CHAPTER 1

238 6 0
                                    


Reina tengah duduk di sebuah kafe yang terdapat di jogja. Begitu sunyi dan sendu. Sebuah lagu dari Anji yang berjudul menunggu kamu diputar disana, yang membuat sabtunya kian sendu. Tiba-tiba seorang pria bersnelli putih berjalan mendekat. Wajahnya masih sama seperti tujuh tahun yang lalu, hanya saja kini ia sudah mengenakan snelli putih dan kacamata minus. Pria itu tersenyum lalu menarik kursi dihadapan Reina.

"Maaf telat, soalnya pasien banyak tadi di rumah sakit" ujarnya

"Bagaimana kamu senang dijogja? Atau rindu rumah? Rindu Dia?" tanyanya penuh cemas.

Sebenarnya menanyakan pertanyaan seperti itu sama saja dengan melukai hati sendiri. Sebab jika jawaban Reina untuk pertanyaan tersebut adalah "Rindu Dia". Maka luka dipastikan akan menghiasi sabtu siang ini. Namun tak ada satupun jawaban yang keluar dari bibir Reina. Ia hanya diam mendengarkan pertanyaan tersebut. Reina menolak, menolak untuk memberi jawaban, menolak hatinya untuk terbang ke masa silam, menolak untuk membiarkan airmatanya jatuh.

"Ram"

"Iya Rei"

"Mau pesan apa? Kamu pasti capek kan dari rumah sakit terus nemuin aku disini. Aku ngerepotin kamu terus ya. " ujar Reina mengubah topik perbincangan siang itu

" Air Putih aja rei, kebetulan tadi udah makan di rumah sakit. Kamu engga pernah ngerepotin aku, sama sekali enggak pernah. Aku senang ketemu kamu di jogja, bisa jumpa kamu dan duduk di depan kamu, seperti mimpi yang membuat aku enggan untuk bangun. "

" Hahaa, tapi ini engga mimpi kok Ram"

Reina lalu memanggil pelayan kafe tersebut dan memesan air putih untuk Rama dan Jus Alpokat untuk dirinya ditambah dengan kentang goreng jumbo.

" Kamu engga makan nasi Rei? Diet ?"

" Engga, tadi udah makan sebelum kesini"

" Oh"

" Oh aja?"

" Jadi?"

Reina hanya tertawa kecil. Begitu juga Rama. Keduanya seolah hanyut bersama lagu Anji "Menunggu Kamu". Reina dan Rama adalah teman semasa SMA dulu. Keduanya dipertemukan di salah satu sekolah elite di Medan. Tidak ada yang special di awal pertemuan mereka. Keduanya malah begitu asing, tidak pernah bertegur sapa atau sekedar tersenyum. Rama itu dingin kepada wanita, dan Reina adalah tipikal wanita yang tidak terlalu peduli. Jadi sudah bisa dipastikan, kedua manusia ini tidak akan bertegur sapa kecuali waktu yang memaksa. Dan tepat saja waktu menunjukkan kekuatannya, membuat Reina dan Rama terjebak dalam kelompok yang sama. Kelompok pertama mereka yang sama adalah kelompok Agama. Berhubung karena satu kelompok hanya terdiri dari dua orang jadi keduanya pasti sering berbicara untuk ngerjain tugas. Namun saat itu, perbincangan mereka hanyalah seputar tugas. Tidak lebih. Walau diam-diam Reina mulai kagum dengan sosok Rama yang sangat pintar dan berwibawa. Rama itu sangat pintar, namun ia tidak sombong dan memberikan Reina kesempatan untuk mengemukan pendapatnya, menerima setiap masukan dari Reina. Reina bahkan belum pernah berjumpa dengan pria sebaik dan sepintar Rama yang membuatnya selalu berdoa diam-diam di dalam hati agar bisa terus satu kelompok dengan Rama dan tepat saja, doa Reina terkabul. Ia dan Rama terus satu kelompok, dari kelompok agama, biologi, komputer, fisika dan yang lainnya. Saat itu Reina tidak berpikir apapun. Ia hanya bahagia bisa satu kelompok dengan Rama. Selain karena setiap tugasnya akan selesai dengan sempurna, nilainya juga dipastikan aman dan ia akan mendapat banyak ilmu.

" Masih ingat engga dulu kita satu kelompok terus pas SMA kan" ujar Reina

" Hahaa, iya Rei. Engga tahu kenapa nama kita selalu dibuat satu kelompok sama guru. Mungkin karena doaku" ujar Rama

CINTA DALAM DOAWhere stories live. Discover now