O2.

138 14 0
                                    

ㅤㅤ"510 yen." Kata si barista, mengusik lamunan singkat (L/N) dari croissant yang terpajang di rak kaca. Puan itu segera merogoh dompet, hendak membayar transaksi grande-sized Caramel Macchiato yang dipesan olehnya.

ㅤㅤEkor mata (L/N) pun melirik pernamaanya yang terpampang pada badan gelas kertas pada genggaman. Salah eja. Yah, bukan kala pertama (L/N) mendapat salah pengejaan selama memesan di starbek, sih.

ㅤㅤ"(F/N)-chan~," sapa Oikawa melambaikan tangannya dengan riang, mengunjuk simbol hati dari jemari yang bertautㅡㅡdilanjut oleh tonjokkan yang mendarat tepat pada punggung kepalanya. Pelakunya tidak lain adalah Iwaizumi yang terduduk di sampingnya.

ㅤㅤDengan uap yang samar-samar mengepul mengusir suhu dingin yang masih menusuk tulang. (L/N) menating gelas kertas ke meja yang sedang di duduki oleh dua insan yang sangat dikenalinya.

║╳ ⁝ ──── 11:05 A.M
ㅤㅤVetur, Sumar, Saman Renna.
ㅤㅤWinter, summer, flow together.

.

.

.

ㅤㅤ"Begitu," Iwaizumi mendentum dasar tumblr-nya pada meja. "Untunglah Host-club tempatmu bekerja mengedepankan sistem pertemanan, (F/N) akan cemburu bila kau terlalu merayu klienmu, kau tahu?"

ㅤㅤ(L/N) mengangguk, sebagai pengganti jawaban verbal atas penuturannya, mempertemukan lidah dengan mulut gelas untuk menyesap sedikit asupan kafein.

ㅤㅤTidak lama setelahnya, suara decitan kursi tertangkap dua pasang pendengaran. Iwaizumi bangkit dari duduknya, badan telapak sedikit mengusik remah Milkbread yang menempel pada celana jeansnya. "Yah, sudahlah. Hari ini terserah kau saja." Iris kecoklatannya bergulir pada sosok Oikawa Tooru, seolah memberi ancang-ancang mengancam.

ㅤㅤ"(F/N)," panggil Iwaizumi, meraih pucuk kepala puan itu. "Jaga Trashykawa, ya."

ㅤㅤBulir-bulir merah tipis pun berkumpul pada permukaan kulit pucatnya, "percayakan padaku, Hajime-san."

ㅤㅤDetik bergantikan menjadi menit, Iwaizumi pun memasukkan kedua tangan pada saku Jaket hitamnya. "Kalau begitu, aku permisi dulu. Nikmati kencan kalian, ya." Salamnya, sebelum bayang-bayang figurnya samar-samar tertelan lautan manusia yang berjalan.

ㅤㅤ (L/N) tidak bisa mengalihkan pandangannya dari Iwaizumi, menyaksikan punggungnya yang berjalan tegap pada bulevar Tokyo yang sibuk. Seperti terus menjeratnya untuk terus mengamatinya.

ㅤㅤ "(F/N)-chan!" panggil Oikawa, menyadarkan (L/N) dari lamunannya. "─! Ya?" Refleks terkaget, seruan bertanya balik pun dilemparkan kembali sebagai jawabannya.

ㅤㅤ "Ayo ke Tokyo Midtown~," ajaknya riang. "Aku ingin ditemani seharian oleh (F/N)-chan. Kudengar film Black Panther yang kau tunggu sejak lama baru rilis, lho."

ㅤㅤ(L/N) terdiam, membiarkan Oikawa melanjutkan perkataanya. "Ada beberapa hal yang perlu kusiapkan saat bekerja nanti, bagaimana? Temani aku, ya?"

ㅤㅤ─Mungkin pada saat itu, (L/N) sudah menyadarinya. Walau bibirnya menguratkan senyum, matanya tidak memancarkan senyuman.

ㅤㅤ"Sekarang?" tanya (L/N), yang kemudian dibalas dengan anggukan oleh Oikawa. Binar penuh harap kerap menyinari penglihatannya, membuat (L/N) mengulas senyuman keruh sebagai respon. "Apapun untuk Tooru-ku─"

ㅤㅤ"─HOREEE!"
ㅤㅤTanpa aba-aba maupun peringatan, Oikawa segera mendekap yang tergolong miliknya pada pelukannya. Sekali lagi, (L/N) merona─walau kali ini semburatnya tampak lebih jelas dari sebelumnya.

ㅤㅤDengan segera, Oikawa melepas pelukan singkat untuk beranjak dari duduknya; menyisakan (L/N) yang sibuk merapikan helainya yang berantakan. Sesaat kemudian, kembali mencumbu bibir gelas guna menandaskan separuh isinya. Menyisakan seperempat cairan legam di dasar gelas yang sudah tidak tampak menggoda.

ㅤㅤAda yang lebih menarik perhatiannya saat itu, (L/N) bangkit untuk mengekori Oikawa yang sudah lebih dulu berjalan. Persaingan langkah Boots kokoa yang dikenakannya berlangsung dengan jalanan konkret, menyelaraskan ritme langkahnya dengan yang pria.

ㅤㅤPerlahan, Oikawa mengulurkan tangannya untuk menaruh tangan pada telapak mungil (L/N); mengamankan apa yang ada dalam genggamannya. Semakin lama, telapak yang menaungi lengan mengakar pada tangan mungil (L/N), jemari ramping menjejali tiap sela-selanya, diakhiri cengkeraman erat yang bersifat protektif.

ㅤㅤOikawa membimbit keduanya menuju lokasi yang dimaksudkan, sengaja mempercepat dentuman dari sol sepatu dan boot menggema keras diantara ribuan langkah. Kebetulan, destinasi mereka hanya berjarak satu stasiun. Dan jarak Stasiun dengan Starbek hanya berkisar 15 menit berjalan kaki.

ㅤㅤTerburu-buru. Kata tersebut mewakili asal-usul degup jantung dan adrenalin (L/N) yang terpacu. Entah apa penyebabnya, hingga keduanya telah sampai di depan jam sibuk Stasiun Tokyo.

ㅤㅤ"Tooru," panggil (L/N) sembari mengepul napas yang keluar memeluk cuaca dingin. "Mengapa terburu-buru sekali? Bukankah kamu punya kartu Suica? Lagipula, jadwal ke stasiun masih terlampau─"

ㅤㅤ─Tepat saat jarum panjang mulai bergerak menuju puncaknya, (L/N) tidak diberikan kesempatan untuk melanjutkan kalimatnya yang menggantung.

ㅤㅤOikawa menarik pelan yang tercekau oleh tangan, membawanya mendekat sebelum akhirnya berpindah haluan pada pinggang ramping (L/N). Bibirnya mencumbu bibir (L/N); mempertemukan keduanya dengan ciuman yang terkesan agresif, namun tidak berlangsung lama.

ㅤㅤ "─!! Tooru." Napas keduanya beradu, iris (E/C) melirik pada permata coklat Oikawa yang tampak sendu memandangi (L/N). Jam besar Stasiun sudah menggema, menandakan pergantian antara pagi dan siang. Dalam hal tersebut, (L/N) seharusnya sudah menyadari maksud gelagat aneh tersebut.

ㅤㅤ "(F/N)-chan~."
ㅤㅤ Tidak menghiraukan pandangan intens dari (L/N), Oikawa mengudarakan kedua telapak mungilnya; meninggalkan kecupan singkat pada punggungnya sebelum tersenyum kembali.

ㅤㅤ "Aku mencintaimu, kamu tampak cantik sekali hari ini," pujinya atas white sweater yang berlapis double-breasted coat hitam yang dikenakannya hari itu. "Kamu juga, 'kan (F/N)-chan?"

.

.

Aku juga.

ㅤㅤAda perasaan mengganjal yang kerap menghantui benak (L/N) untuk berucap demikian. Seolahㅡㅡmenolaknya untuk langsung mengutarakan perasaanya.

ㅤㅤ"Ya, aku juga." (L/N) melawan hasratnya untuk terus mengulum jeda singkat, kemudian melukis senyum cerah yang tergurat lekat-lekat pada wajahnya yang berseri-seri.

ㅤㅤOikawa meloloskan kekehan singkat, mengangguk paham. Tidak butuh waktu lama bagi kedua roman yang semakin berjarak beberapa inchi untuk menciptakan ciuman berikutnya.

ㅤㅤ"Ayo pergi."

.

.

À suivre

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 27, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Pinwheel :「Oikawa Tooru」Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang