Penyesalan

5.2K 176 11
                                    

Clara menangis di bawah kucuran air yang mengalir deras, ia menyesali kepulangannya ke rumah hari ini.

Spon yang berada di tangannya disikat amat keras pada setiap jengkal permukaan tubuh mungilnya. Seperti memiliki tubuh yang berlumuran dosa, itulah perasaan yang kini menyelimuti Clara. Ia merasa dirinya tak lagi berharga.

Baru beberapa hari yang lalu Clara berhasil meyakinkan dirinya  jika kebahagian akan diraihnya sebentar lagi. Tapi apa yang justru ia dapatkan.

Brak!

Pintu kamar mandi berbunyi keras, seseorang seperti menendangnya dari luar. Bahkan di saat seperti ini pun ia tidak mempunyai waktu untuk dirinya sendiri.

“Cepat keluar dasar perempuan kurus! Apa sih yang kamu lakukan di dalam?!”

Clara hanya bisa menghela napas saat mendengar suara Dave dari luar.

“Hey! Aku juga butuh kamar mandi!” seru Dave kembali.

Brak!

Brak!

Clara keluar dari dalam kamar mandi dengan pakaian tidur yang lengkap. Ia berjalan melewati Dave yang sejak tadi menunggu di depan kamar mandi.

Saat Clara melangkah, aroma harum tubuhnya yang terselimuti wangi sabun tercium. Dave melirik ke  arah Clara, tangannya dengan sengaja menyenggol bagian tubuh sensitif Clara.

Clara tertegun.

Plak!

“Beraninya kamu!” Emosi Clara sudah tak dapat dikendalikan. Raut mukanya penuh kebencian.

“Haha … calm down, Tante.” Dave meringis kesakitan memegang pipinya yang terkena tamparan Clara, nada suaranya mengejek persis seperti ayahnya.

“Gila ya kamu!” hardik Clara.

“Aku nggak gila, Tante. Aku cuma kasian sama, Tante. Sebentar lagi bakal dibuang Dad kan? Gimana kalau aku pungut?” tanya Dave dengan senyum menyiratkan makna tertentu.

Clara membelakakan matanya mendengar perkataan itu keluar dari seorang remaja yang selama ini ia urus. Lagi-lagi ia merasa hidupnya berada di titik terendah untuk kesekian kalinya. Ia berlari ke dalam kamar dan menguncinya dengan cepat.

Clara menarik gagang pada laci meja riasnya ke arah luar, mengambil sebuah cutter yang entah sejak kapan ia letakkan di dalamnya. Perasaan yang menyelimuti seluruh dadanya hanya sebuah kebencian, diikuti gelombang kecemasan yang menjalar dimulai dari kerongkongan lalu bergerak masuk ke dalam perut, membuat sensasi mual yang luar biasa tak tertahankan.

Ia duduk di atas bangku rias, memandang cermin di hadapannya, seorang perempuan berwajah cantik dengan tatapan kosong.

Pikirannya kalut, bulir-bulir bening mulai meluncur kembali dari kedua buah matanya yang berwarna cokelat. Jeritan menyayat diikuti raungan kesedihan keluar dari bibir Clara.

Apakah ini takdir yang harus aku lalui, diantara jutaan manusia kenapa harus aku yang menerima takdir ini? Diantara banyak kebahagiaan di dunia kenapa aku tidak mendapatkannya?

Pikiran Clara menggila, ia menaruh cutter di atas pergelangan tangannya dan mulai mengirisnya dengan cepat, membuat tiga buah garis lurus yang dalam pada bagian tersebut, hingga darah mulai mengalir cepat ke luar, membasahi bagian bawah baju dan celana tidurnya yang menopang tangan Clara yang terluka, sebelum akhirnya ia tersungkur ke bawah lantai.

*****

GAUN MERAH PENGANTINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang