00 : Prolog

3.2K 155 4
                                    

Alpha, beta, omega. Sebuah hierarki yang sudah tertanam penuh dalam masyarakat yang modern ini, apapun gender kedua yang diterima, masyarakat hanya bisa menerimanya. Itu adalah sebuah takdir yang tidak dapat diganggu gugat. Bahkan sekalipun kau menolaknya dengan sangat keras.

Biasanya, orang-orang setelah mengetahui bahwa mereka adalah omega mereka akan merasakan bahwa hidup akan menjadi lebih buruk, karena omega merupakan tingkatan terendah dari hierarki. Tidak mudah hidup ditengah masyarakat yang lebih menjujung tinggi alpha ketimbang omega.

Bagi masyarakat, omega hanyalah penghasil anak semata. Tidak ada nilai apapun yang berharga dari mereka selain itu. Akibat itulah, beberapa omega selalu menyembunyikan identitas kedua mereka di masyarakat, menyamar menjadi beta demi menghindari omongan masyarakat yang menyakitkan hati.

Namun tidak bagi omega bersurai biru langit tersebut, meskipun dia sering mendapatkan cibiran secara tidak langsung dari lingkungannya dia bersikap tidak peduli dan tetap menjalankan hidup sebagaimana mestinya.

Namanya adalah Kuroko Tetsuya, seorang waiter di sebuah cafe dekat stasiun. Omega berusia 24 tahun yang sama sekali belum mendapatkan pasangan alpha. Seorang omega lelaki yang populasinya termasuk langka saat ini.

Hidupnya tidak mudah sebagai omega, dia tidak diterima oleh keluarganya setelah mendapatkan hasil pemeriksaan yang menunjukkan dia adalah omega. Pergi sendirian ke kota lain dan memulai hidup baru. Beruntung saat itu dia mempunyai satu teman yang membantunya untuk bertahan hidup disaat belum mendapatkan pekerjaan apapun.

Waktu menunjukkan pukul sepuluh malam, sudah saatnya cafe tutup. Pria itu terlihat masih membersihkan beberapa meja, dia mengerjakannya tanpa pamrih. Raut wajah yang selalu datar itu tidak berubah sedari tadi.

"Kuroko, kau bisa pulang duluan, tidak baik jika kau pulang semakin larut," ucap pemuda bersurai cokelat sambil menghampiri Kuroko. Dia pun menghentikan pekerjaannya.

Jika masyarakat memperlakukan omega pria dengan begitu buruk, berbanding terbalik dengan rekan-rekannya yang ada di cafe. Mereka memperlakukan dirinya dengan baik, melindungi dia dari para pelanggan alpha yang ingin menyentuhnya, mengizinkan dia untuk mengambil masa libur ketika menjelang heat hingga selesai masa heat. Kuroko bersyukur bisa bertemu dengan teman sebaik mereka.

"Kami yang akan membereskan sisanya," lanjut pemuda tersebut.

"Kalau begitu, aku akan berkemas dan pulang duluan," ucap Kuroko kemudian pergi ke ruangan belakang. Tempat para pekerja mengganti seragam dan menyimpan barang bawaan mereka.

Setelah mengganti bajunya ke baju yang biasa, akhirnya dia pamit kepada yang lain dan pulang ke apartemen.

Perjalanan menuju apartemen hanya membutuhkan waktu 20 menit menggunakan bus dan 15 menit untuk berjalan dari halte menuju ke apartemennya.

Setelah turun dari bus, Kuroko memegang erat tali tas selempangnya. Tiba-tiba dia merasakan gugup dan tidak nyaman, seperti ada firasat buruk.

Dia sudah siap untuk mengeluarkan stun gun yang dia bawa jika seandainya ada yang berniat buruk pada dirinya. Daerahnya cukup gelap karena banyak toko yang sudah tutup, hanya ada beberapa minimarket yang terlihat masih buka.

Disaat dirinya sedang melewati beberapa toko yang sudah tutup, tangannya tiba-tiba ditarik oleh seseorang dari dalam gang kecil. Kuroko tidak sempat bereaksi dan tubuhnya sudah terjebak antara lima orang yang memiliki badan lebih besar darinya.

Lebih sialnya lagi tasnya terjatuh dan dia tidak bisa mengeluarkan stun gun miliknya.

"Sepertinya kita mendapatkan mangsa yang cukup bagus hari ini," ucap salah satu dari mereka sambil memegangi dagu Kuroko. Dia tidak bisa berbuat apa-apa karena kedua tangannya ditahan.

"Apakah semua omega laki-laki memiliki wajah manis seperti ini? Sepertinya cocok untuk dijadikan pelacur."

Kuroko memberontak, dia tidak terima harga dirinya direndahkan seperti itu. Namun pemberontakannya tidak berarti apapun bagi mereka.

"Hei omega, hargamu berapa? Akan ku berikan berapapun dan membebaskanmu jika kau mau menuruti kami."

Yang lainnya hanya bisa tertawa, Kuroko menatap dengan garang satu-persatu mereka semua. Tidak lama dia mendapatkan pukulan keras di pipinya hingga membuat dia terjatuh.

"Heh, omega payah. Kau tidak perlu malu-malu menolak, tidak ada gunanya kau melawan."

Jalannya tertutup, Kuroko perlahan bergeser mundur hingga punggungnya bersentuhan dengan tembok gang. Tidak ada ruang lagi baginya.

"Hei, tahan dia."

Keempat orang yang lain langsung memegangi kedua tangan dan kakinya, orang yang Kuroko yakini sebagai pemimpin para preman kini tengah tersenyum licik dan penuh kesenangan.

"Baiklah, saatnya untuk menikmati—"

Ucapannya tiba-tiba saja berhenti karena sebuah benturan keras mengenai kepalanya hingga berdarah. Kuroko termasuk empat orang tersebut kaget, sedangkan sang pemimpin langsung menolehkan kepalanya untuk melihat sosok si pelempar batu bata tersebut.

"Tidak ku sangka aku bisa melihat hewan berwujud manusia ditengah kota seperti ini."

Kuroko tidak bisa melihat sosok wajah tersebut karena dia membelakangi cahaya, yang bisa dia lihat hanyalah kedua iris beda warna yang seolah sedang menyala di tengah kegelapan.

"Brengsek! Siapa kau?!"

"Aku? Aku hanya seseorang yang kebetulan lewat."

Tbc.

Catatan :
Pertama, saya sebagai pembuat cerita meminta maaf yang sebesar-besarnya karena sudah membuat kalian terlalu lama menunggu.

Iya, ini adalah cerita mine versi rombaknya. Mulai dari judul, sinopsis, hingga ke alur saya ubah total.

Awalnya saya sempat kebingungan tentang alur yang bagus tentang anak sekolahan. Setelah pertimbangan yang matang akhirnya saya memutuskan untuk mengubah timeline mereka menjadi dewasa.

Untuk soal rating, saya mengambil rating yang aman-aman saja. Mungkin hanya sebatas adegan kissing, tidak ada adegan seksual tapi mungkin akan saya jadikan cerita sampingan dan dipublish di situs yang lain.

Ingat ya, masih "Mungkin".

Jika tidak ada sesuatu yang menghalangi saya usahakan untuk update setiap malam minggu.

Semoga cerita ini bisa selesai hingga akhir dan tidak terhenti di tengah jalan, sekali lagi saya mohon maaf dan terima kasih bagi yang sudah menunggu ceritanya!

Sampai jumpa di chapter selanjutnya.

Destiny⭑Akakuro [Ongoing]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang