Author's POV
Kejadian kemarin yang dialami oleh Sara tak Alexa beritahukan kepada siapapun. Karena Alexa pikir hal itu tak terlalu penting. Mungkin Sara melihat makhluk halus itu dikarenakan fisik Sara yang sedang lemah. Jadi itu bisa saja halusinasi Sara.
"Alexa, aku harus kembali ke kantor. Bosku menelpon tadi. " Flor memang bekerja di sebuah perusahaan tidak seperti Alexa yang masih bisa bersantai karena kekayaan orang tuanya.
Alexa diperintah oleh orang tuanya untuk menjaga salah satu butik keluarganya. Jadi, ia tak terikat dalam kewajiban bekerja pada siapapun sehingga ia dapat dengan bebas menjaga Sara di rumah sakit ini.
Kini Alexa dan Flor sedang berada di luar kamar inap Sara. Sebelumnya Flor menerima telpon dari seseorang. Lalu setelahnya Alexa pergi menyusul karena ia juga mendapat telpon dari seseorang.
Alexa menyentuh layar ponselnya lalu ia menurunkannya dari telinga. "Oke, kau ke kantor saja, lagi pula tadi Andrew menelpon akan menjenguk Sara hari ini. "
Flor membuang napasnya lega. "Syukurlah, aku jadi tak khawatir meninggalkan kalian berdua. " senyuman kelegaan terukir di wajah Flor.
Alexa tersenyum dengan ucapan Flor itu.
"Kalau begitu aku pergi dulu, sampaikan salam ku pada Sara, aku tak tega untuk pamit kepadanya. "
"Akan aku sampaikan. "
Setelah Flor pergi. Alexa langsung memasuki kembali ruangan inap Sara.
Sara heran saat ia melihat Alexa memasuki kamarnya seorang sendiri. "Flor kemana? " tanya Sara sambil menyuapkan sup di atas sendoknya.
"Dia harus kembali ke kantor, bosnya menelpon tadi. "
Sara menggangguk.
"Oh iya, hari ini jadwal pemeriksaanmu, akan ku panggilkan dokter. " ujar Alexa kembali menghampiri pintu kamar itu.
Sara kembali mengangguk seraya menelan sup di mulutnya. Sara memang sedang menyantap sarapannya. Dan itu adalah suapan terakhirnya.
***
Alexa sudah berada di lorong bersama seorang pria berjas putih. Setelah tadi ia memanggil dokter di ruangannya.
"Bagaimana keadaannya kemarin? " tanya doker itu.
"Kemarin ia sangat baik, aku harap dia bisa segera pulang. " ucap Alexa sambil menggulung kedua tangannya.
"Itu bisa terjadi jika kondisi Sara terus stabil. " jawab dokter itu dengan senyuman di bibirnya. Alexa mengangguk.
Kini mereka sudah berada di depan ruangan Sara. Mereka langsung membuka pintu itu. Dan mereka kebingungan saat mendengar Sara yang sedang mengobrol.
"Ya terima kasih sus. " ujar Sara sambil tersenyum ia menoleh ke arah Alexa dan dokter.
Alexa menoleh ke arah dokter. Dokter itu hanya mengernyit. Lalu segera menghampiri Sara yang sedang berbaring dengan pandangannya yang menuju mereka atau lebih tepatnya menuju pintu kamar itu.
"Selamat pagi Ms. Wilson. " Sapaan dokter itu.
"Selmat pagi dok. " jawab Sara dengan tak lupa senyuman ramah di bibirnya.
"Apa kau merasa pusing? "
Sara menggeleng.
Dokter itu lalu mengeluarkan stetoskop dari dalam jas dokternya.
"Kau mau apa dok? "
Dokter menatap Sara bingung. "Tentu saja memeriksamu. " dokter itu menoleh ke arah Alexa yang berada di sampingnya.
"Tadi aku sudah bilang jika aku akan memanggilkan dokter untuk memeriksamu kan?. " ujar Alexa ikut menjawab pertanyaan Sara.
Sara mengerutkan dahinya. "Tapi tadi aku sudah diperiksa oleh seorang suster. " Sara menatap kedua orang di hadapannya itu dengan bingung.
"Bahkan.. Tadi suster itu berpapasan dengan kalian saat akan keluar dari sini. " tambah Sara meyakinkan kedua orang itu jika yang dikatakannya itu benar adanya.
Dokter dan Alexa terlihat bingung dengan ucapan Sara. Mereka benar-benar tak melihat suster yang dimaksud oleh Sara.
"Jangan bilang bahwa kalian tidak melihatnya. " nada bicara Sara terdengar khawatir. Dan Terlihat dari raut wajahnya menunjukan wajah takut.
Dokter itu terdiam sesaat. "Mungkin akibat benturan dari kecelakaan itu membuat otakmu jadi berhalusinasi. "
Sara tertunduk sambil menggelengkan kepalanya. Suster itu begitu nyata untuk dikatakan hanya sebagai halusinasi. Pikirannya semakin kalut setelah kecelakaan itu, sekarang timbul masalah baru. Ia melihat apa yang orang lain tidak lihat.
"Saya akan melalukan CT scan pada kepalanya. " jelas dokter pada Alexa. Alexa menjawab dengan anggukannya.
Dokter itu lalu pergi meninggalkan Sara dan Alexa. Alexa memajukan langkahnya untuk mendekati Sara. Ia memegang tangan Sara.
"Tak apa, mungkin itu hanya halusinasi. " Alexa tersenyum.
Sara menggeleng dengan perlahan. Matanya mulai berkaca-kaca. "Apa yang terjadi padaku? " suaranya terdengar bergetar. Sara memang pribadi yang mudah terbawa emosi. Ia juga memilik rasa kecemasam yang lebih tinggi dari orang-orang biasa.
"Dokter akan memeriksa kepalamu, kau jangan khawatir, semua akan baik-baik saja. " Alexa memeluk Sara untuk menguatkan mental Sara.
***
Pemeriksaan kepala Sara sudah dilakukan kini tinggal menunggu hasilnya saja. Sara sempat menangis, mungkin pikirannya sedang sangat kacau. Setelah kejadian tragis itu, kini penglihatannya menjadi aneh.
Kini Sara sedang tertidur. Alexa menemaninya dengan duduk disebuah bangku di samping kasur Sara. Dan tiba-tiba datanglah seorang suster. Ia meminta Alexa untuk menemui dokter di ruangannya untuk memberitahukan hasil CT scan Sara. Alexa langsung pergi mengikuti langkah suster itu.
Sara terbangun karena mendengar suatu barang yang terjatuh. Sara menemukan seorang wanita berpakaian putih dengan rok yang mencapai lututnya. Ia seperti sedang mengutak atik sebuah suntikan.
Saat Sara memperhatikan kegiatan suster itu tiba-tiba ia teringat sesuatu. Itu suster yang tadi siang memeriksanya. Suster yang tidak bisa dilihat oleh Alexa dan dokternya.
Sara kini ketakutan. Ia sedikit menggeser tubuhnya menjauh dari jarak suster itu yang berada di sisi kirinya.
Suster itu menghadap ke arah Sara. Kepalanya sedikit menunduk sambil mengacungkan suntikan yang berada di tangannya.
Sara semakin ketakutan. Ia langsung bangkit dari posisi tidurnya. Perlahan ia menurunkan kakinya dari ranjang itu. Setelah ia siap untuk pergi keluar kamar tangannya tertahan oleh infusan yang masih terpasang ditangannya. Instingnya memerintah untuk ia melepas infusan itu. Namun saat ia menarik infusan itu dari tangannya ia merasakan sakit yang membuatnya meringis.
Suster itu berjalan mengitari ranjang Sara. Ia berjalan dengan perlahan menuju posisi Sara.
Langkahnya memang lambat namun Sara tetap ketakutan. Ia mengguncangkan selang infusannya. Namun bukannya terlepas, infusan itu malah menghisap cairan merah dalam tubuh Sara ke kantung infusannya. Alhasil kini cairan selang infusan itu berubah menjadi warna merah.
Sara semakin panik. "Pergi kau! " posisi tubuhnya merosot.
Suster itu sudah berada dihadapan Sara. Diposisinya, Sara melihat kearah kaki suster itu. Sara membulatkan matanya, kaki suster itu membusuk. Kulitnya terkelupas. Sara dapat melihat daging di kaki suster itu. Salah satu kakinyapun terdepat beberapa ulat.
Sara mengangkat wajahnya, kini pemandangannya jauh lebih mengerikan. Wajah suster itu kini berubah sedikit hancur. Daging dipipinya dipenuhi oleh ulat. Matanya berubah mengerikan. Tak ada pupil dimatanya. Warna putih saja yang memenuhi matanya.
"Aaaaaaaa...."

KAMU SEDANG MEMBACA
Help!
TerrorSara Wilson Wanita berumur 20 tahun. Kebahagian hampir ia genggam. Ya! Hampir! Hingga hari itu datang! Kebahagian yang ia bayangkan runtuh seketika. Kebahagiaan yang hampir ia raih dan tata dengan memakan waktu lama. Tapi kehancuran merenggutnya d...