOG

359 12 1
                                    



                 Jam tengah menunjukkan pukul 02.50 wib, disebuah kamar yang berukuran tidak lebih dari 5x5 meter itu, tampak seorang anak perempuan yang tengah sujud dengan khusyuknya. Angin malam yang berhembus dari ventilasi atas jendela kamar pun ikut menemani sujudnya. Ia lalu bangkit dan memberi salam ke kanan dan kiri

"Alhamdulillah" ujarnya

Ia lalu menengadahkan tangannya, melangitkan harapan-harapan untuk orang-orang yang sangat ia sayangi, yang begitu berarti. Airmatanya perlahan jatuh, membasahi pipi putihnya yang semakin putih di pukul sepagi ini. Mungkin ini salah satu khasiat sholat di sepertiga malam, wajah akan cerah berseri. Tanpa perlu foundation, bedak, highliter dan semacamnya. Bisa dibilang ini serum alami yang mencerahkan wajah tanpa perlu biaya mahal. Cukup 2 rakaat di sepertiga malam. Maka penghuni langit pun akan cemburu dengan kecantikanmu.

***

                Reina Putri Hardiyadiningsih, 22 tahun, seorang perempuan biasa yang memiliki banyak kekurangan. Reina merupakan mahasiswi baru pasacasarjana di salah satu universitas di Yogyakarta. Ia tinggal bersama dengan ayahnya. Ibu reina sudah meninggal sejak ia masih duduk di bangku SD dan semenjak itu reina dirawat dan dibesarkan oleh ayahnya. Ayah reina sangat mencintai ibunya. Itulah sebabnya mengapa setelah ditinggal ibu berpuluh tahun, ayah reina tidak ingin menikah lagi. Sebab hatinya sudah terisi penuh oleh dua bidadarinya yaitu almarhumah istrinya (ibu reina) dan reina. Kasih sayang ayahnya yang begitu besar, membuat reina tidak pernah kekurangan apapun. Ayah memberikan segalanya, menjadi seorang ibu yang selalu memasak setiap pagi untuk sarapan reina dan menjadi seorang ayah yang selalu memberikan barang keperluan reina. Ayah bahkan juga pernah mencuci, dulu waktu ibu tengah sakit. Bagi ayah mengerjakan pekerjaan rumah bukanlah sesuatu yang memalukan. Itulah wujud cintanya kepada istri dan anaknya. "Sebab sejatinya, cinta adalah tentang menerima dan melengkapi. Jika malu, maka jangan jatuh cinta" Begitulah kata ayah reina

Reina masih melangitkan doa-doanya, ditemani para malaikat yang tengah berjaga disekelilingnya. Jarum jam bergerak begitu lamban seolah mereka pun ingin berlama-lama memandang wajah reina. Tanpa campur tangan dunia yang fana. Tiba-tiba sebuah nama yang tak asing tersebut dibibir kecil reina," Damar, aku rindu" ujarnya pelan yang diikuti beberapa tetes airmata. Nafasnya terasa sesak, berusaha baik-baik saja ternyata tidaklah mudah. Melupakan sepertinya hanya mudah untuk ditulis namun tidak untuk dilakukan atau barangkali reina yang begitu lemah atau reina sudah terlalu jatuh cinta kepada Damar. Jika iya, ia harus bagaimana sekarang. Harusnya setelah dikecewakan berulang-ulang dan hatinya dilukai Reina mampu melupakan Damar dengan mudah. Tetapi bukannya lupa, reina justru semakin mengingatnya. Wajah Damar tidak pernah lepas dari benaknya, tidak dua tahun yang lalu ataupun sekarang.

Wajah mungil dengan rahang pipi sedikit naik itu terus saja mengahantui kemanapun reina pergi. Bahkan hingga jogja, tempat yang reina pilih untuk memulai lembaran baru dalam kisah hidupnya. 

"Aku benci kamu dai"

"Aku rindu kamu" 



CINTA DALAM DOAWhere stories live. Discover now