KENANGAN (edit)

7K 389 6
                                    

"Hello, melayu?"

"No, Indonesian."

"Oh, nice. Saya juga tinggal di Indonesia."

Clara melirik sekilas lelaki bule yang menganggu kegiatan berjemurnya di pinggir kolam renang, fasilitas yang tersedia di atas Royal Caribbean.

"Sudah lama?" tanya Clara basa-basi.

"Cukup, hampir tiga tahun."

Ia mengakui bahasa indonesia bule itu lumayan, walaupun logat eropanya masih kental terasa.

"Ronald Federico, panggil saja Ron."

Diulurkan tangannya pada Clara, sepertinya lelaki itu tertarik mengenal perempuan yang pergi berlibur seorang diri di sini. Sebagian besar penumpang datang bersama pasangan atau keluarga. Sedang Clara semenjak berada di sini selalu seorang diri, ia baru resmi menyandang status janda beberapa hari lalu.

"Clara!"

Teriakan Ron menggelegar memenuhi seisi rumah. Lamunan Clara seketika buyar. Perkenalannya dengan Ron empat tahun lalu terulang jelas, menjadi bayangan hitam putih yang kelam.

Padahal aku sudah berusaha menguburnya dalam-dalam. Tapi itulah manusia, semakin ingin melupakan kenangan buruk justru semakin menempel dengan jelas di memori otak. Konyol bukan?

Ron membuka pintu kamar dan mendapati Clara sedang merebahkan diri di kasur. Clara langsung bangkit dan duduk di sisi ranjang.

"Kenapa tidak mengangkat telepon? Sedang apa kamu di sana!"

Hey, coba pikir apa yang dilakukan orang-orang yang datang ke kantor selain bekerja. Bernyanyi? menari? belanja? atau menjual diri.

Clara memilih diam. Percuma berbicara dengan Ron jika kepala suaminya itu sedang tidak waras -walaupun sebetulnya otaknya 80% selalu kosong- apapun yang Clara katakan pasti salah.

Telunjuknya mengayun-ayun di depan muka Clara. Tak ada yang dapat Clara lakukan selain menunduk ke lantai, berharap otak waras Ron cepat kembali.

"Honey ... kamu tahu aku sangat mencintaimu."

Tidak perlu menunggu lama sepertinya Ron sudah kembali waras. Clara mengkat wajahnya, kini berani menatap bola mata biru itu.

Sebentar, tadi dia bilang cinta? Tentulah cinta karena aku mesin atm yang harus selalu ia jaga.

Ron memegang tangan Clara perlahan.

"Sudahlah bagaimana jika kita membicarakan hal yang lain saja?"

Ah, sepertinya aku tahu maksud ucapan ini.

"Honey, kamu tahu aku baru saja menang judi! lumayan lima juta rupiah, tapi aku ingin bertaruh lagi sekitar delapan juta. Bisakah kamu tambahkan sisanya?" rayunya dengan lembut sekali.

Benar dugaanku. Rangkaian kalimat sopan yang selalu ia ucapkan setiap meminta uang.

"Tapi Ron, kamu tahu sendiri aku tidak punya simpanan lagi."

Cepat-cepat Clara memasukkan tangan ke dalam saku celana. Bersiap-siap. Merogoh gunting kuku yang telah ia letakkan di dalamnya. Ia sangat mengenal lelaki ini, sifatnya yang temperamental membuat Clara harus selalu sigap terhadap tindakannya yang membabi buta.

Mata Ron membulat besar, penuh amarah.

"Ya sudah! Pergi ke dapur, siapkan makan malam!"

Apa yang terjadi?

Sepertinya Ron berubah baik 10%, mungkin hatinya masih kegirangan mendapat lima juta hasil kerja judinya. Clara tak peduli. Terserah. Yang penting hari ini tak ada memar di pipi ataupun lembab di tubuh.

Clara langsung menuju dapur dengan berlari kecil. Tanpa sengaja menabrak Dave yang baru saja tiba di rumah.

"Lihat-lihat kalau jalan!"

**

GAUN MERAH PENGANTINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang