1. Suche*

157 35 28
                                    


Tidak ada yang mau berjalan di tengah-tengah badai salju.

Tapi anak lelaki itu mau saja.

Di senja hari, berlari melawan arus badai salju, dengan tubuh kecilnya, seolah itu tak menjadi masalah.
Ada hal yang lebih penting menurutnya.

Hal penting yang di luar akal manusia.

Setelah berlari begitu jauh, ia berhenti.
Memandang sekelilingnya.

Sejauh mata memandang hanya ada salju.

Kemudian ia mendongak ke arah langit.
Langit yang masih menurunkan butiran kristal es.

"In einer Minute. "

Sebentar lagi, katanya.

Dia terus berdiri dan menutup matanya.

Lima menit.

Tiga puluh menit.

Satu jam.

Dua jam.

Dia masih berdiri, tak sedikit pun bergeser.
Hoodie abu-abunya menjadi putih, oleh salju yang menempel.
Matanya pun masih tertutup.
Tak ada tanda ia merasa kedinginan.

Entah apa yang ia tunggu.

Malampun datang.
Badai salju mereda.

Ia akhirnya membuka mata.
Mendongak ke arah langit.

Langit malam dengan bintang-bintang dan hujan salju.
Dia tersenyum tipis.

Tak terlihat apa-apa dari mata telanjang manusia tanpa alat bantuan.

Tapi anak laki-laki itu bisa melihatnya, bahkan tanpa membuka mata.

Ada sebuah komet di luar angkasa yang meluncur dengan kecepatan penuh.

Dan terjatuh di bumi.

Di hamparan salju.

Tepat beberapa meter di depan anak lelaki itu.

Suara dentumannya sangat keras, tapi anak laki-laki itu tidak apa-apa.

Komet yang terjatuh itu membuat sekitarnya bergetar kencang, tapi anak laki-laki itu masih berdiri tegak.

Lalu,  anak laki-laki itu mendekati komet yang terjatuh.
Ia berjongkok sambil menatap batu komet itu.

Batu itu lebih besar daripada badannya.

Anak laki-laki itu mengetuk pelan batu itu, yang sangat keras.

Lalu ia menempelkan telapak tangan kecilnya pada permukaan batu komet.
Batu komet yang baru saja jatuh, dengan tekanan gravitasi, yang membuatnya sangat panas.

Tapi tangan kecil pucat anak itu tidak melepuh, atau terluka sedikitpun.

Dan batu komet itu bercahaya terang.
Sangat terang, yang bisa membuat mata manusia sakit sampai buta.

Tapi mata anak laki-laki itu tak berkedip sekalipun.

Lalu, baru komet itu terbelah dua.

Sosok bayi mungil terbungkus selimut dan tertidur nyenyak, ada di dalam batu komet yang telah terbuka.

Anak laki-laki itu menggendong si bayi dengan hati-hati dan lembut.

Mengelus-elus rambut yang masih sedikit dengan sayang.
Mencium kening bayi itu dengan rasa rindu.
Memeluk bayi itu, seolah tak mau berpisah dengannya.

Lalu ia pergi, sebelum para polisi dan peneliti datang untuk melihat komet.

Anak laki-laki itu pergi membawa bayi kecil.

Ia puas, telah berhasil menemukan sang bayi kecil di dalam komet.

Dan ia akan terus melanjutkan pencariannya.
Juga melakukan tugasnya.

~~~~~Suche*Mencari~~~~~

NL.

Hola, terima kasih telah membaca cerita ini.
Jangan lupa baca selanjutnya, ya ; )

💞 Ich lieben dich 💞

FANTASIE & LIEGTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang