Kara's
Gue suka pemandangan malam ini.
Kalian tahu, kan. Di mana saat langit malam lagi sedikit lebih terang dari biasanya karena bantuan dari cahaya bulan penuh, dan barisan awan altocumulus jadi terlihat jelas. Cantik banget. Dari kecil gue suka ngebayangin, kalau bentuk awan yang terlihat di atas sana kayak bentuk pulau-pulau. Jadi bayangin kalau di atas sana ada kepulauan yang diisi manusia juga kayak di sini. Pernah nonton Upside Down? Ya, kurang lebih kayak gitu.
Sambil gue senyam-senyum sendiri berkhayal, senyuman gue tiba-tiba buyar karena reflek nepuk paha yang berasa digigit nyamuk. Ugh, tetiba gue jadi inget situasi aneh gue sekarang. Seorang Farabi Kara, pakai dress abu-abu selutut, kitten heels, ditambah dengan berbagai aksesori tambahan yang dipakein Ibu seenak udel. Rare moment, yang saking rare-nya kalau tiba-tiba ada temen gue di sini juga nggak bakal ada yang ngeh kali keberadaan temannya ini.
Dengan outfit yang gak biasanya dipakai selain di acara kawinan ini, dan nyamuk centil barusan, bikin gue teringat kalau gue masih sendirian kurang lebih udah 20 menitan. Gue melihat ke sekitar, baguus.. rooftop cafe yang tadinya masih agak sepi, tahu-tahu udah dipenuhi sama beberapa couple yang merayakan malam mingguannya dengan fine dining. Yup, jadi di saat para pasangan ini memanfaatkan uang gajiannya yang baru pada masuk di akhir bulan untuk pacaran fancy di rooftop salah satu cafe paling hits seantero Jakarta, lalu gue yang status di KTPnya jomblowati ini lagi ngapain ya di sini?
Kalian gak perlu repot bertanya-tanya, karena bahkan gue sendiri pun menanyakan hal yang sama sedari tadi. Kalau orang lain ada yang merhatiin, ekspresi gue pasti udah kelihatan kayak bocah SD baru abis dibedakin. Cengo dan pasrah. Oke, paling nggak gue bisa cerita dikit asal muasal kenapa gue bisa ada di situasi sekarang, yang terlihat memprihat-
"Umm.... Hai.. Farabi, ya?"
-tin....... wait. Ada yang manggil barusan? Wait. Ada orang nyamperin gue. Jangan bilang..... ini? Ini orangnya??
Gue perlahan menolehkan kepala gue ke arah datangnya suara. Dan......
Mmm.....
Eh......
Ini.... siapa ya. Seumur-umur kayaknya nggak pernah ada yang modelan begini di lingkungan gue. Terus kenapa orang ini bisa tahu nama gue? Apa KTP gue jatuh??
"I-iya betul.. Ada apa ya mas? Mas nemu KTP sa-"
"Oh bener Farabi, ya? Hehe takut salah meja.. Duh sori banget ya telat, udah nunggu lama, ya? Jadi nggak enak banget nih.." cowok tinggi yang tiba-tiba muncul ini tanpa ba-bi-bu meminta maaf karena datang telat dari jadwal bertemu, kemudian duduk perlahan di kursi yang sedari tadi kosong di hadapan gue. Raut wajahnya memang tulus memperlihatkan rasa nggak enak udah membiarkan gue nunggu dia.
Oke, sekarang gue bingung mesti teriak "MANA HIDDEN CAMERANYA? ADA KOMENG LAGI NGUMPET DI BALIK MEJA YA??" atau melantai sujud syukur.
Terserah pada mau bilang gue berlebihan apa nggak, karena orang yang ada di hadapan gue ini jauh lebih lebay.
Anjir. Bu...... Ibu....... Nyonya Fiona Setyadi...... nemu pahatan Yunani darimana nih???
"Fa.. Farabi.. bener Farabi kan ya? Anaknya Tante Fiona, temen Mama yang mereka minta kita ketemuan? Jangan bengong dong, hehe.. takut salah orang beneran, nih." si pahatan hidup ini sedikit mengeluarkan tawa kecil di sela-sela senyumannya, bikin gue makin kehilangan akal sehat.
Kar, tenang dulu Kar. Nothing could get any worse (or should I say, better) than this. Ikutin flownya aja...
"Hehe iya tenang aja, dan gue belum selama itu juga kok nunggunya. Pemandangan di sini bagus banget, apalagi langitnya lagi kelihatan bagus. jadi gak berasa nunggu juga." Tenang pale lu. Pake acara basa-basi gini lagi hhhh... "Iya gue Farabi, Farabi Kara. Panggilnya Kara aja ya.. Kalau kamu.. Fa... Fajri-"
KAMU SEDANG MEMBACA
Rasa
FanfictionMeracik berbagai bahan dan bumbu hingga menjadi sepiring rendang yang lezat, Fajrin jagonya. Namun untuk meracik hidupnya agar jadi selezat rendang masakannya, ia butuh satu bahan lagi untuk melengkapinya. Kara namanya.